Luar Negeri
Perjanjian 'Bersejarah' UEA-Israel Bakal Ditandatangani di AS, Pengkhianatan UEA Terhadap Palestina?
Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) akan menandatangani kesepakatan “bersejarah” mereka untuk menormalisasi hubungan diplomatik pada 15 September.
SERAMBINEWS.COM - Bulan lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dan UAE.
Hal itu memancing kemarahan warga Palestina yang telah lama mencari dukungan negara Teluk yang kaya akan minyak itu untuk bisa menjadi negara yang merdeka.
Dan kini, pengkhianatan UEA terhadap Palestina tampak semakin nyata dengan diresmikannya perjanjian UEA dan Israel.
Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) akan menandatangani kesepakatan “bersejarah” mereka untuk menormalisasi hubungan diplomatik pada 15 September.
Pejabat Amerika Serikat (AS), pada Selasa (8/9/2020) mengatakan penandatanganan kesepakatan tersebut akan dilangsungkan dalam sebuah upacara di Gedung Putih.
Para pejabat AS memprediksi penandatanganan tersebut akan dilakukan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri UEA Syekh Abdullah bin Zayed Al Nahyan, saudara laki-laki putra mahkota UEA.
Para pejabat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya tersebut menambahkan upacara akan diadakan di South Lawn, Rose Garden, atau di dalam Gedung Putih tergantung cuaca sebagaimana dilansir dari The Globe and Mail.
Upacara itu akan berlangsung hanya berselang sebulan setelah perjanjian membuka hubungan diplomatik diumumkan pada 13 Agustus.
Kesepakatan “bersejarah” tersebut dianggap memberikan kemenangan kebijakan luar negeri kepada Presiden AS Donald Trump menjelang pemilihan umum AS.
Sebelumnya, pengumuman kesepakatan pembukaan hubungan diplomatik diikuti oleh penyambungan saluran telepon, penerbangan komersial pertama, dan pembicaraan-pembicaraan kerja sama.
UEA juga telah mengakhiri boikot terhadap Israel yang memungkinkan perdagangan komoditas-komoditas penting dari kedua negara.
Minyak dari UEA dapat diperdagangkan dengan Israel, rumah bagi perdagangan berlian yang berkembang pesat, perusahaan farmasi, dan perusahaan rintisan teknologi.
Palestina sendiri telah menolak kesepakatan itu dan mengecamnya.
UEA mempresentasikan perjanjian tersebut sebagai pencegahan aneksasi yang direncanakan Israel atas wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Namun Netanyahu berkeras bahwa perncegahan aneksasi tersebut itu “hanyalah sementara".
• Rusia, Serbia, dan Belarusia Gelar Latihan Militer Gabungan, Ingin Saingi Amerika Serikat dan NATO?
• BPJS Ketenagakerjaan Kirim SMS ke Penerima Subsidi Gaji, Klik Linknya dan Segera Registrasi
Sikapi Perjanjian Damai Israel-UEA, Presiden Palestina Inisiasi Front Persatuan Palestina

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengadakan pertemuan langka dengan faksi-faksi yang bersaing pada Kamis (3/9/2020), ketika mereka berusaha untuk menghadirkan front persatuan atas kesepakatan Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk menormalisasi hubungan.
Melansir Reuters pada Jumat (4/9/2020), Pertemuan tersebut diadakan melalui konferensi video, antara Ramallah di Tepi Barat dan Beirut, di mana ketua Hamas Ismail Haniyeh dan Sekretaris Jenderal Jihad Islam Ziyad al-Nakhalah, hadir.
Jarang sekali bagi kelompok sekuler Hamas dan Abbas yang sekuler Fatah dari Organisasi Pembebasan Palestina (Palestine Liberation Organization/PLO) memiliki pertemuan tingkat tinggi seperti itu, setelah bertahun-tahun bertikai.
Warga Palestina kecewa dengan kesepakatan "normalisasi" negara Teluk dengan Israel yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump.
Mereka melihat langkah tersebut sebagai pengkhianatan yang kemungkinan besar akan melemahkan posisi kesepakatan lama dunia Arab yang menyerukan Israel untuk menarik diri dari wilayah pendudukan.
Abbas telah menolak untuk berurusan dengan pemerintahan Trump selama lebih dari 2 tahun, menuduhnya bias pro-Israel, dan menolak rencana Trump di Timur Tengah, yang diumumkan pada Januari.
"Pertemuan kami berada pada tahap yang sangat berbahaya, di mana tujuan nasional kami menghadapi berbagai plot dan bahaya," kata Abbas pada Kamis.
"Untuk berdiri bersama di tengah-tengah konfrontasi dan perlawanan rakyat yang damai terhadap pendudukan (Israel), saya mengundang Anda ke sini untuk menyetujui pembentukan kepemimpinan nasional," lanjut Abbas dalam konferensinya.
Israel-UEA Berbicara dari kedutaan besar Palestina yang dibentengi di Beirut, Haniyeh juga mengatakan penting untuk memiliki strategi terpadu.
"Kita harus berhasil mengakhiri perpecahan dan membangun posisi Palestina yang bersatu," kata Haniyeh.
"Pada tahap ini, kegagalan dilarang," tandasnya kemudian.
Pejabat senior AS dan Israel mengunjungi Abu Dhabi pada Senin (31/8/2020) dalam perjalanan bersejarah untuk memperkuat kesepakatan UEA.
Penasihat Trump, Jared Kushner mengatakan kepada warga Palestina bahwa mereka harus menerima kesepakatan itu, memulai kembali negosiasi dengan Israel dan tidak "terjebak di masa lalu."
• Mirip Sunda Empire, Ormas di Garut Ubah Lambang Negara dan Cetak Uang Sendiri
• BPN Aceh Tengah Melakukan Pencanangan Internal Zona Integritas
• FAKTA Isabella Guzman, Pembunuh Sadis Ibu Sendiri, Senyum di Pengadilan hingga Punya Kembaran
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perjanjian "Bersejarah" UEA-Israel Bakal Ditandatangani di AS"