RSUZA Tutup Layanan Cuci Darah
Ruang Instalasi Hemodialisis (HD) atau Unit Layanan Cuci Darah di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh ditutup
* Aceh Bertambah 153 Kasus Lagi
* Kapolres dan Wakapolres Pijay Positif
BANDA ACEH - Ruang Instalasi Hemodialisis (HD) atau Unit Layanan Cuci Darah di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh ditutup sementara mulai Senin (14/9/2020) kemarin. Beberapa orang staf instalasi itu disebut-sebut terpapar Covid-19.
Informasi awal tutupnya unit layanan yang fungsinya sebagai ‘ginjal buatan’ ini diperoleh Serambi dari salah seorang keluarga pasien, Muhajir, yang mengantarkan ibunya untuk cuci darah. Ibu Muhajir menderita gangguan ginjal sehingga harus cuci darah setiap Senin dan Kamis.
Tetapi karena pelayanan kemarin ditutup, ia terpaksa membawa pulang kembali ibunya dan selanjutnya menunggu kabar dari pihak rumah sakit. “Ruang HD tutup sementara bang, kabarnya ada dua dokter di situ yang positif,” kata Muhajir sambil mengirimkan foto pengumuman penutupan ruang instalasi tersebut.
Informasi yang dia peroleh dari staf rumah sakit, penutupan itu dilakukan karena ada satu pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia. Selain itu juga ada sejumlah dokter dan perawat yang juga dinyatakan positif Covid-19.
Namun yang menjadi kegelisahan Muhajir, penundaan proses cuci darah itu bisa berdampak buruk bagi pasien yang kondisi ginjalnya sudah kritis. “Kalau ibu saya, mungkin masih bisa bertahan jika ditunda. Tetapi bagaimana dengan pasien lain yang kondisinya sudah kritis,” imbuhnya.
Berdasarkan pengumuman yang ditempel di pintu masuk instalasi, Muhajir menyebutkan, penutupan dilakukan selama tiga hari, sejak Senin (14/9/2020) sampai dengan Rabu (16/9/2020), dan akan dibuka kembali pada Kamis (17/9/2020).
Direktur RSUZA Banda Aceh, Dr dr Azharuddin SpOT K-Spine, FICS, saat dikonfirmasi tadi malam mengenai penutupan layanan cuci darah itu juga tak membantahnya. "Ya benar, ditutup sementara. Awalnya, ada delapan staf HD yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sedangkan 16 orang lagi menunggu hasil swab. Jadi mereka sedang isolasi mandiri. Karena pertimbangan itu maka pelayanan HD sementara kita tutup," kata dia.
Penutupan dilakukan selama tiga hari, sampai tanggal 16 September 2020. Akan tetapi, meskipun HD ditutup tiga hari, pasien darurat (emergency) tetap dilayani. Selain itu, kebijakan menutup sementara juga sudah dikonsultasikan kepada dokter ahli yang menangani unit tersebut. Menurut sang dokter yang bernama Abdullah, jika seorang pasien tertinggal 1 kali cuci darah tidak akan memberikan efek buruk terhadap pasien.
Di luar semua itu, ada juga alasan yang sangat manusiawi yang didapat Azhar saat bertanya kepada kepala instalasi HD. Ternyata, "Perawatnya sudah nangis-nangis ketakutan terpapar Covid, sehingga mereka minta izin tidak operasionalkan HD tiga hari."
"Nah, karena semua aspek sudah dipertimbangkan, makanya kita tutup selama tiga hari. Insyaallah Kamis sudah buka kembali," kata Azharuddin.
Menurut Azhar, tutupnya sementara instalasi HD tersebut perlu juga untuk menyadarkan masyarakat agar semuanya mematuhi protokol kesehatan sehingga efek tularnya bisa hilang atau minimal. "Sangat dahsyat akibatnya jika petugas bertumbangan lantaran positif Covid. Efek lanjutan akan dirasakan oleh masyarakat, khususnya kelompok yang sangat rentan terhadap Covid, ya seperti mereka yang rutin seminggu dua kali ke RSUZA untuk cuci darah itu," demikian Dr Azharuddin.
Sejak Covid-19 melanda Aceh Maret lalu, baru kali ini Instalasi Hemodialisis RSUZA ditutup sementara. Biasanya hanya instalasi gawat darurat (IGD) yang tutup 3-4 jam untuk proses strelisasi atau penyemprotan disinfektan setelah ada pasien atau staf IGD yang positif atau berkontak erat dengan pasien Covid-19.
Jangan panik
Direktur RSUZA Banda Aceh ini juga menambahkan, mulai Senin kemarin para pasien yang harus cuci darah di Instalasi Hemodialisis RSUZA sudah diedukasi. Kepada mereka sudah diterangkan dengan jelas agar tidak panik selama HD di RSUZA tidak beroperasi tiga hari.
Lagi pula, secara medis pasien yang tidak menjalani cuci darah satu kali dalam siklus yang seharusnya tidak berakibat fatal bagi dirinya. Azharuddin menyebutkan, dalam keadaan normal ada 80 pasien yang menjalani cuci darah setiap hari di instalasi yang vital tersebut.
Bertambah 153 kasus
Sementara itu, jumlah kasus infeksi Covid-19 di Aceh terus mengalami penambahan. Senin (14/9/2020) kemarin terjadi penambahan sebanyak 153 kasus. Aceh juga berada di peringkat enam nasional dalam hal penambahan kasus harian. Dengan bertambahnya 153 kasus ini, maka total warga yang terpapar virus corona di Aceh sejak Maret lalu mencapai 2.891 orang.
Informasi tersebut diperoleh Serambi dari update data yang diumumkan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Pusat maupun di Website Dinas Kesehatan Aceh pada pukul 16.47 WIB. Secara lokal, tambahan 153 kasus Covid di Aceh kemarin tersebar di 16 dari 23 kabupaten/kota.
Seperti biasanya, kota yang paling tinggi tambahan kasus positif Covid hariannya saat ini adalah Banda Aceh, mencapai 74 kasus. Aceh Besar berada di posisi kedua dengan tambahan kasus 38, kemudian Pidie dan Aceh Barat 5, Aceh Timur 4, dan Aceh Selatan 3 kasus. Sisanya tersebar di sejumlah kabupaten/kota lainnya.
Data tak sinkron
Berdasarkan laporan perkembangan Covid-19 di Web Dinas Kesehatan Aceh, kemarin tidak seorang pasien pun yang sembuh. Dengan demikian total pasien yang sembuh masih tetap seperti data seminggu lalu, yakni 700 dari 2.891 yang positif Covid-19.
Namun, terlihat ketidaksinkronan data antara angka kesembuhan yang tertera di Web Dinas Kesehatan Aceh dengan data yang dipublikasi Satgas Covid-19 Pusat. Data di pusat menunjukkan pasien yang sembuh kemarin 52 pasien. Hanya angka kesembuhan ini saja yang berbeda antara data di pusat dan daerah, selebihnya tetap sama.
Jumlah yang masih dirawat, misalnya, ada penambahan dari sehari sebelumnya 1.945 pasien, kini menjadi 2.093 orang. Sedangkan yang meninggal dunia meningkat dari 93 menjadi 98 orang, karena kemarin ada lima orang lagi yang meninggal dunia. Masing-masing 2 warga Aceh Tenggara, 1 warga Nagan Raya, Bireuen, dan Banda Aceh.
Disinfektan Mapolres
Salah seorang yang terkonfirmasi positif Covid-19 adalah Kapolres Pidie Jaya (Pijay), AKBP Musbagh Ni'am SAg SH MH dan Wakapolres, Kompol Burhanuddin SH. Keduanya telah menjalani isolasi mandiri sejak tiga hari lalu.
"Dari hasil swab yang dikeluarkan pihak laboratorium, Sabtu malam lalu, Kapolres dan Wakapolres Pidie positif Covid-19 dan kini keduanya menjalani isolasi mandiri," kata Juru Bicara Tim Gugus Tugas Covid-19 Pijay, Eddy Azwar SKM MKes kepada Serambi, Senin (14/9/2020).
Selain itu, salah satu staf atau Kepala Bidang Pelayanan RSUD Pidie Jaya, dr Aditya juga dinyatakan positif Corona dan kini juga menjalani isolasi secara mandiri di kediaman.
Kepala Pusdalop Tim Gugus Tugas Pijay, Okta Handipa ST MArch mengatakan, pihaknya telah melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh titik kantor Polres Pijay sejak Sabtu (12/9/2020). "Termasuk seluruh personel Polres Pidie Jaya telah menjalani rapid test dan bagi yang reaktif akan dilakukan pemeriksaan swab," ungkapnya.
Meski demikian, pelayanan kepada masyarakat dipastikan tidak terganggu. Plt Kabag Humas Polres Pijay, Bripka Jonni Rahmad SH mengatakan, pelayanan untuk pengurusan Surat Keterangan Catatan Kelakuan Baik (SKCK), Surat Izin Mengemudi (SIM), serta lainnya, masih berjalan sebagaimana mestinya.(dik/yos/c43)