G30SPKI
Sejarah G30S/PKI di Aceh: Kekerasan Rasial Menyasar Etnik Tionghoa, Puluhan Ribu Melarikan Diri
Panglima Militer Aceh (Kodam I/Iskandar Muda), Ishak Djuarsa mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Setidaknya sekitar sepuluh ribu komunitas etnis Tionghoa melarikan diri dari Aceh pada saat itu.
Sayangnya, hanya sedikit fakta sejarah yang diketahui tentang kekerasan anti-Tionghoa di Aceh selama masa penumpasan PKI.
Para narasumber tidak menggambarkan komunitas etnis Tionghoa di Aceh sebagai komunitas yang homogen.
• BERITA POPULER - Jalan Nasional Berlubang, Oknum Satpol PP Cium Istri Orang, Uang Untuk Wanita Malam
Sebaliknya, mereka telah menunjukkan bagaimana komunitas ini sangat terfragmentasi menurut garis ideologis. Seperti yang telah dijelaskan oleh Ho Fui Yen.
“Di Aceh, komunitas etnis Tionghoa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Kuomintang (Partai Nasional China) dan yang lainnya adalah Kun Chan Tang (Partai Komunis China). Yang satu pro-Taiwan, yang lainnya pro-Beijing.
Anggota Asosiasi Tionghoa Rantau (Asosiasi Huakiao), seperti Ho, Xie Jie Fang dan Wak Tin Chaw, adalah bagian dari kelompok pro-Beijing.
Mereka mengikuti perkembangan politik China dan merasakan kedekatan dengan Republik Rakyat China.
Anggota Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki), sebuah organisasi massa etnis Tionghoa yang dekat dengan PKI, juga merupakan bagian dari kelompok pro-Beijing.
Namun, mereka cenderung lebih fokus pada politik domestik Indonesia, dan merupakan pendukung kuat program politik Soekarno,”.
Ho Fui Yen lahir pada tahun 1946 di Banda Aceh, dan dibesarkan di Peunayong, yang merupakan lokasi Pecinan di Banda Aceh.
Setelah menyelesaikan sekolah, Ho pergi ke Medan untuk berlatih sebagai guru.
Setelah itu dia kembali ke Banda Aceh dan mengajar di sekolah yang berafiliasi dengan Asosiasi Huakiao selama satu tahun.
Peristiwa 1 Oktober 1965 menyebabkan sekolah ditutup dan memaksa keluarga Ho mengungsi dari Aceh.
Kemudian, Xie Jie Fang yang lahir pada tahun 1946 di Banda Aceh, dan dibesarkan di Peunayong.
Ayah Xie telah melakukan perjalanan ke Aceh dari wilayah Quan Tung, Guandong di China selatan.
• DN Aidit Pentolan PKI Paling Diburu TNI, Begini Nasib Istri dan Anaknya Setelah Peristiwa G30S PKI