74 SMA/SMK di Aceh tak Terjangkau Internet
Sebanyak 74 SMA/SMK di Aceh belum terakses internet. Hal ini mengakibakan proses belajar mengajar secara daring tidak bisa
* Disdik Minta Guru Kunjungi Grup Belajar Siswa
BANDA ACEH - Sebanyak 74 SMA/SMK di Aceh belum terakses internet. Hal ini mengakibakan proses belajar mengajar secara daring tidak bisa dilakukan. Untuk itu, Dinas Pendidikan meminta para guru untuk memaksimalkan kunjungan ke tempat-tempat belajar grup siswa secara terjadwal dan bergiliran.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Aceh, Rahmad Fitri, didampingi Kabid Tekkomdik, Fariyal kepada Serambi, Rabu (7/10/2020). Ia menyebutkan, total keseluruhan jumlah SMA, SMK dan SLB yang berada di bawah pembinaan Disdik Aceh adalah 812 unit.
Dari jumlah itu, ada 71 unit di antaranya yang wilayahnya tidak ada sinyal internet. Meliputi 46 unit SMA, 15 unit SMK, dan 10 unit SLB. “Ke-71 sekolah itu tersebar di Aceh Selatan 5 sekolah, Pidie ada 15 sekolah, Pijay 8 sekolah, dan Aceh Timur ada 7 sekolah,” sebut Rahmad Fitri.
Karena tidak ada internet, sudah bisa dipastikan 71 sekolah tersebut tidak bisa melaksanakan proses belajar mengajar secara daring. Jika pun ada sinyal, tidak cukup kuat untuk mendukung proses belajar daring karena sinyal yang terputus-putus (lemah).
Karena itulah, pihak dinas banyak menerima keluhan dari para orang tua siswa yang menganggap belajar daring tidak efektif. Para siswa juga menjadi kecewa dan malas mengikuti pelajaran.
Untuk mencari solusi atas masalah tersebut, Disdik Aceh sejak Juni-September 2020 lalu sudah melakukan penelitian terkait efektivitas belajar daring dan tempat tinggal siswa yang belum terjangkau jaringan internet.
“Dari hasil penelitian itu, salah satu cara yang harus dilakukan adalah memaksimalkan kunjungan guru secara terjadwal dan bergilir ke lokasi tempat grup belajar siswa,” ujar Rahmad Fitri.
Untuk itu, ia menyerukan kepada para guru SMA/SMK dan SLB yang wilayah sekolahnya belum ada jaringan internet, agar dapat memaksimalkan kunjungan ke tempat-tempat belajar grup siswanya secara terjadwal dan bergiliran.
“Metode kunjungan guru SMA/SMK dan SLB secara terjadwal dan bergiliran ke tempat-tempat grup belajar sangat membantu siswa dan para orang tua yang tempat tinggalnya belum terjangkau sinyal internet,” kata Kadisdik Aceh ini.
Lebih lanjut, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Aceh, Rahmad Fitri, mengungkapkan, metode kunjungan guru ke lokasi tempat belajar siswa sudah diparaktekkan para guru di wilayah pesir pantai barat selatan Aceh.
Pihak kepala sekolah bersama para guru melakukan kerja sama dengan Babinsa dan Babinkamtibmas, serta camat untuk mengumpulkan para orang tua dan siswa untuk membentuk grup belajar. “Satu grup paling banyak 10 hingga 20 siswa,” sebut Rahmad.
Setelah group belajar siswa terbentuk, selanjutnya para orang tua wajib mengawasi anaknya untuk bisa hadir pada jadwal pembelajaran sesuai dengan dengan jadwal kedatangan guru. “Cara ini dilakukan untuk menghindri kerumunan siswa dalam jumlah yang lebih banyak, yang bisa menjadi klaster baru dalam penularan virus Corona,” ujarnya.
“Untuk mencegah klaster baru dalam ruang belajar dan komplek rumah sekolah, kunjungan para guru ke tempat grup belajar siswa itu lebih efektif dan efisien,” tambah dia.
Dengan metode tersebut, proses belajar mengajar tatap muka tetap bisa dilaksanakan, dan protokol kesehatan tetap terjaga.
“Untuk mensukseskan program belajar tersebut, sangat diperlukan dedikasi, kreativitas dan inovasi kepala sekolah, para guru, dan orang tua, serta bantuan dari Danramil, Kapolsek dan Camat,” ujar Rahmad Fitri.(her)