Trump Minta Pendukung Kumpul Uang Lunasi Utang Kampanye
Donald Trump yang maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2020 sebagai calon petahana, secara terus menerus menyatakan dirinya
Donald Trump yang maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2020 sebagai calon petahana, secara terus menerus menyatakan dirinya sebagai pemenang Gedung Putih. Trump dan timses menggalang donasi yang diperuntukkan sebagai "Dana Pertahanan Pemilu Resmi." Bahkan, uang itu juga akan digunakan untuk melunasi utang kampanye pilpres kali ini.
Halaman donasi yang ditautkan pada situs web Trump mendorong sumbangan ke "Dana Pertahanan Pemilu Resmi.” Halaman tersebut berbunyi: "Presiden Trump membutuhkan ANDA untuk melangkah untuk memastikan kami memiliki sumber daya untuk melindungi integritas Pemilu!"
Namun, dalam cetakan kecil di bawah halaman tersebut, dikatakan 60 persen sumbangan akan digunakan untuk menutupi utang kampanye. Kemudian, 40 persen uang itu akan digunakan sebagai rekening operasional Komite Nasional Republik. Seperti dilansir The Wall Street Journal, sudah menjadi kebiasaan bagi komite partai nasional seperti RNC, untuk terlibat dalam pertempuran hukum terkait pemilu.
Khusus untuk donasi ke kampanye Trump, 50 persen dari masing-masing uang tersebut akan digunakan untuk melunasi utangnya dan sisanya akan disimpan ke akun Recount-nya. Catatan keuangan kampanye federal terbaru yang tersedia menunjukkan bahwa kampanye Donald Trump pada Pilpres kali ini menghabiskan biaya sekitar 60 juta dolar AS (Rp 847 miliar) pada awal Oktober lalu. Business Insider mewartakan, tidak dijelaskan berapa banyak utang yang dimiliki tim kampanye Trump.
Tuntutan hukum dan mosi untuk campur tangan dalam pemrosesan surat suara sudah diajukan di sejumlah negara bagian termasuk Michigan, Pennsylvania, Arizona, Georgia, dan Nevada. Sementara itu, Trump menegaskan bahwa pilpres AS penuh dengan kecurangan pemilih (klaim yang tak berdasar). Karena itu, ia mendesak para pendukungnya untuk tidak membiarkan Partai Demokrat "mencuri" hasil pemilu.
Masih yakin menang
Informasi lain, Trump menulis di Twitter menggunakan huruf kapital pada Selasa (10/11/2020) tentang "penyalahgunaan penghitungan suara besar-besaran," dan ia menyatakan, "Kami akan menang!" Kicauan Trump tersebut diberi label oleh jaringan media sosial Twitter sebagai pemicu kericuhan. Presiden telah membuat klaim yang tidak berdasar bahwa Biden hanya mampu memenangkan pemilu melalui korupsi, tapi sejauh ini tidak ada bukti yang muncul untuk mendukung tuduhan tersebut.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, seorang loyalis Trump, pada konferensi pers di Departemen Luar Negeri setempat pada Selasa (10/11/2020), mengatakan bahwa setelah setiap suara "sah" dihitung, "pemerintahan Trump kedua" akan dimulai. Seperti dilansir dari BBC pada Rabu (11/11/2020), rekan-rekan Trump dari Partai Republik sebagian besar menahan diri untuk tidak mengakui kemenangan yang diproyeksikan oleh Biden.
Ditanya mengapa dia tidak memberi selamat kepada Demokrat, Senator Ron Johnson dari Wisconsin berkata, "Dia tidak perlu diucapkan selamat untuk apapun." Senator Missouri Roy Blunt mengatakan Trump "mungkin tidak terkalahkan sama sekali." Pemimpin Senat Republik, Mitch McConnell, mengatakan Trump memiliki hak untuk mengajukan gugatan hukum terhadap hasil di beberapa negara bagian medan pertempuran, seperti Pennsylvania.
Seperti yang terjadi setiap empat tahun dalam pemilu, media AS memproyeksikan pemenang pemilihan. Pada periode ini Biden keluar sebagai pemenang. Saat ini, hasil penghitung suara masih terus berlanjut untuk ditetapkan secara resmi setelah US Electoral College bertemu, pada 14 Desember mendatang. (agus ramadhan/kompas.com)