Teror di Sigi Tewaskan Satu Keluarga, Operasi Tinombala Tumpas Kelompok MIT Pimpinan Ali Kalora

Adapun korban merupakan satu keluarga, terdiri dari pasangan suami istri, anak, dan menantunya yang tewas dalam kondisi mengenaskan.

Editor: Faisal Zamzami
AFP
Ali Kalora alias Ali Ahmad, sebelah kiri adalah foto lamanya, dan sebelah kanan adalah foto barunya (AFP) 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Kasus pembunuhan empat warga di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada Jumat (27/11/2020) menggegerkan publik.

Adapun korban merupakan satu keluarga, terdiri dari pasangan suami istri, anak, dan menantunya yang tewas dalam kondisi mengenaskan.

Selain korban jiwa, sejumlah bangunan juga dibakar oleh pelaku.

Menurut polisi, pelaku pembunuhan diduga merupakan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur ( MIT) pimpinan Ali Kalora.

"Terindikasi seperti itu ada kemiripan dari saksi-saksi yang melihat langsung saat kejadian yang kami konfirmasi dengan foto-foto (DPO MIT Poso) ada kemiripan. Terindikasi," kata Kapolres Sigi AKBP Yoga Priyahutama, Sabtu (28/11/2020).

Siapa Kelompok MIT?

Kelompok MIT sendiri diketahui memang kerap melakukan aksi kriminal maupun teror di Poso dan sekitarnya.

 Misalnya, anggota kelompok itu diduga membunuh warga sipil di Poso pada 8 Agustus 2020, menembak anggota polisi di sebuah bank di Poso pada 15 April 2020, hingga diduga terlibat pembunuhan dua warga sipil di Parigi Moutong pada 27 Juni 2019.

Kelompok ini awalnya dipimpin oleh Santoso yang tewas dalam baku tembak dengan personel Operasi Tinombala di Poso pada 18 Juli 2016.

Setelah itu, Ali Kalora menggantikan posisi Santoso memimpin kelompok MIT bersama dengan Basri.

Kapolri saat itu, Jenderal (Pol) Badrodin Haiti menegaskan, Operasi Tinombala akan digelar hingga kelompok bersenjata Santoso dinyatakan habis atau tidak memiliki anggota jaringan lagi.

Operasi penumpasan dilakukan di wilayah Poso, Sulawesi Tengah, dengan area pengepungan seluas 60 kilometer persegi.

Badrodin mengakui, Operasi Tinombala berjalan lambat karena kondisi medan yang sulit.  

“Saya beberapa kali bertugas di sana, merasakan sendiri sulitnya kondisi medan,” kata Badrodin Haiti pada 27 April 2016. 

Lalu setelah Basri tertangkap, Jenderal (Purn) Tito Karnavian, pengganti Kapolri Badrodin Haiti, menetapkan Ali Kalora sebagai target utama dari Operasi Tinombala pada 2016.

Satgas Tinombala Dikerahkan

Pascaperistiwa di Sigi, Satgas Tinombala kembali dikerahkan untuk memburu kelompok pimpinan Ali Kalora tersebut.

"Saat ini sudah ada back up kurang lebih 100 orang pasukan dari Satgas Tinombala, Brimob Polda Sulteng dan TNI untuk melalukan pengejaran terhadap kelompok Ali Kalora tersebut," ucap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Awi Setiyono dalam keterangannya, Sabtu (28/11/2020).

Satgas Tinombala sudah berkali-diperpanjang karena anggota kelompok MIT pimpinan Ali Kalora selaku target belum kunjung tertangkap.

Di tahun 2020, satgas tersebut sudah diperpanjang sebanyak tiga kali.

Masa tugas satgas yang seharusnya berakhir pada 30 September kemudian diperpanjang hingga 31 Desember 2020.

Hingga saat ini, masih terdapat 13 anggota kelompok tersebut yang masuk daftar pencarian orang (DPO).

Anggota kelompok itu bersembunyi di daerah pegunungan di Parigi Moutong.

Kondisi geografis pun diklaim polisi menjadi salah satu kendala pengejaran terhadap Ali Kalora cs. "

Kendala hanya kondisi geografis yang bergunung-gunung, hutan lebat, dan luas.

Tapi itu tidak menyurutkan semangat Satgas Tinombala untuk terus melakukan pengejaran terhadap kelompok Ali kalora cs,” ujar Karopenmas Divisi Humas Polri saat itu, Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo 7 Januari 2019.

Dari DPO itulah yang diklaim polisi sebagai pelaku dalam kejadian Jumat (27/11/2020) yang menewaskan empat orang dalam satu keluarga di Dusun Tokelemo, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Hingga Sabtu (28/11/2020) malam warga di lokasi kejadian masih mengungsi di masjid dan gereja serta aparat kepolisian masih berjaga.

Sementara aparat yang tergabung dalam Operasi Tinombala disebut tengah mengejar terduga pelaku.

Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Abdul Rakhman Baso kepada BBC Indonesia menjelaskan dalam kejadian itu empat orang yang terdiri dari pasangan suami istri, anak, dan menantunya tewas dalam kondisi mengenaskan.

 Jenazah korban kii telah dimakamkan di desa tempat mereka tinggal.

Berdasarkan keterangan saksi yang dikumpulkan polisi, pada hari Jumat (27/11) sekitar pukul 09.00 WITA datang delapan orang tidak dikenal di lokasi transmigrasi tersebut.

Mereka langsung memasuki rumah korban dan menganiaya, menyebabkan keempat orang korban meninggal.

Selain itu ada enam rumah yang dibakar.

Terdapat sembilan KK atau sekitar 50 orang dari berbagai suku yang tinggal di lokasi itu.

"Saya luruskan tidak ada gereja yang dibakar. Bukan gereja. Hanya ada satu rumah yang kadang dipakai untuk melayani umat," kata Kapolda.

Orang tak dikenal ini, disebut Kapolda, mengambil sekitar 40 kg beras dan membakar kendaraan bermotor.

Kepada para saksi, polisi kemudian memperlihatkan foto para DPO teroris MIT, salah satunya Ali Kalora yang disebut sebagai pimpinan MIT.

Menurut Kapolda Sulawesi Tengah, saksi kemudian membenarkan.

"Sehingga kita menjustifikasi, bahwa pelaku adalah benar kelompok Ali Kalora," jelas Kapolda Sulawesi Tengah Abdul Rakhman Baso.

Apa Motifnya?

Dalam wawancara melalui hubungan telepon, Kapolda menjelaskan keluarga yang menjadi korban tidak memiliki perselisihan apapun dengan kelompok MIT sebelumnya.

Saat terjadi penganiayaan yang akhirnya menewaskan mereka juga tidak ada kata-kata apapun.

Kapolda mengatakan,"Prediksi kita kejadian ini merupakan balas dendam karena pada 17 November lalu kami melumpuhkan dua orang dari kelompok mereka yang selama ini masuk dalam daftar DPO."

Operasi Tinombala telah tiga kali diperpanjang tahun ini dengan target menyelesaikan kelompok teroris MIT.

Masa tugas satgas ini seharusnya berakhir pada 30 September lalu, tapi diperpanjang hingga 31 Desember karena masih ada 13 orang kelompok Ali Kalora yang menjadi DPO.

 Ali Kalora adalah 'petinggi' yang tersisa dari kelompok militan Islam yang berbasis di Poso, Sulawesi Tengah, semenjak Santoso alias Abu Wardah tewas dalam penyergapan aparat keamanan pada 2016 lalu.

Dia juga ditunjuk sebagai pemimpin kelompok itu menyusul diringkusnya pentolan kelompok Muhajidin Indonesia Timur (MIT) Basri alias Bagong, di tahun yang sama.

Mantan deklarator Perdamaian Malino, Pendeta Rinaldy Damanik, dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu (28/11/2020) mengatakan jika benar pelaku adalah kelompok MIT, ia menyimpulkan Satuan Tugas (Satgas) Tinombala belum berdaya untuk mengatasi kelompok tersebut.

Dalam rilisnya Pendeta Damanik meminta agar Satgas Tinombala bekerja lebih berani dan profesional.

Karena keamanan, kedamaian, kesejahteraan, hubungan harmonis antar umat beragama dan kesatuan bangsa harus menjadi yang utama.

Pada Sabtu (28/11/2020) Pimpinan Pusat Gereja Bala Keselamatan menggelar jumpa pers dan menyebar rilis, meminta jemaatnya tetap tenang serta waspada.

Masyarakat diharap tidak menyebarkan informasi ataupun gambar yang tidak benar/tidak layak agar tidak menimbulkan keresahan atas kejadian yang menewaskan satu keluarga itu.

Sementara itu terkait kejadian ini, ormas Islam Sulawesi Tengah PB Alkhairaat dalam rilis tertulisnya juga mengimbau masyarakat tidak tersulut emosi dan tidak mudah terprovokasi.

Baca juga: Ternyata, Terong Bermanfaat Hindari Penyakit Pencernaan dan Kembung, Ini Cara Mengolahnya

Baca juga: Polisi Inggris Sita Mobil Baru Setelah Dibeli 30 Detik, Ini Penyebabnya

Baca juga: Ada Lowongan Kerja di Bank BNI, 7 Posisi Dibuka, Cek di Sini Syarat dan Cara Daftarnya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sekilas tentang Operasi Tinombala yang Bertugas Menumpas Kelompok MIT Ali Kalora",

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved