UNHCR akan Tangani Rohingya, TNI/Polri Tarik Diri dari Pengamanan
Pemko Lhokseumawe tetap memberi dukungan seperti menyediakan tempat kepada pengungsi tersebut di eks gedung BLK Lhokseumawe
* Untuk Penanganan Maksimal dan Profesional
Pun demikian, menurutnya, Pemko Lhokseumawe tetap memberi dukungan seperti menyediakan tempat kepada pengungsi tersebut di eks gedung BLK Lhokseumawe. “Tim Satgas Pengungsi Rohingya Lhokseumawe tetap ada, hanya saja tugasnya akan berbeda. Kita tetap memantau dan berkoodinasi dengan UNHCR terkait perkembangan pengungsi ke depan,” jelas Wali Kota.
Pemerintah Kota (Pemko) Lhokseumawe resmi menyerahkan tanggung jawab dan penanganan secara penuh ratusan imigran Rohingya yang saat ini ditampung di eks gedung balai latihan kerja (BLK) setempat kepada Komisariat Tinggi PBB untuk Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
Penyerahan itu dilakukan Wali Kota Lhokseumawe, Suaidi Yahya, kepada Pejabat Protection Associate of UNHCR, Oktina Hafanti. Acara yang berlangsung di Aula Setdako Lhokseumawe, Jumat (4/13/2020) sore, itu turut disaksikan Tim Satgas Penangganan Pengungsi Rohingya, Dandim 0103/Aceh Utara, Letkol Arm Oke Kistiyanto, dan Kapolres Aceh Utara, AKBP Eko Hartanto.
Suaidi Yahya, kepada Serambi, Sabtu (5/12/2020), mengatakan, penyerahan itu sebagai langkah untuk penangan imigran Rohingya secara maksimal dan profesional. Sebab, menurutnya, selama itu Pemko memiliki keterbatasan dalam menangani etnis minoritas Myanmar tersebut. “Kini, penanganan imigran Rohingya sepenuhnya menjadi wewenang dan tanggung jawab UNHCR. Selama ini, kita sudah membantu semampunya,” ungkap Suaidi.
Pun demikian, menurutnya, Pemko Lhokseumawe tetap memberi dukungan seperti menyediakan tempat kepada pengungsi tersebut di eks gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Lhokseumawe, kawasan Meunasah Mee Kandang, Kecamatan Muara Dua. “Tim Satgas Pengungsi Rohingya Lhokseumawe tetap ada, hanya saja tugasnya akan berbeda. Kita tetap memantau dan berkoodinasi dengan UNHCR terkait perkembangan pengungsi ke depan,” jelas Wali Kota.
Sementara itu, Staf UNHCR, Oktina Hafanti, mengatakan, pihaknya akan terus memperhatikan kehidupan warga Rohingya yang ditampung di eks gedung BLK Lhokseumawe. Walau sudah menerima kewenangan penuh, menurut Oktina, pihak ke depan tetap berkoordinasi dengan Pemko Lhokseumawe, terutama terkait warga Rohingya yang kabur.
“Terima kasih atas kerjasa ma dan supportnya selama ini,” kata Oktina kepada wartawan seusai acara serah terima penanganan Rohingya tersebut, kemarin. Perhatian yang akan diberikan, sebut Oktina, termasuk soal masa depan mereka. Selama ini, sambungnya, sudah ada beberapa langkah yang dilakukan seperti penambahan shelter.
Seiring dengan serah terima tersebut, anggota TNI dan Polri yang tergabung dalam petugas keamanan satuan Tugas (Satgas) Penanganan Imigran Rohingya, juga akan dari kamp tersebut. “Tugas penanganan sudah diserahkan pada UNHCR. Jadi, untuk sementara petugas keamanan dari Satgas ditarik dan untuk selanjutnya menjadi tanggung jawab mereka (UNHCR),” kata Dandim 0103/Aceh Utara, Letkol Arm Oke Kistiyanto, didampingi Kapolres Lhokseumawe, AKBP Eko Hartanto, kepada Serambi, kemarin.
Jika ke depan UNHCR membutuhkan kembali tim pengamanan, menurut Dandim, maka mereka harus menyurati Pemko Lhokseumawe. Dandim meminta UNHCR waspada terhadap oknum-oknum dan sindikat perdagangan manusia yang mengintai imigran Rohingya untuk dijual. Seperti terjadi selama ini. “Selama ini, peran UNHCR hanya koordinasi saja. Tapi, sekarang jika ada yang kabur, tanggung jawab penuh ada pada lembaga yang ditunjuk oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tersebut,” terang Oke.
Untuk diketahui, dalam dua bulan terakhir, tim Satgas sudah berhasil menggagalkan tujuh kali upaya penyelundupan pengungsi Rohingya dari kamp tersebut. Kasus itu sudah diserahkan ke kepolisian. Dua kasus ditangani Polda Aceh dan lima lainnya oleh Polres Lhokseumawe. Tersangka terbanyak dari Sumatera Utara dan ada juga imigran Rohingya yang sudah lama menetap di Medan.
Kamp pengungsi eks gedung BLK Lhokseumawe sudah menampung 396 imigran Rohingya. Mereka datang dalam dua gelombang melalui jalur laut. Saat ini, pengungsi yang tersisa di tempat itu sebanyak 352 orang. Sebab, empat orang meninggal dunia dan 40 lainnya berhasil kabur dalam beberapa kali. (zak)