Berawal dari Galang Donasi di Medsos, Edi Fadhil Bangun Ratusan ‘Istana’ untuk Warga Miskin
Putra kelahiran Montasik, Aceh Besar bernama lengkap Edi Fadhil. Sosok yang cukup dikenal, terutama di kalangan pengguna jaringan maya di Aceh
Putra kelahiran Montasik, Aceh Besar bernama lengkap Edi Fadhil. Sosok yang cukup dikenal, terutama di kalangan pengguna jaringan maya di Aceh. PNS di Pemerintah Aceh ini mulai masyhur kala ia bersama relawan menggalang dana dari media sosial (medsos) pada 2015 silam untuk membedah dan membangun rumah masyarakat miskin di Aceh. Hingga saat ini ia terus menggalang donasi dan membangun rumah bagi yang membutuhkan. Tak berlebihan, jika sosok Edi Fadhil kita sebut sebagai pahlawan bagi masyarakat kurang mampu di Aceh.
BEBERAPA waktu lalu, Edi Fadhil dilantik sebagai Kasi Pengembangan Usaha dan Lembaga Ekonomi Gampong pada DPMG Aceh. Sebelumnya ia hanya staf di Bappeda Aceh. Edi Fadhil lulus sebagai abdi negara sejak 2014. Namun lebih dari itu, Edi Fadhil sebenarnya abdi untuk masyarakat.
Ayah satu anak ini benar-benar mengabdikan dirinya kepada masyarakat miskin di Aceh. Hingga tahun 2020, Edi Fadhil telah membangun 105 unit rumah bagi masyarakat miskin. Dana pembangunan itu didapatkan dari donasi media sosial. Edi Fadhil menggunakan Facebooknya untuk menggalang dana hingga saat ini.
Program membangun dan membedah rumah masyarakat miskin ini dimulai Edi Fadhil pada tahun 2015. Ide itu muncul saat Edi Fadhil datang ke sebuah desa di pedalaman Aceh Utara. Di sana dia melihat sebuah rumah tak layak huni, ditempati oleh satu keluarga. Rumah tersebut hanya memiliki 1 ruangan saja.
"Itu di Sawang, Aceh Utara, ada satu rumah tidak layak huni, ukurannya 3x3 meter. Tinggal suami istri dan dua anak di satu ruang saja, di situ ruang tidur, dapur, ruang makan, ruang tamu di situ juga, semua di situ. Rumahnya dibangun dari pelepah rumbia. Saya baru pertama kali melihatnya, rumah sekecil itu dan dibangun dari pelepah rumbia," kata Edi Fadhil dalam podcast dengan Serambi belum lama ini.
Saat itulah naluri Edi Fadhil sebagai manusia yang hidup tolong menolong muncul. Ia menaruh perhatian besar kepada keluarga tersebut sehingga kemudian mendokumentasikan rumahnya, lengkap dengan kondisi tampak dalam beserta keluarga yang mendiami. Foto-foto itu lalu diunggah ke Facebook miliknya.
Tidak sekedar menggunggah foto, Edi Fadhil juga membuat challenge (tantangan), siapa yang like atau komen harus mentransfer sumbangan Rp 100 ribu untuk membantu keluarga tersebut. "One like atau one comment itu harus transfer Rp 100 ribu. Saya buat begitu karena teringat dengan program Ice Bucket Challange, kegiatan berupa menyiram seember air es di kepala seseorang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit sklerosis lateral amiotrofik. Lalu setiap orang yang disiram menyumbangkan donasi untuk penelitian penyakit tersebut," kata Edi Fadhil.
Postingan Edi Fadhil lansung dibanjiri like dan komen. Ada sebagian yang langsung mentransfer, ada juga yang tidak. Bagi yang sudah like namun tidak menyumbang, Edi Fadhil dengan berani mengirimkan pesan ke akun tersebut. "Saya inbox, saya bilang ‘Pak/Bu Anda sudah like jadi harus transfer Rp 100 ribu’. Mungkin mereka surprise dengan saya inbox, mereka yakin berarti ini sumbangan betul-betul, setelah itu langsung ditransfer," ujarnya.
Beberapa hari setelah postingan itu, Edi Fadhil mampu mengumpulkan donasi sebesar Rp 17 juta. Donasi kemudian terus mengalir. Saat dana yang terkumpul dirasa cukup untuk membangun rumah, Edi Fadhil kembali mengunjungi keluarga miskin di Sawang.
"Saya ajak beberapa warga dan relawan saat itu untuk membongkar rumah itu, lalu kami minta tukang untuk membangun kembali dengan ukuran sesuai dengan biaya yang telah saya kumpulkan melalui medsos," katanya.
Dengan bantuan para netizen, Edi Fadhil dan relawan merampungkan pembangunan rumah pertama tersebut. Itu ternyata menjadi langkah awal bagi dirinya melakukan gerakan sosial yang kemudian diberi nama 'Cet Langet'. Nama yang ditabalkan oleh kolega tersebut ternyata cukup populer, hingga membuat Edi Fadhil menuntaskan rumah demi rumah dengan nama programnya itu.
Bahkan, setelah pembangunan rumah pertama, Edi Fadhil mendapatkan kepercayaan luar biasa dari kalangan pengguna media sosial. Banyak netizen yang langsung mentransfer dana kepada Edi Fadhil saat dia memposting foto rumah-rumah yang akan dibedah. "Kalau dulu kan saya buat challenge, sekarang alhamdulillah ketika saya posting ada saja orang yang langsung kirim dan jumlahnya tidak sedikit. Alhamdulillah," ucap Edi Fadhil.
Berkat gerakan sosial yang dilakukannya itu, Edi Fadhil juga mendapat kepercayaan dari pihak swasta untuk membangun rumah masyarakat miskin melalui dana CSR. "Donasi dari netizen juga masih terus kita terima. Setiap kita posting foto selalu ada yang sumbang seperti biasa," imbuhnya.
Saat ini, Edi Fadhil sudah melakukan pembangunan 105 unit rumah di berbagai daerah di Aceh. Rata-rata rumah yang dibangun berukuran 6x6 dan berlantai semen. Edi Fadhil menghabiskan dana sekitar Rp 40 juta untuk satu rumah. "Kita menyelesaikannya sampai tuntas termasuk untuk listrik, baru kemudian kita serahkan kepada pemiliknya," kata Edi Fadhil.
Edi Fadhil menambahkan, dirinya dan para relawan tidak pernah mengambil untung dari dana yang terkumpul. "Sebenarnya ini tidak perlu saya bilang. Tapi karena sudah ditanya ya harus saya jawab. Benar, kami tidak pernah mengambil untung dari donasi yang terkumpul ini. Alhamdulillah semua kita termasuk teman-teman di lapangan bekerja ikhlas," ungkap Edi Fadhil.