Lama tak Sekolah, Seragam jadi Kekecilan

Seorang warga Rukoh, Banda Aceh, Melidawati (38), mengaku tidak mengantarkan anaknya ke SD 16 Banda Aceh pada Senin kemarin karena seragam sekolah

Editor: bakri
SERAMBI/HENDRI
Murid Sekolah Dasar (SD) mengikuti upacara bendera pada hari pertama sekolah tatap muka di tengah pandemi covid-19 di salah satu SD di Aceh Besar, Senin (4/1/2021). SERAMBI/HENDRI 

* Belajar Tatap Muka Terapkan Sistem Sif

BANDA ACEH - Sekolah-sekolah di Aceh menerapkan belajar tatap muka mulai Senin (4/1/2021) kemarin. Ini merupakan yang pertama dilakukan sejak Pemerintah Aceh menerapkan sistem belajar daring pada Maret 2020 lalu.

Praktis sejak saat itu, seragam sekolah tidak pernah lagi digunakan. Begitu akan dipakaikan kemarin, banyak di antaranya yang sudah tidak muat lagi karena ukurannya yang kekecilan. Akibatnya para orang tua harus membelikan seragam baru untuk anak-anaknya.

Seorang warga Rukoh, Banda Aceh, Melidawati (38), mengaku tidak mengantarkan anaknya ke SD 16 Banda Aceh pada Senin kemarin karena seragam sekolah (baju dan celana) yang telah disiapkan sudah kekecilan. Ia baru mengetahui kemarin pagi, meski seragam telah disiapkan sehari sebelumnya.

“Seragam sekolahnya itu sudah saya siapkan sehari sebelumnya, tetapi saat akan dipakai pagi tadi sudah tidak muat lagi. Bajunya tidak bisa lagi dikancing dan celananya sudah sangat gantung,” katanya saat membeli seragam sekolah di Pasar Tungkop, Aceh Besar, kemarin.

Ibu tersebut mengakui, selama penerapan belajar daring, berat dan tinggi badan anaknya yang baru kelas 2 SD itu memang naik cukup pesat. Bisa jadi karena kurangnya aktivitas, mengingat waktu anak-anak banyak dihabiskan di rumah dan pekarangan sekitar rumah.

“Atau mungkin memang sudah waktunya tumbuh. Tetapi karena kita jarang lihat dia pakai seragam, dan begitu dipakai tidak muat lagi, sehingga terkesan pertumbuhan anak jadi cepat,” imbuhnya.

Melidawati mengaku, hal itu tidak dialami anaknya saja. Beberapa wali murid lain teman sekolah anaknya juga mengakui hal yang sama. Selama sekolah daring, anak-anak mereka jadi tambah gemuk dan tinggi. “Tadi saya jumpa ibu teman anak saya, dia cerita begitu juga,” katanya sambil tertawa.

Di SD 16, kemarin memang merupakan hari pertama belajar tatap muka. Sistem belajar dilakukan dengan sistem sif. Hal yang sama juga diterapkan di sekolah-sekolah lainnya, baik di Banda Aceh, Aceh Besar, Bireuen, dan hampir semua kabupaten/kota.

                                                                             Wajib terapkan protkes

Demikian juga untuk sekolah jenjang SMA dan SMK. Hal itu diketahui saat Plt Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Alhudri, melakukan inpeksi mendadak (sidak) ke sejumlah SMA/SMK di Banda Aceh. “Sidak ini untuk melihat apakah di sekolah sudah melaksanakan protokol kesehatan penuh atau belum,” katanya kepada Serambi.

Sekolah-sekolah yang dikunjungi antara lain SMK 3 di Lhong Raya, SMK 5 Telkom di Lampineung, dan SMA 2 di Kampung Mulia. Hasil peninjauannya, pelaksanaan belajar mengajar tatap muka sudah berjalan sesuai protkes yang dianjurkan Satgas Covid 19 Kota Banda Aceh dan Provinsi.

Selain itu, proses belajar juga menerapkan sistem sif atau bergiliran untuk menghindari kerumunan siswa dalam jumlah banyak. “Dengan sistem giliran selang satu hari belajar tatap muka, jumlah siswa yang hadir ke sekolah setiap hari setengah dari jumlah total siswa,” jelas Kepala SMK 3, Salma, kepada Alhudri.

Berdasarkan laporan Salma, diketahui bahwa di SMK 3 juga sudah dibentuk Satgas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 yang terdiri dari para guru yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan protkes di lingkungan sekolah. Selain itu juga sudah ada tim medis pencegahan dan penanangan Covid-19.

“Jadi saat ada siswa yang mengalami gejala Covid-19, siswa akan langsung dievakuasi ke rumah sakit terdekat oleh tim satgas pencegahan dan penenganan Covid-19 sekolah,” ujar Salma.

Alhudri mengaku puas saat meninjau SMK 3 dan SMK 5, hanya saat di SMA 2 di Kampung Mulia, dia mengaku sedikit kurang puas melihat dengan kondisi lingkungan sekolah yang belum rapi dan bersih. Di teras depan ruang belajar ia sebutkan masih ditemukan tumpukan buku pustaka, meja belajar, dan kursi bekas.

Kepada para guru, Plt Kadisdik Aceh ini mengimbau para guru agar sebelum memulai pelajaran, menggunakan waktu selama lima menit untuk memberikan penjelasan kepada siswa tentang bahaya virus corona dan dan cara pencegahannya dengan menerapkan perilaku 3 M yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Untuk memastikan semua itu terlaksana, Disdik Aceh dikatakan Alhudri akan rutin melakukan sidak ke sekolah-sekolah. “Kita akan terus lakukan sidak ini, bahkan setiap minggu, sehingga protokol kesehatan dan kualitas pendikan bisa ikut terjaga,” pungkas Alhudri.(yos/her) 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved