Video
VIDEO - Pengadilan Inggris Putuskan Ekstradisi ke AS JULIAN ASSANGE
Pengadilan Inggris hari Senin akan memutuskan apakah pendiri WikiLeaks Julian Assange akan diekstradisi ke AS atas tuduhan spionase.
Penulis: Yuhendra Saputra | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM, LONDON - Pengadilan Inggris hari Senin akan memutuskan apakah pendiri WikiLeaks Julian Assange akan diekstradisi ke AS atas tuduhan spionase karena mengungkap "rahasia gelap" militer AS, termasuk pembunuhan sipil dan penyiksaan terhadap tahanan di Irak dan Afghanistan.
Keputusan tentang Julian Assange akan disampaikan hari ini (4/1/2021) di pengadilan London.
Jika pengadilan mengatur ekstradisinya ke AS, Assange dapat membawa keputusan tersebut ke pengadilan yang lebih tinggi yaitu ke Pengadilan HAM Eropa, sebuah proses yang memakan waktu hingga dua tahun.
Washington menolak jika dia tidak diekstradisi. Di AS Assange dihadapkan dengan hukuman 175 tahun penjara jika dia diekstradisi dan divonis bersalah dengan tuduhan spionase dan menerbitkan "dokumen rahasia" militer AS.
Kelompok kebebasan pers menuntut agar tuduhan itu dibatalkan dan menuduh AS menghukum Assange karena membocorkan dokumen AD AS soal rahasia pembunuhan warga sipil dan penyiksaan para tahanan.
Assange diseret keluar dari gedung kedutaan Ekuador di London tahun lalu, tempat dia berlindung selama lebih dari tujuh tahun.
Dokumen Perang Irak yang terbit pada Oktober 2010, salah satu yang mencolok terkait militer AS karena pembunuhan warga sipil dan penyiksaan terhadap tahanan.
File ini menampilkan gambar pembunuhan 15 orang, termasuk dua jurnalis Reuters dalam tembakan dari helikopter Apache milik militer AS.
Rekaman video oleh kamera helikopter menunjukkan tentara berteriak, tertawa dengan kasar.
Angkatan Darat AS tidak menghukum tentara tersebut, dengan alasan ada "pemberontak" yang akan menyergap pasukannya.
"Pada saat itu, kami tidak dapat membedakan apakah mereka (reporter Reuters) membawa kamera atau senjata," tambahnya.
Tentara AS ditemukan menyaksikan karyawan perusahaan keamanan Blackwater menembaki kendaraan di Irak, menewaskan seorang pria dan melukai istri dan putrinya, menurut dokumen Assange.
Pada tahun 2010, WikiLeaks menerbitkan lebih dari 90.000 lembar dokumen dan laporan rahasia tentang perang di Afghanistan.
Tentara AS menembaki sebuah bus dan menewaskan 15 orang, menurut dokumen tersebut. Termasuk tentara Polandia menggerebek sebuah resepsi pernikahan dan membunuh lima orang termasuk seorang wanita hamil dan anaknya.
File-file tersebut termasuk kasus di mana pasukan AS diduga membunuh sekitar 300 warga sipil dalam serangan rudal dengan mengklaim telah membunuh 150 anggota Taliban, dan pembentukan unit khusus rahasia untuk membunuh para pemimpin Taliban tanpa pengadilan.