Kisah Kompol Aditya Mulya Hampir 2 Tahun Terbaring, Dikeroyok saat Bertugas, Alami Kerusakan Otak

Kompol Aditya sempat kritis setelah menjadi korban pengeroyokan massa saat mengamankan perkelahian perguruan silat, 8 Mei 2019.

Editor: Faisal Zamzami
Istimewa
Kondisi terkini Kompol Aditia Mulya Ramdhani (36) hanya bisa terbaring di tempat tidur. Aditia adalah korban pengeroyokan kelompok perguruan pencak silat Persaudaraan Silat Hati Terate (PSHT) pada Mei 2019. Ketika itu, dia menjabat sebagai Kepala Reskrim Polres Wonogiri, hendak membubarkan bentrok perguruan pencak silat tersebut. Namun, bukannya massa bubar malah mengeroyoknya hingga cidera berat di kepala. 

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Mantan Kasat Reskrim Polres Wonogiri, Kompol Aditya Mulya Ramdhani sampai saat ini kondisinya belum pulih sepenuhnya.

Kompol Aditya sempat kritis setelah menjadi korban pengeroyokan massa saat mengamankan perkelahian perguruan silat, 8 Mei 2019.

Hampir dua tahun berjalan, kini kondisi Kompol Aditya Mulya Ramdhani (36) hanya bisa terbaring di tempat tidur.

Aditia adalah korban pengeroyokan kelompok perguruan pencak silat Persaudaraan Silat Hati Terate (PSHT).

Ketika itu, Mei 2019, Kompol Aditia menjabat sebagai Kepala Reskrim Polres Wonogiri.

Dia hendak membubarkan bentrok perguruan pencak silat tersebut.

Namun, bukannya massa bubar malah mengeroyoknya hingga cidera berat di kepala.

Akibat peristiwa itu, Aditia menderita cedera di bagian tengkorak kepalanya karena dipukuli dengan batu.

Dewi Setyawati (40), istri Kompol Adita memceritakan kondisi suami tercintanya itu.

“Belum begitu banyak perubahan karena kebetulan kerusakan parah berada di otaknya,” kata dia, Kamis (4/2/2021).

Kondisi suaminya, sebut Dewi, masih belum bisa merespons kontak mata ataupun merespons sesuatu dengan baik.

Pihaknya saat ini sedang mengupayakan sistem stem cell yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

“Karena laboratorium stem cell ada di sana,” lanjutnya.

s
Kondisi terkini Kompol Aditia Mulya Ramadhani (36) hanya bisa terbaring di tempat tidur. Aditia adalah korban pengeroyokan kelompok perguruan pencak silat Persaudaraan Silat Hati Terate (PSHT) pada Mei 2019. Ketika itu, dia menjabat sebagai Kepala Reskrim Polres Wonogiri, hendak membubarkan bentrok perguruan pencak silat tersebut. Namun, bukannya massa bubar malah mengeroyoknya hingga cidera berat di kepala.

Di rumah sakit tersebut, Dewi bercerita suaminya sudah 4 kali menjalani terapi dari jadwal total 20 kali.

Dia berharap biaya stem cell dapat dibiayai Rumah Sakit Polri.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved