Berita Aceh Singkil
Ternyata Ini Riwayat Asal-Usul Nama Singkil, Sudah Tahu?
Sayangnya, belum ada literatur kapan persisnya nama Singkil mulai ditabalkan. Namun dalam peta-peta (map) lama Portugis dan Belanda, nama Singkil...
Penulis: Dede Rosadi | Editor: Nurul Hayati
Sayangnya, belum ada literatur kapan persisnya nama Singkil mulai ditabalkan. Namun dalam peta-peta (map) lama Portugis dan Belanda, nama Singkil sudah dipakai dengan sebutan New Singkel, Chinqueele atau Quinchell sekira abad ke-15.
Laporan Dede Rosadi I Aceh Singkil
SERAMBINEWS.COM, SINGKIL - Singkil ibu kota Kabupaten Aceh Singkil, dinamai Singkil, memiliki riwayat tersendiri.
Kisah itu, berdasarkan cerita turun temurun.
Sayangnya, belum ada literatur kapan persisnya nama Singkil mulai ditabalkan.
Namun dalam peta-peta (map) lama Portugis dan Belanda, nama Singkil sudah dipakai dengan sebutan New Singkel, Chinqueele atau Quinchell sekira abad ke-15.
Nama Singkil berdasarkan riwayatnya, berasal dari kata 'sekel' artinya mau.
Sekel sendiri merupakan bahasa ibu suku Singkil yang jadi penduduk mayoritas di Kabupaten Aceh Singkil.
Baca juga: Jalan Lingkar Keude Peusangan Perlu Diperlebar, Begini Kondisinya
Asal usul nama Singkil berasal dari kata 'sekel' pernah menjadi pembahasan dalam diskusi bertajuk Sejarah Peradaban Singkel yang diselenggarkan Himpunan Mahasiswa Singkil-Langsa (Himasila), di Warung Sinanggel, Tanah Bara, Aceh Singkil pada 8 Desember 2020.
Aslym Combih, sejarawan dalam diskusi tersebut mengatakan nama Singkil berasal dari kata sekel artinya mau, bersedia, berkenan.
Singkil sendiri sudah dikenal sejak abad XV sebagai nama kerajaan.
Mengutip catatan Tom Pieres kata Aslym, terdapat berbagai variasi penulisan untuk Singkil.
Ada Chinqueele dan Quinchell.
"Sedangkan Petrus Plancius menyebutnya Singkel," ujar Aslym.
Beda lagi dengan penabalan nama belakang Syekh Abdurrauf As Singkily.
Singkil ditulis dengan Singkily.
Baca juga: Ini Daftar Khatib Jumat di Bireuen
Singkily menunjukan asal usul Syekh Abdurrauf yang merupakan Mufti Agung Kesultanan Aceh Darussalam semasa Sultanah Tajul Alam Syafiatuddin Syah (1641-1675 Masehi).
Sementara Drs H Mu'adz Vohry MM, budayawan Aceh Singkil, menyebutkan kota Singkil dahulu diperkirakan 12 mil dari laut.
Persisnya di daerah Gelombang pinggir sungai Lae Suraya yang kini masuk dalam wilayah Kota Subulussalam.
Orang tua terdahulu kata Mu'adz, menyebut bukit gelombang daerah hempasan ombak.
Di dekatnya pelabuhan kapal dagang dari luar negeri, maka itu dinamakan gelombang.
"Kuala pada saat itu antara Tanah Tumbuh dan Suak Jampak disitulah Kuala Sungai Singkil, yang kemudian disebut Kuala Kepeng," tukasnya.
Sebelum akhirnya porak poranda, akibat fenomena alam sehingga pindah ke Singkil Lama dan Singkil saat ini yang jadi ibu kota Kabupaten Aceh Singkil.
Sementara ada juga hikayat unik yang menjadi asal muasal bangsa Eropa menyebut Singkel, Chinqueele atau Quinchell.
Konon sekitar abad ke-15 Masehi, ada seorang pria yang baru menikah berasal dari daerah pinggir sungai Lae Cinendang, menjual getah kayu kapur ke pelabuhan Singkil Lama.
Ketika melihat kapal Eropa datang, si pria segera menawarkan getah kayu kapur dengan mengucapkan sekel (mau)?
Bangsa Eropa lantas membelinya.
Baca juga: Disnakermobduk-FKJP Aceh Libatkan Perusahaan dalam Merekrut Peserta Magang
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun dan seterusnya.
Si orang Eropa kembali ke pelabuhan Singkil Lama.
Ia rupanya tertarik dengan getah kayu kapur sang penjual yang ditemuinya tempo hari, lantaran memiliki kualitas sangat baik.
Bangsa Eropa lantas mencarinya dengan menyebut Sekel, tentu dengan lidah khas bulenya.
Kira-kira 'Chinqueele atau Quinchell'.
Namun, terdengar penduduk lokal kala itu Singkil atau Singkel.
Jadilah Singkel masuk dalam catatan perjalanan penjelajah bangsa Eropa.
Kisa di atas, juga tertuang dalam buku Warisan Sejarah dan Budaya Singkil yang ditulis Mu'adz Vohry.
Berdasarkan literatur Singkil, sudah beberapa kali pindah akibat luluh lantak dihantam gempa dan gelombang tsunami, hingga ke lokasi sekarang yang dikenal dengan sebutan Singkil Baru (New Singkil).
Di peta-peta (map) lama keluaran Portugis atau Belanda, wilayah Singkil yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Aceh Singkil sudah dipakai nama New Singkel.
Versi Indonesianya, itulah Singkil Baru.
Alkisah, wilayah Singkil sendiri awalnya di sekitar Gelombang sekarang.
Ada juga yang menyebutnya dekat muara Berok.
Didirikan raja-raja Singkil sekitar abad ke-7.
Baca juga: AHM Komit Bina Pebalap Muda di Berbagai Ajang Bergengsi 2021
Pada masa keemasannya Singkil, menjadi kota pelabuhan tempat singgah kapal saudagar dari Timur Tengah, Eropa ,dan wilayah nusantara.
Sebagai kota perdagangan, Singkil memiliki fasilitas pendukung selain pelabuhan, seperti pasar.
Terbukanya wilayah itu, menyebabkan penduduk yang mendiaminya berasal dari berbagai etnis.
Mulai bangsa Eropa, Tingkok, Arab, dan etnis lokal.
Tapi setelah terjadi peristiwa geloro (semacam tsunami) sekitar pertengahan abad ke-18 berpindah ke Singkil Lama, terletak di sebelah barat Singkil, ibu kota Kabupaten Aceh Singkil.
Di lokasi itu masih ditemukan bata merah, sumur, serta pecahan keramik.
Lokasi yang kini berada di dekat mulut muara Singkil Lama tersebut, juga dekat dengan Desa Kayu Menang, Kecamatan Kuala Baru.
Kejayaan Singkil kembali didirikan.
Baca juga: Pemerintah Aceh akan Fasilitasi Putra Putri Aceh Belajar di Politeknik Pelayaran Malahayati
Namun jelang akhir abad ke-18 lagi-lagi datang geloro menghancurkan kota.
Akhirnya, penduduk yang tersisa pindah ke Desa Ujung, terus menyebar ke desa lain.
Itulah yang kemudian menjadi landscape (bentang alam) Singkil Baru, yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Aceh Singkil.
Rumah Gadang di Desa Ujung, bukti sejarah yang tersisa lahirnya Singkil Baru.
Istana itu didirikan Datuk Singkil, Datuk Abdurauf, sekitar 1904 sebagai tempat tinggal bersama keluarga.
"Rumah ini (rumah gadang) didirikan Datuk Abdurauf 1904, jadi usianya sudah 115 tahun," kata Abdul Razak, keturunan ketiga dari Abdurauf, Datuk Singkil saat ditemui 1 Agustus 2019 lalu. (*)
Baca juga: VIDEO Rumah Ibu Dua Anak Terbakar di Aceh Utara, Haji Uma Datang saat Kejadian Berlangsung