Internasional
Pemimpin Junta Militer Myanmar Siap Terima Sanksi dan Isolasi Dunia, Masih Ada China dan Rusia
Para pemimpin junta militer Myanmar menegaskan siap menerima sanksi dan isolasi dari Dunia. Mereka mengatakan sudah biasa menerima sanksi
SERAMBINES.COM. COM NEW YORK - Para pemimpin junta militer Myanmar menegaskan siap menerima sanksi dan isolasi dari Dunia.
Mereka mengatakan sudah biasa menerima sanksi, tetapi tetap selamat dalam menjalankan negara.
Tetapi, sebenarnya, dukungan kuat China dan Rusia yang membantu negara itu dapat bertahap hidup dari isolasi masyakarat internasional.
Kudeta 1 Februari 2021 di zaman modern ini tampaknya tidak berjalan mulus.
Karena sebagian besar rakyat menolak memimpin negara tanpa pemilihan secara demokrasi, seperti dilansir Reuters, Kamis (5/3/2021).
Seorang pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan telah mendesak Dunia mengambil tindakan yang sangat kuat untuk memulihkan demokrasi di Asia Tenggara.
Baca juga: Amerika Serikat Desak China Ambil Peran untuk Akhiri Pertumpahan Darah dan Kudeta di Myanmar
Utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, mengatakan 38 orang tewas pada Rabu (2/3/2021). yang menjadi hari paling kejam sejak kudeta.
Ketika militer memadamkan protes. Schraner Burgener dijadwalkan memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB pada Jumat (5/3/2021).
Myanmar berada dalam kekacauan sejak tentara merebut kekuasaan dan menahan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
Termasuk, sebagian besar kepemimpinan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
NLD memenangkan pemilihan pada November 2020 dengan telak, yang menurut militer curang.
Komisi pemilihan mengatakan pemungutan suara itu adil.
Baca juga: VIDEO Militer Myanmar Serang Pendemo Pakai Peluru Tajam, 10 Orang Meninggal Termasuk Gadis 14 Tahun
Schraner Burgener mengatakan dalam percakapan dengan wakil panglima militer Myanmar Soe Win.
Dia telah memperingatkannya militer kemungkinan besar akan menghadapi tindakan keras dari beberapa negara dan isolasi sebagai pembalasan atas kudeta tersebut.
Jawabannya adalah:
'Kami terbiasa dengan sanksi, dan kami selamat'," katanya kepada wartawan di New York.
"Ketika saya juga memperingatkan akan pergi dalam isolasi, jawabannya adalah: 'Kita harus belajar berjalan hanya dengan beberapa teman'."
Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Kanada dan Uni Eropa, telah menerapkan atau sedang mempertimbangkan sanksi yang ditargetkan untuk menekan militer dan sekutu bisnisnya.
Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 orang telah menyuarakan keprihatinan atas keadaan darurat tersebut.
Tetapi tidak mengutuk kudeta tersebut bulan lalu karena ditentang oleh Rusia dan China.
Memandang perkembangan tersebut sebagai urusan dalam negeri Myanmar.
Baca juga: Militer Myanmar Makin Brutal, Tembak Pendemo dari Jarak dekat dan Pakai Peluru Tajam
Tindakan apa pun oleh dewan di luar pernyataan tidak mungkin dilakukan, kata para diplomat.
"Saya berharap mereka menyadari ini bukan hanya urusan internal, itu mengenai stabilitas kawasan," kata Schraner Burgener tentang China dan Rusia.(*)