Bisa Dilakukan oleh Sekolah Lain
Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SMA dan Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK) Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh, Drs Amiruddin
Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SMA dan Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK) Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh, Drs Amiruddin, yang dimintai tanggapannya oleh Serambi, Selasa (23/3/2021) tadi malam, mengatakan, pihaknya sangat bersyukur karena tahun ini banyak siswa SMA di Aceh yang lulus ke berbagai universitas negeri di Indonesia melalui jalur undangan atau Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
“Alhamdulillah, atas usaha keras teman-teman guru, kepala sekolah, orang tua, masyarakat, dan stakeholder terkait, banyak siswa SMA dari berbagai kabupaten/kota di Aceh yang diterima pada sejumlah universitas negeri di Aceh, Sumatera Utara, hingga ke Pulau Jawa, melalui jalur undangan atau SNMPTN 2021. Seperti kita ketahui, hasil SNMPTN sudah diumumkan kemarin (Senin-red) pukul 15.00 WIB,” ujar Amiruddin via telepon seluler.
Tapi, menurutnya, data pasti jumlah siswa Aceh yang lulus SNMPTN tahun ini baru bisa diketahui dalam beberapa hari ke depan. Sebab, kata Amiruddin, kelulusan itu hanya bisa dicek oleh siswa yang bersangkutan melalui laman Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) atau website universitas tempat mereka diterima. “Kami sudah meminta pihak sekolah dan cabang dinas di seluruh Aceh agar segera mengirim data tersebut. Jadi, untuk sementara kita harus bersabar. Mudah-mudahan bisa secepatnya kita ketahui,” harapnya.
Dari keseluruhan siswa SMA se-Aceh yang diterima pada berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia melalui jalur undangan (SNMPTN), sebut Amiruddin, sembilan orang di antaranya adalah siswa SMA Negeri 1 Lhokseumawe yang mampu menamatkan sekolah dalam waktu dua tahun. “Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa anak-anak Aceh memang pandai, the best. Tergantung bagaimana cara kita membina, membimbing, serta memoles bakat dan kemampuan yang mereka miliki,” timpal Amiruddin.
Ia mengatakan, kesembilan siswa tersebut selama ini mengikuti pola pembelajaran dengan sistem kredit semester (SKS). “Kalau pola biasa, satu tahun pembelajarannya dua semester. Jadi, tiga tahun totalnya enam semester. Tapi, dengan pola SKS, setahun jadwal belajar dibagi tiga caturwulan (per empat bulan). Sehingga, dalam dua tahun enam caturwulan,” jelasnya seraya menyatakan pola SKS sama dengan kelas akselerasi yang sudah pernah dilaksanakan beberapa waktu lalu oleh sejumlah sekolah di Aceh.
Amiruddin berharap, ke depan sekolah-sekolah lain di Aceh dapat mengikuti pola pembelajaran SKS seperti yang diterapkan oleh SMAN 1 Lhokseumawe dan SMAN 1 Bireuen. Terkait perlu tidaknya program belajar dua tahun di SMA dengan pola SKS dilaksanakan oleh sekolah-sekolah lain di seluruh Aceh, Amiruddin mengatakan, pihaknya akan segera melakukan analisis dan kajian lebih mendalam.
“Jika perlu ditindaklanjuti, kita akan duduk kembali dengan jajaran dinas pendidikan dan stakeholder terkait lain untuk membahasnya. Asalkan tidak bertentangan dengan aturan nasional serta untuk kepentingan anak-anak Aceh, program ini bisa saja kita terapkan di semua daerah,” ucapnya.
Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang lebih baik atau bermutu, Amiruddin berharap semua pihak mendukung Program ‘Aceh Carong’ yang dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Gubernur, Ir Nova Iriansyah MT. “Tanpa dukungan dari sekolah, guru, orang tua, masyarakat, dan stakeholder lainnya, mustahil semua program yang bertujuan untuk mencerdaskan anak-anak Aceh akan tercapai. Dengan kata lain, kita semua harus seiya sekata dalam membangun sektor pendidikan Aceh menjadi lebih baik,” pungkas Drs Amiruddin. (jal)