Sejarah Aceh
Berziarah ke Makam Putroe Tsani di Reubee Pidie, Sejarawan: Seperti Bukan Makam Permaisuri Raja
Kompleks makam Putroe Tsani ini berada sekitar 1 kilometer dari jalan Reubee – Padang Tiji, atau berjarak sekitar 8 kilometer arah barat Kota Sigli.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM – Lazimnya tradisi di kerajaan besar dan megah, raja dan permaisuri dimakamkan di kompleks kerajaan yang berada di pusat pemerintahan.
Tapi kelaziman ini tidak berlaku bagi Putroe Tsani, permaisuri dari sultan termegah pada era Kerajaan Aceh Darussalam, Sultan Iskandar Muda yang bergelar Meukuta Alam atau Mahkota Alam.
Putroe Tsani yang merupakan ibunda dari Sultanah Safiatuddin ini dimakamkan di pedalaman Kabupaten Pidie, tepatnya di Desa Reuntoh, Kemukiman Reubee, Kecamatan Delima.
Kompleks makam Putroe Tsani ini berada sekitar 1 kilometer dari jalan Reubee – Padang Tiji, atau berjarak sekitar 8 kilometer arah barat Kota Sigli, ibukota Kabupaten Pidie.
Lokasi ini hanya bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi atau carteran.
Saat kami datang pada Minggu (28/3/2021), areal makam yang berada di pinggiran desa ini sunyi sepi.
Hanya ada satu makam di bawah bangunan beton tak bercat itu.
Beberapa bagian dari makam juga telah rusak, seperti nisan yang hanya tinggal bagian kaki, dan penutup bagian atas makam yang patah, tapi telah disambung dengan semen biasa.
Dua pamplet yang terpancang di areal makam juga tidak memberi informasi banyak.
Pada salah satu pamplet dengan kop "Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh" hanya ada tulisan "Situs Cagar Budaya, Makam Putroe Tsani".
Satu pamplet lagi berisi kutipan undang-undang tentang amaran agar menjaga dan memilihara situs cagar budaya.
Sama sekali tidak ada penjelasan, siapa Putroe Tsani yang dimakamkan di lokasi itu.
Sejarawan Aceh Dr Husaini Ibrahim MA mengungkapkan rasa prihatinnya melihat kondisi makam.
Menurutnya, kondisi ini sama sekali tidak mencerminkan bahwa itu adalah makam permaisuri dari sultan termegah dalam sejarah Kerajaan Aceh Darussalam.
Husaini berharap Pemerintah Aceh, Pemkab Pidie, dan para pihak lainnya, melakukan sesuatu agar kompleks ini menjadi sarana edukasi bagi generasi Aceh masa kini dan masa depan.