Kupi Beungoh
BERTOPENG DENGAN RAMADHAN
Artis dan penyanyi yang laki-laki tampil dalam acara televisi sudah berbaju koko serta berkopiah dan yang perempuan mendadak berhijab.
Oleh, Nazarullah, S.Ag, M.Pd*)
“Alangkah hina/celakanya seseorang yang kedatangan bulan ramadhan, sementara dia tidak diampuni dosa-dosanya”. (HR. Al-Baihaqi)
Setiap bulan Ramadhan tiba, kita selalu melihat tampilan manusia berubah, baik sikap, perilaku atau bahkan cara berpakaian.
Banyak di antara kita yang “mengislamkan” diri serta mengubah pola hidup yang sebelumnya dianggap buruk, tiba-tiba menjadi baik dan bersahaja.
Yang sebelumnya tidak berbusana muslimah, tiba-tiba dalam bulan Ramadhan mendadak berjilbab.
Hal ini tidak hanya terjadi atau berlaku kepada orang perorang, bahkan restoran atau tempat yang sering dikunjungi publik, merubah tampilan dan programnya dengan nuansa Ramadhan.
Seolah-olah semuanya serba “islami”.
Melihat fenomena semacam ini, seakan-akan Islam itu hanya ada di bulan Ramadhan.
Tak terkecuali, artis-artis dan siaran televisipun dikemas menjadi “islami”.
Artis dan penyanyi yang laki-laki tampil dalam acara televisi sudah berbaju koko serta berkopiah dan yang perempuan mendadak berhijab.
Hal ini terus berulang setiap tahun manakala Bulan Suci Ramadhan tiba.
Suasana yang nampak dalam kehidupan masyarakat dan kecenderungan yang hanya ingin tampil “islami” selama bulan Ramadhan tentunya sangat menyedihkan.
Tampilan selama bulan ramadhan yang nampak shalih dan shalihah, bertahan hanya sebulan saja.
Setelah Ramadhan berlalu, kita kembali kepada kebiasaan yang sebenarnya yaitu kembali ke fitrah palsu.