Wawancara Khusus

Vaksin Nusantara, Pemerintah Harus Jadi Tut Wuri Handayani

EKS Menteri Kesehatan era pemerintahan Siti Fadilah Supari meminta pemerintah untuk Tut Wuri Handayani dalam menanggapi vaksin Nusantara

Editor: hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
SITI FADILAH SUPARI, Mantan Menteri Kesehatan 

EKS Menteri Kesehatan era pemerintahan Siti Fadilah Supari meminta pemerintah untuk Tut Wuri Handayani dalam menanggapi vaksin Nusantara yang dimotori oleh eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Tut Wuri Handayani berarti di depan, seorang pendidik harus bisa menjadi teladan di tengah murid, pendidik harus bisa memberikan ide, dan di belakang, seorang pendidik harus bisa menberikan dorongan.

Hal itu disampaikan Siti saat berbincang bersama jajaran redaksi dan Wakil Direktur Pemberitaan Tribun Network, Domu D Ambarita, bersama News Manager, Rachmat Hidayat, Jumat (16/4/2021). Berikut petikan wawancara Tribun Network bersama Eks Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari:

Sejauh yang Anda lihat, apakah penilitian soal vaksin Nusantara masih sesuai 'jalur'?

Kemarin saya datang, kemudian diberikan briefing, petunjuk-petunjuk yang jelas banget. Terus diambil darahnya, nanti tujuh hari lagi diinjeksikan ke tubuh saya lagi. So far sih seperti penelitian-penelitian yang pernah saya lakukan. Seperti penelitian-penelitian klinik yang dokter lakukan. Katanya beliau itu mengikuti yang diperintahkan di DPR.

Jadi waktu dia di DPR, diperintahkan untuk melakukan penelitian begini-begini, dia terus mengikuti arahan DPR. Kita ikuti saja deh. Dan belum tentu berhasil kan, tapi saya berdoa mudah-mudahan berhasil.

Apa penelitian ini agak nyeleneh?

Kata-kata nyeleneh di dalam kamus saya tidak ada sih. Out of the box sih ada, tapi nyeleneh itu konotasinya kok kurang baik. Kita menghargai orang berpikir berbeda dari yang lain. Memang banyak sarjana-sarjana itu yang menurut, tapi ada juga yang berpikir out of the box. Lompatan-lompatan, dan itu kemampuan masing-masing. Saya ini guru S2 selalu bikin riset. Saya selalu mempercayai bahwa kalau seseorang berani membuat satu proposal, pasti dia sangat menguasai bidang ilmunya.

Kemarin Pak Dahlan Iskan ke sana, Mantan Mensesneg Sudi Silalahi ke sana, Mantan Menkes Ibu Siti ke sana. Sebuah kebetulan atau?

Menurut saya kebetulan. Pak Dahlan Iskan tidak tahu kalau saya ke sana. Tidak ada yang ajak ke sana, cuma spontanitas saja.

Penelitian sel dendritik Pak Terawan sudah 2 tahun?

Bukan 2 tahun melakukan penelitian. Saya mengenal Pak Terawan dengan sel cure itu kira-kira setahun atau dua tahun lalu. Sel cure, dia mengurusi dentitrik sel, itu dari dua tahun lalu. Waktu itu saya pas kontrol ke RSPAD, ditarik dia dibawa ke laboratoriumnya.

Bukan meneliti. Maksud saya dia bekerja di laboratorium itu. Tapi kemudian sekarang punya ide ini itu bukan jatuh dari langit. Maksud saya bahwa dia sudah berkecimpung di dalam masalah sel gitu.

Apa Pak Terawan ini memahami penyakit yang berkaitan dengan penyakit menular seperti Covid-19 ini?

Saya kira semua dokter memahami. Tidak usah dokter Terawan, semua dokter pasti memahami. Covid-19 penyakit baru, jadi dipelajarinya baru. Cuma belajarnya sama dan ilmunya sudah dikemas. Saya kira tahu persis dia.

Penelitian Pak Terawan ini, bila vaksin Nusantara ini benar, apa yang harus didorong Pemerintah supaya itu nanti terwujud?

Menurut saya pemerintah Tut Wuri Handayani. Silahkan melakukan penelitian, Tut Wuri Handayani itu tidak dilepas begitu saja. Dipantau sampai dapat hasilnya. Toh nanti kalau hasilnya baik pemerintah juga ikut beruntung, karena kita juga dapat nama. Maksud saya kalau ada orang yang mempunyai pemikiran, mbok jangan ditebang dulu. Dilihat dulu, monggo kita Tut Wuri Handayani. Mudah-mudahan berhasil. Kalau memang tidak berhasil ya sudah, ternyata hipotesis Anda salah. Tapi kalau tiba-tiba ditebang, tidak boleh meneliti, itu rasanya kok tidak pancasilais. Menjegal ide anak bangsa.

Apakah curiga ada badan-badan asing ikut menjegal penelitian Pak Terawan ini?

Saya tidak cukup data untuk mengatakan itu. Terlalu jauh kalau badan-badan asing. 

BPOM meragukan vaksin Nusantara. Disebut mengabaikan prosedur PPUK. Unair bilang vaksin Terawan bagus. Kenapa bisa sesama peneliti memiliki pandangan berbeda soal vaksin?

Kamu tidak bisa membandingkan BPOM dengan peneliti yang lain. Peneliti yang lain tidak mempunyai beban. Seperti dari Universitas Airlangga tidak ada beban, maka dia menilai seperti apa yang sesuai dengan mindset dia. Tapi kalau Badan POM ada beban, dia alat pemerintah.

Dia bebannya apa, dia mempunyai selain ilmu pengetahuan tentang riset, juga dia mempunyai aturan-aturan yang kita engga tahu. Kalau peneliti-peneliti biasa, biasanya oke saja kita ikuti saja tinggal salah atau benar, gitu. Kalau Badan POM dia punya wewenang, harus ikuti protokol (PPUK). Ikut protokol itu maksudnya kan tidak salah begitu. Itu mestinya seperti Terawan, barangkali sudah mengikuti.

Kontroversi Vaksin Nusantara terkesan simpang-siur?

Bukan. Jangan membuat ini simpang-siur. Harus dilihat Pak Terawan sedang meneliti. Badan POM itu adalah lembaga yang berwenang mengutak-atik penelitian barangkali. Jangan dikait-kaitkan dengan politik, jangan dirumorkan dengan urusan simpang-siur. Sebetulnya tidak simpang-siur.

Tapi kita masyarakat mempertanyakan. Sebenarnya vaksin Nusantara ini boleh tidak dipakai? DPR mendukung dengan ikut uji klinik fase II. Bagaimana menengahi kondisi ini?

Tenang saja. Duduk manis, berdoa, berzikir kan bulan puasa. Sambil menunggu hasil penelitiannya. Kalau baik kita sambut, kalau tidak terbukti ya kita cari kenapa tidak terbukti.

Vaksin Nusantara apa diperuntukkan bagi semua umur?

Menurut saya karena itu menyangkut dentitrik sel, menurut saya bisa semua umur. Itu imunoterapi, itu untuk mengobatinya imunitas. Kalau imunitas bisa diobati, dinaikkan imunitasnya dengan cara beliau ini, sudah beres. Kita tidak perlu takut lagi dengan penyakit-penyakit menular.

Sekarang sedang dibetulkan imunitas, ini dibetulkan karena ada Covid-19. Nanti misalkan ada penyakit yang lain, bisa disesuaikan juga imunitas kita dengan penyakit itu. Jadi setiap ada penyakit baru, tinggal ambil dentitrik selnya dari kita, terus kemudian diadu dengan virus baru, kemudian setelah selesai inkubasi, terekam bagaimana sel bertarung dengan virus-virus, maka dia akan kembali disuntikkan ke orangnya. Suatu revolusi sebetulnya.

Apa syarat-syarat untuk divaksin Nusantara?

Banyak kemarin, saya tidak hafal. Banyak banget. Umur tidak termasuk. Kemarin ada yang masih berumur 30 tahun ada, 40 tahun ada. Sesuai data.

Detailnya bagaimana saat vaksinasi?

Saya tidak bisa menjelaskan detail proses itu. Yang jelas darah saya diambil 40 CC. Detailnya panjang banget. Jadi setiap datang kita dikasih berkas, suruh baca. Inclusion kriterianya apa, exclusion kriterianya apa, semua persis kayak penelitian kalau saya mengatakan.

Berapa lama saat vaksinasi?

Mungkin setengah jam sampai 1 jam itu kayak briefing. Apa yang mau ditanyakan dengan berkas-berkas itu. Kemudian mengisi nama, data diri dan seterusnya. Terakhir diambil darahnya 40 CC. Diperiksa fisiknya, diperiksa tensi, kemudian segala macam. Setelah diambil darahnya tidak ada pantangan apapun. Sama sekali tidak. Normal saja.

Kalau mau daftar jadi relawan vaksin Nusantara?

Daftarnya ke Pak Terawan. Kayaknya sih sudah penuh. Kemarin keponakan saya juga mau daftar, jumlahnya kan yang mau ikut kan 53 orang. Kenapa baru sekarang, you kan sudah divaksin tidak boleh.

Vaksin Nusantara sudah pernah uji klinik ke hewan?

Saya tidak tahu itu. Saya tahu dari berita saja, tahu dari tulisan saja. Menurut saya itu (uji klinik pada hewan) engga penting, karena itu sudah dikerjakan untuk kanker. Ngapain di hewan lagi?

BPOM mengungkapkan komponen-komponen vaksin Nusantara impor. Bagaimana tanggapan Anda?

Emangnya apa salahnya kalau impor? Pemikiran dari Terawan, barang-barang itu masih diimpor tidak apa, tapi tetap produksi Indonesia. Kita kan negara berdaulat, bisa dong bekerja sama dengan negara asing, kita harus bekerja sama. Tetapi sesama negara-negara berdaulat. Kalau kerjasama jangan berada di bawahnya, harus sejajar. Secara transparan, setara dan fair atau adil. Boleh tidak masalah. Emangnya Sinovac dari mana? China. Astrazenaca dari mana? Eropa. Pfizer dari mana? Vaksin Nusantara malah alat-alatnya masih pretelan.

Lah Astrazenaca sudah penuh dari luar. Mohon maaf, engga apa (impor). Tetap karya anak bangsa, tidak mengurangi. Itu karya anak bangsa.(tribun network/denis destryawan)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved