Internasional
AS Jatuhkan Sanksi ke Dua Pejabat Militer Milisi Houthi di Yaman, Memimpin Pasukan Merebut Marib
Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada dua pejabat militer milisi Houthi yang memimpin seranngan ke wilayah Marib yang kaya gas di Yaman.
SERAMBINEWS.COM, DUBAI - Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada dua pejabat militer milisi Houthi yang memimpin seranngan ke wilayah Marib yang kaya gas di Yaman.
Utusan Khusus AS untuk Yaman Tim Lenderking, Kamis (20/5/2021) mengatakan telah mendorong gencatan senjata antara milisi Houthi dan koalisi Arab
Dilansir AFP, dia mengatakan pada pengarahan dengan media secara virtual.
semua pelabuhan dan bandara di Yaman harus dibuka untuk meredakan krisis kemanusiaan.
Riyadh pada Maret 2021 telah mengusulkan gencatan senjata nasional.
Pembukaan kembali hubungan udara dan laut untuk mendukung upaya mengakhiri konflik di negara itu.
Baca juga: Arab Saudi Bersihkan 3.154 Ranjau Darat di Yaman, Milisi Houthi Kembali Serang Dengan Drone

Baca juga: OKI Sebut Milisi Houthi Sebagai Penjahat Perang, Hujani Drone dan Rudal ke Arab Saudi Tanpa Henti
Tetapi inisiatif tersebut gagal, sejak milisi Houthi membuat serangkaian proposal tandingan.
Termasuk mencabut sepenuhnya blokade koalisi sebelum kesepakatan gencatan senjata.
Lenderking mengatakan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada kepala staf umum.
Memimpin serangan Houthi di Marib, Mohamad Abdulkarim Al-Gamali.
Termasuk seorang pemimpin terkemuka pasukan milisi Houthi yang ditugaskan untuk merebut Marib, Yousuf Al-Madani.
"Jika tidak ada ofensif, jika ada komitmen untuk perdamaian, jika semua pihak muncul untuk berurusan secara konstruktif dengan utusan PBB tidak perlu ada penunjukan," katanya.
Serangan milisi Houthi di Marib tidak ke mana-mana dan hanya membahayakan lebih dari 1 juta orang, katanya.
Baca juga: Milisi Houthi Makin Gila, Serang Arab Saudi dengan Delapan Drone dan Tiga Rudal Balistik
Dia menegaskan semua jalur ekonomi, termasuk pelabuhan dan bandara harus dibuka.
Dia mengatakan Washington menginginkan solusi jangka panjang yang melampaui gencatan senjata.
Menurut utusan AS, itu menjadi satu-satunya cara Yaman mendapatkan bantuan kemanusiaan yang mereka butuhkan.(*)