Update Corona di Aceh

Selama Lebaran, Warga Positif Covid di Aceh Bertambah 688 Orang, Hari Ini Rekor Tertinggi, 199 Kasus

Sejak 1 hingga 8 Syawal 1442 Hijriah atau sejak 13 hingga 20 Mei 2021, total warga Aceh dan pendatang yang terinfeksi Covid-19 di seluruh Aceh

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Grafik penambahan kasus Covid-19 di Aceh 

Sejak 1 hingga 8 Syawal 1442 Hijriah atau sejak 13 hingga 20 Mei 2021, total warga Aceh dan pendatang yang terinfeksi Covid-19 di seluruh Aceh mencapai 688 orang.

Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kasus positif Covid-19 di Aceh terus meningkat, tak terkecuali selama Lebaran Idul fitri 1442 Hijriah.

Sejak 1 hingga 8 Syawal 1442 Hijriah atau sejak 13 hingga 20 Mei 2021, total warga Aceh dan pendatang yang terinfeksi Covid-19 di seluruh Aceh mencapai 688 orang.

Jumlah tersebut merupakan angka kumulatif kasus harian sejak hari pertama Idul Fitri (13 Mei) sebanyak 26 kasus.

Hari kedua 5 kasus, hari ketiga 57, hari keempat 35, hari kelima 91, hari keenam 128, hari ketujuh 147, dan hari kedelapan (20 Mei) sebanyak 199 kasus.

Merujuk pada update data harian yang dipublikasi Dinas Kesehatan Aceh, Kamis (20/5/2021) sore, hari ini merupakan rekor tertinggi tambahan jumlah warga yang positif Covid di Aceh, yakni hampir 200 kasus, tepatnya 199 kasus.

Hari ini, tambahan kasus positif Covid yang paling menonjol terjadi di wilayah tengah Aceh, yakni Aceh Tengah 120 orang, Bener Meriah 82, Gayo Lues 70, dan Aceh Tenggara 35 orang.

Baca juga: VIDEO Pesan Ustadz Muzammil Kepada Warga Aceh Untuk Rakyat Palestina

Baca juga: Tujuh Kepala SKPK di Pidie Jaya Masih Dijabat Plt, Begini Tanggapan Sekda

Baca juga: Ritual Sekelompok Pria Tengah Malam Mengundang Perhatian, Katanya Kirim Rudal tak Terlihat ke Israel

Berikutnya, Aceh Tamiang 10 orang, Kota Langsa 19 orang, Aceh Timur 25, Aceh Utara 22, Kota Lhokseumawe, dan Bireuen 17 orang.

Kemudian, Pidie Jaya 21 orang, Pidie 16, Aceh Besar 25, Kota Banda Aceh 31, dan Kota Sabang 27 orang.

Selanjutnya, Aceh Jaya 12, Aceh Barat 25 orang, Aceh Barat Daya 19 orang, Nagan Raya 13, Aceh Selatan 30, Kota Subulussalam 28, Aceh Singkil 22, dan Simeulue 15 orang.

Tambahan 199 kasus baru ini menyebabkan jumlah warga yang positif Covid di Aceh sejak Maret 2020 sudah mencapai 12.814 orang.

Total yang meninggal 518 orang, tiga di antaranya meninggal hari ini.

Sejauh ini, persentase angka kematian akibat Covid-19 di Aceh tercatat 4,02 persen.

Angka kesembuhan lumayan tinggi, mencapai 81,70 persen atau setara dengan 10.471 orang, termasuk dua di antaranya dinyatakan sembuh hari ini.

Adapun total kasus aktif hingga hari ini (mencakup mereka yang sedang dirawat di rumah sakit maupun yang sedang isolasi mandiri di rumah) mencapai 2.024 orang.

Di antara 2.024 pasien Covid itu, empat orang merupakan pegawai Dinas Kesehatan Aceh.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr Hanif yang ditanyai Serambinews.com, Rabu (19/5/2021) siang mengakui empat pegawainya kini positif terinfeksi Covid-19.

Untuk memutus rantai penularan virus corona di kantor tersebut, Hanif mendatangkan petugas untuk menyemprot (sterilisasi) seluruh ruangan di kantor yang terletak di dekat Lapangan Blangpadang, Banda Aceh, itu.

Konsekuensinya, seluruh pegawai di kantor itu dianjurkan untuk tidak masuk kantor dua hari dan sebagai penggantinya semua bekerja dari rumah (work from home).

"Perlu dua hari untuk sterilisasi semua ruangan, di lantai 1 dan 2 Kantor Dinkes Aceh," kata Hanif.

Hari ini merupakan hari kedua proses sterilisasi di kantor tersebut dan mulai Jumat besok seluruh pegawai Dinkes Aceh akan kembali kerja di kantor.

Sementara itu, Dr dr Azharuddin SpOT K-Spine FICS yang dikonfirmasi terpisah sudah sejak awal memprediksi bahwa kasus Covid-19 di Aceh bakal bertambah pesat selama dan pascalibur Lebaran.

Menurut mantan direktur RSUZA Banda Aceh ini, dalam dua minggu ke depan pasca-1 Syawal 1442 Hijriah akan makin jelas terlihat arah Covid di Aceh.

"Apakah hijau, kuning, atau merah? Semoga yang terbaik," ujarnya berharap.

Dosen senior Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ini mengaku prihatin dengan melonjaknya kembali jumlah warga Aceh maupun pendatang yang terinfeksi Covid-19 di provinsi paling barat Indonesia ini.

Ia menduga, peningkatan kasus positif Covid-19 boleh jadi dikarenakan tidak lagi maksimalnya praktik 3T dilakukan di tengah masyarakat.

Sebagaimana diketahui, 3T terdiri atas tiga langkah, yakni pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment).

Pemeriksaan dini, lanjut Azhar, tentunya menjadi sangat penting dilakukan agar pasien bisa mendapatkan perawatan dengan cepat.

"Tak hanya itu, dengan mengetahui lebih cepat, kita bisa menghindari potensi penularan ke orang lain. Lalu, pelacakan dilakukan pada kontak-kontak terdekat pasien positif Covid-19," kata Azhar.

Setelah diidentifikasi oleh 'petugas kesehatan', lanjutnya, kontak erat pasien harus melakukan isolasi atau mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Seandainya ketika dilacak si kontak erat menunjukkan gejala, maka perlu dilakukan tes, kembali ke praktik pertama (testing).

"Dalam hal 3T ini nanti benar-benar jelas siapa harus mengerjakan apa, jadi yang berwenang harus sangat proaktif," kata Azhar.

Di mata spesialis bedah tulang ini, penerapan praktik 3T itu sama pentingnya dengan penerapan perilaku 3M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak).

Kedua hal tersebut adalah upaya sistemik untuk memutus mata rantai penularan Covid-19, termasuk di Aceh.

Untuk itu, penerapan praktik 3T masih perlu ditingkatkan pemahamannya di tengah masyarakat, mengingat masyarakat lebih mengenal 3M yang kampanyenya dilakukan terlebih dahulu dan gencar.

"Nah, khusus untuk praktik 3T itu, peran dinkes provinsi dan kabupaten/kota adalah mandatory/mutlak, meskipun pihak lain bisa saja ikut membantu. Tapi sayangnya sekarang tidak pernah lagi kita dengar keseriusan tentang 3T itu," ucapnya.

Kalau semua pihak lengah atau abai dari tanggung jawabnya memutus mata rantai Covid maka Aceh akan panen kasus Covid yang lebih parah lagi.

"Tidak terbayangkan bakal tak habis-habisnya terjadi tularan dalam komunitas jika edukasi dan perlakuan yang seharusnya terhadap mereka yang terpapar tidak ada yang mengurus dengan semestinya," ujarnya.

Singkatnya, Azhar berharap, kegawatan jangkitan separah yang terjadi di India jangan sampai terjadi di Aceh.

"Semua sumber daya medis kita di Aceh bakal tak akan sanggup menghadapi tsunami Covid seperti yang kini terjadi di India," kata Azharuddin. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved