Breaking News

Kisah Nenek Penjual Pisang Keliling, Tekun Menabung Agar Bisa Umrah ke Mekkah, Tak Mau Minta-minta

Berkat kegigihan Mbah Yem sapaan akrabnya, dia bisa menjalankan umroh seperti yang diimpi-impikan umat muslim pada umumnya.

Editor: Faisal Zamzami
TribunSolo.com/Azfar Muhammad
Tukiyem (75) warga RT 05 RW 02 Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali berjualan di pinggir Jalan MT Haryono, kawasan Stadion Manahan Solo. 

Meskipun sampai saat ini belum berangkat haji, dengan izin Tuhan dirinya bisa mengawali berangkat ke Tanah Suci untuk umroh.

Karena kegigihan dirinya berhasil mengumpulkan modal untuk umroh dalam kurun waktu sekitar 5-6 tahun

"Saya setiap habis jualan pisang ada untung sedikit atau tak seberapa saya tabung," ujarnya.

“Ya adalah dari pas ramai-ramainya jualan sampai 5 atau 6 tahun Alhamdulillah saya bisa berangkat dibantu anak saya,” paparnya.

Bahkan kekurangan untuk umroh terpaksa menjual satu-satunya harta warisan sang suami, yakni seekor sapi.

"Kebetulan saya dulu punya satu lembu atau sapi saat itu,” katanya.

“Itu (lembu) juga dijual dan laku ya sekitar Rp 16 juta laku waktu itu," ujarnya.

Dia mengaku berangkat umroh tahun 2018 silam, bersama 4 orang tetangganya dari kampung asalnya.

“Ya pas-pasan bekalnya pun, tapi saya bersyukur cukup orang-orang ada yang membantu juga,”ujarnya.

“Saya pun tidak menyangka saya orang tidak punya, hanya jualan pisang keliling bisa berangkat ke Tanah Suci,” tandasnya.

Baca juga: Kisah Pilu Gadis 17 Tahun Diculik Selama 1 Bulan, Korban Dirudapaksa 13 Orang Pria, Tubuhnya Ditato

Baca juga: Kisah Wanita Salah Masuk Kamar Lalu Intim dengan Suami Orang hingga Dipenjara

Tak Mau Minta-minta

Tukiyem (75) warga RT 05 RW 02 Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali berjualan di pinggir Jalan MT Haryono, kawasan Stadion Manahan Solo.
Tukiyem (75) warga RT 05 RW 02 Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali berjualan di pinggir Jalan MT Haryono, kawasan Stadion Manahan Solo. (TribunSolo.com/Azfar Muhammad)

Meskipun raganya sudah tidak muda wajahnya keriput, tetapi semangatnya mengais rezeki masih membara.

Perjalanan pulang pergi 18-20 km dari rumahnya ke kawasan Manahan Solo, tak membuat dia surut.

Terlebih sepeda onthelnya pun sudah terlihat tua dan kusam, hingga seluruh jeruji dan bodi sepeda sudah banyak yang berkarat.

Aoalagi sepedanhya harus membawa keranjang guna menempatkan pisang-pisang jualannya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved