In Memoriam Ayah Panton: Aceh Kehilangan Budayawan Berani dan Progresif
Kabar meninggalnya Ayah Panton secara dadakan sempat menghentakkan kalangan seniman, budayawan, sejarawan dan aktivis di Aceh.
Oleh : Hasan Basri M. Nur
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Aceh berduka.
Syamsuddin Jalil alias Ayah Panton (61) meninggal dunia di rumahnya di Panton Labu, pada Sabtu (29/5/2021) dini hari, sekitar pukul 03.00 WIB.
Kabar meninggalnya Ayah Panton secara dadakan sempat menghentakkan kalangan seniman, budayawan, sejarawan dan aktivis di Aceh. Sebab, Ayah Panton tidak mengalami sakit dan keluhan apa pun.
Ayah Panton dilaporkan sempat bercengkrama di warung kopi di Panton Labu pada Sabtu hingga pukul 00.01 WIB. Informasi dari kalangan alumni Badan Rehabitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh – Nias, tempat almarhum pernah mengabdi, Ayah Panton dilaporkan masih berdiskusi dalam group WA hingga pukul 00.30 WIB.
“Tadi malam kami berdiskusi sambil ngopi bareng Ayah Panton di Panton Labu. Beliau pamit pulang pada pukul 00.01. Kami melanjutkan diskusi hingga pukul 01.00,” kata Dr Tgk H Ajidar Matsyah MA, dosen Sejarah Peradaban Islam UIN Ar-Raniry kepada penulis, Sabtu pagi.
Baca juga: Empat Perbuatan yang Menghambat Rezeki Bagi Muslim, Terlihat Sepele dan Sering Diabaikan
Baca juga: Aksi Pencurian saat Acara Akad Nikah Terekam CCTV, Emas 30 Gram dan Uang Rp 10 Juta Korban Raib
“Hingga pukul 00.30 WIB dini hari Ayah Panton masih berdiskusi sesama alumni BRR NAD-Nias dalam group WA. Namun, tiba-tiba menjelang Subuh masuk pesan dalam group bahwa Ayah Panton telah meninggal dunia. Kami sangat berduka,” ujar TM Zulfikar, sahabat Ayah Panton.
Semasa hidupnya, Ayah Panton dikenal sebagai budayawan Aceh yang lahir secara otodidak dan sangat progresif.
Ayah Panton sangat berani dalam berpikir ke depan dan selalu menawarkan penafsiran-penafsiran baru terhadap berbagai isu dan persoalan sosial-budaya di Aceh.
Aceh kehilangan budayawan budayawan alam yang cerdas dan tak pernah mengenal lelah dalam berpikir dan bekerja, walau tanpa imbalan secara finansial.
Baca juga: Usianya 50 Tahun Lebih dan Sudah Miliki 6 Anak, Ibunda Celine Evangelista Hamil Anak Kembar
Aceh Miliki Berbagai Solusi
Menurut Ayah Panton, bangsa Aceh itu khas, unik, tidak sama dengan dengan bangsa manapun. Aceh memiliki solusi atas berbagai permasalahan yang ada di dunia.
Ayah Panton mencontohkan, bahasa orang Aceh dalam pergaulan sehari-hari selalu menawarkan tiga pilihan (bangsa lain dua pilihan), yaitu:
Nyoe, jeh, nyan (Ini, itu, antara keduanya).
Meunoe, meudeh, meunan (Begini, begitu, antara keduanya).
Keunoe, keudeh, keunan (Kemari, kesana, antara kedua).
“Nyan, meunan dan keunan adalah bentuk jalan keluar yang hanya ada dalam budaya Aceh. Nyan, meunan dan keunan adalah jalan tengah sebagai solusi jika dua pihak yang bertikai tidak menemukan jalan keluar,” kata Ayah Panton kepada penulis dalam sebuah diskusi ketika kami masih aktif di BRR NAD-Nias.
Baca juga: Kumpulkan Donasi untuk Palestina Capai Rp 5 M, Taqy Malik Dituding Menggelapkan, Begini Jawabannya
Sembari jep kupi, Ayah Panton sering menumpahkan sebagian hasil pemikiran barunya kepada saya.
Mengenai wabah virus covid-19 yang melanda dunia, Ayah Panton menyebutkan penawarnya ada dalam masyarakat Aceh dan sudah pernah dipraktikkan para leluhur Aceh sejak ratusan tahun lalu. (Lihat Taeun Corona dan 7 Local Wisdom, Mulai dari Sira, Ie Lam Guci, Toet Leumang, Hingga On Ranub, Kupi Beungoh Serambi Indonesia, 9 April 2020).
Di mata penulis, Ayah Panton adalah sosok budayawan Aceh yang lahir secara alami dan selalu berpikir untuk kemajuan budaya Aceh.
Dia mencatat semua pemikirannya dan disimpan dengan rapi dalam laptopnya.
Semasa hidupnya, Ayah Panton aktif di Taman Budaya Aceh serta melahirkan dan membesarkan Majalah Budaya Aceh, Neurok. Majalah Neurok yang sudah terbit beberapa edisi ikut melestarikan dan mengampanyekan budaya Aceh ke khalayak.
Ayah Panton sosok pencinta keluarga yang dekat dengan semua kalangan di Aceh. Beberapa ilmuwan kamus bergelar professor, seperti Prof Bakhtiar Ali, Prof Yusny Saby, Prof Abdullah Sani, Profesor Ahmad Humam Hamid, dan lain-lain sering mengajaknya untuk berdiskusi.
Banda Aceh, 29 Mei 2021
Penulis,
Hasan Basri M Nur
Mahasiswa UUM Malaysia, sedang melakukan penelitian di Aceh, email: hasanbasrimnur@gmail.com []
Baca juga: Jenderal AS Peringkatkan Kemampuan Rudal Balistik Korea Utara Membahayakan Amerika Serikat