Warga Kembali Hirup Gas Beracun, 12 Orang Dirawat, Seratusan Lainnya Mengungsi

Hanya berselang dua bulan, warga Gampong Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur, kembali terpapar gas beracun

Editor: bakri
For Serambinews.com
Kepala Pelaksana BPBA, Dr Ilyas dan sejumlah perangkat kerja Pemkab Aceh Timur meninjau warga yang mengungsi akibat kebocoran gas PT Medco di Aceh Timur, Senin (28/6/2021). 

IDI - Hanya berselang dua bulan, warga Gampong Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Aceh Timur, kembali terpapar gas beracun. Sebanyak 12 orang terpaksa mendapatkan perawatan medis, dan ratusan lainnya harus mengungsi dari desanya.

Sementara pihak dari PT Medco E&P Malaka saat ini tengah mencari sumber kebocoran gas. Karena berdasarkan hasil pengukuran kadar gas pada Minggu malam, tidak ditemukan adanya gas yang menyebabkan timbulnya bau. Dengan kata lain, udara sekitar pemukiman penduduk relatif aman.

Peristiwa keracunan bermula pada Minggu (27/6/2021) malam, sekitar pukul 19.55 WIB. Saat itu warga mengaku mencium bau gosong atau barang terbakar yang sangat menyengat. Bau itu diduga berasal dari sumur gas milik PT Medco E&P Malaka di kawasan tersebut.

"Warga berpikir itu bau antinyamuk. Tapi semakin lama bau semakin menyengat dan membuat pernafasan sesak, dan warga lainnya juga merasakan hal yang sama," ungkap Anggota DPRK Aceh Timur, M Yahya, kepada Serambi saat melaporkan hal itu Minggu malam.

Pada malam itu, Yahya menyebutkan, enam warga warga harus mendapatkan perawatan di puskesmas, dan dua di antaranya terpaksa dirujuk ke rumah sakit di Aceh Timur karena mengalami muntah dan sesak nafas. "Saya sudah tinjau ke puskesmas. Dua orang sudah dirujuk ke rumah sakit karena tak mampu ditangani di puskesmas,” imbuhnya.

Namun jumlah warga yang dirawat ternyata terus bertambah. Pada Senin (28/6/2021) pagi kemarin, berdasarkan informasi yang diperoleh Serambi dari dokter PSC 119 Dinkes Aceh Timur, dr Zulfikry, hingga pukul 24.00 WIB Minggu malam, ada 12 orang yang ditangani pihaknya bersama Puskesmas Kecamatan Banda Alam.

"Hingga pukul 24.00 Minggu malam, ada 12 orang yang kita tangani. (Di antaranya) 2 orang dirujuk ke RSUD dr Zubir Mahmud, 2 orang kita observasi di PKM (Ibu Nifas dan anak yang dengan riwayat kejang demam), dan 8 orang setelah diobservasi sudah kita suruh pulang ke pengungsian," ungkap Zulfikry yang akrab disapa dokter Ai ini.

Sementara ratusan warga lainnya memilih mengungsi ke Kantor Camat Banda Alam untuk mengantisipasi dampak yang lebih luas. Anggota DPRK, M Yahya, menyebut, total warga yang mengungsi mencapai 149 jiwa yang berasal dari Dusun CV 8 dan Dusun CV 9 Desa Panton Rayeuk T. "Pengakuan warga, hingga Senin siang ini di desa mereka masih ada bau (gas),” imbuhnya.

Tagih komitmen

Dalam kesempatan itu, M Yahya mengaku kesal dengan PT Medco E&P Malaka karena kasus keracunan gas ini kembali terulang. Peristiwa yang sama sebelumnya terjadi pada awal 9 April 2021 lalu. "Ini menandakan penanganan dari pihak perusahaan tidak serius. Sedangkan ini  menyangkut nyawa manusia, dan sangat merugikan masyarakat," pungkasnya.

Hal senada juga ditegaskan Anggota DPRA, Iskandar Usman Alfarlaky. Terulangnya peristiwa keracunan gas itu menurut dia menunjukkan bahwa PT Medco E&P Malaka tidak komitmen atas apa yang telah disepakati.

Dalam keterangannya, Iskandar memperlihatkan sebuah surat pernyataan yang ditandatangani oleh Operation Manager, Fachrur Rozi, dan Field Relation Manager PT Medco E&P Malaka tertanggal 11 April 2021. "Dokumen pernyataan ini dilakukan setelah warga mengalami keracunan dan mengungsi ke kantor kecamatan setempat beberapa waktu lalu sebelum kejadian ini," ujarnya.

Pihaknya juga mendesak Dinas Lingkungan Hidup Aceh (DLHKA) untuk mengambil sampel udara sehingga dapat dipastikan jenis gas apa yang membuat warga keracunan. "Kepada pihak Medco kita minta semua komitmen dituntaskan. Kebutuhan pengungsi harus mereka tanggulangi, baik untuk masa tanggap darurat hingga masa pemulihan," tegasnya.

Cari sumber bau

Sementara PT Medco E&P Malaka (Medco E&P) dalam keterangan tertulisnya menyampaikan bahwa pihak perusahaan bersama aparat terkait tengah berkoordinasi untuk mencari sumber bau yang dikeluhkan warga.

Perusahaan juga langsung mengukur kadar gas di pemukiman warga dan lokasi sumur pada Minggu (27/6/2021) malam. Dari hasil pengukuran itu, disebutkan hasilnya ‘aman’ dan tidak ditemukan adanya gas yang menyebabkan timbulnya bau.

“Berdasarkan monitoring pekerja perusahaan di lokasi, hingga Minggu (27/6/2021) malam tidak ditemukan adanya bau gas. Selain itu, perusahaan juga tidak sedang melakukan aktivitas yang berpotensi menimbulkan bau. Namun perusahaan terus memonitor aktivitas operasi,” tulis VP Relations & Security Medco E&P Indonesia Arif Rinaldi.

Perusahaan juga telah berkoordinasi dengan puskesmas, rumah sakit dan aparat daerah terkait warga yang saat ini mengungsi. “Kami juga telah berkoordinasi dengan BPMA dan aparat terkait serta berharap dukungan masyarakat, pemerintah serta pemangku kepentingan agar operasi perusahaan dapat berjalan aman,” tambah dia.

Gerak cepat

Di sisi lain, Pemerintah Aceh langsung melakukan gerak cepat. Melalui Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) dan sejumlah perangkat kerja Pemkab Aceh Timur, Pemerintah Aceh melakukan upaya evakuasi warga setempat pada malam kejadian.

"Sejak semalam atas arahan dan perintah Pak Gubernur, Pak Sekda Aceh langsung menggelar rapat bersama sejumlah kepala SKPA untuk menindaklanjuti dan menangani kejadian ini," kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Muhammad Iswanto, Senin (28/6/2021).

Iswanto menyebutkan, saat ini Pemerintah Aceh dan Pemkab Aceh Timur sudah mendirikan posko di halaman Kantor Camat Banda Alam untuk mengkoordinir penanganan musibah yang terjadi. Di posko tersebut pemerintah menyediakan tenda pengungsian, dapur umum, dan bantuan kesehatan yang ditangani langsung oleh dokter.

"Saat ini Kepala BPBA bersama tim sudah berada di lokasi kejadian untuk memantau kondisi warga. Keadaan di lapangan berdasarkan laporan sudah aman dan terkendali. Tim kesehatan terus siaga," kata Iswanto.

Iswanto menjelaskan, kejadian kebocoran gas itu terjadi saat adanya kegiatan pencucian sumur gas untuk meningkatkan produksi. Titik lokasi kegiatan tersebut berjarak lebih kurang 12 kilometer dari perkampungan warga.

Sementara itu, Kepala BPBA, Ilyas, dari lokasi kejadian melaporkan, saat ini ada sekitar 150 warga yang mengungsi di posko yang didirikan BPBA dan BPBD Aceh Timur di halaman Kantor Camat Banda Alam. Mereka yang dominan mengungsi adalah kaum perempuan dan anak-anak.

Dalam kesempatan itu, Ilyas juga menyampaikan, untuk mencegah terulangnya kebocoran, tim Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh akan mengecek langsung kondisi di lapangan dan melakukan koordinasi dengan pihak perusahaan.(c49/dan)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved