Kupi Beungoh

Instruktur Lantang Berkepribadian Teladan (In Memoriam Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA)

Sang instruktur Leadership Rasulullah yang berkumis melintang dan yang berteriak lantang itu bernama Farid Wajdi, Ketua Umum Pengurus Wilayah PII Aceh

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Bustami Abubakar | Dosen Fakultas Adab & Humaniora UIN Ar-Raniry dan Mantan Ketua Umum PD PII Kota Banda Aceh (1998-1999). 

Oleh: Bustami Abubakar*)

“MUHAMMAD adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…”

Kalimat di atas adalah terjemahan dari ayat al-Quran, surah al-Fath:29.

Syarahan dari ayat itu pertama kali saya dengar dalam hidup saya pada suatu malam pertengahan tahun 1989.

Saat itu saya masih duduk di bangku kelas 3 SMA dan sedang mengikuti satu kegiatan yang bertajuk Fajar (Forum Aspirasi Juang Antar Remaja).

Setelah saya menjadi peserta kegiatan, barulah saya tahu ternyata Fajar adalah kamuflase dari Leadership Basic Training (LBT) Pelajar Islam Indonesia (PII) yang digelar oleh Pengurus Daerah PII Kota Banda Aceh.

Saat itu, organisasi PII di seluruh Indonesia dibekukan oleh Pemerintah Indonesia melalui SK Menteri Dalam Negeri No. 120 dan 121 tanggal 10 Desember 1987 sebagai konsekwensi dari penolakan organisasi ini terhadap implementasi UU No. 5 Tahun 1985 atau yang dikenal dengan UU Pancasila sebagai Azas Tunggal.

Meski demikian, PII tidak membubarkan diri melainkan tetap beraktivitas terutama dalam bidang kaderisasi kendati harus dengan cara sembunyi-sembunyi atau yang lazim disebut gerakan bawah tanah.

Nah, ketika dikader dalam gerakan bawah tanah PII itulah, saya mendengar ulasan menarik dan menggelegar tentang Q.S. al-Fath:29 tersebut dalam materi Leadership Rasulullah.

Materi ini disampaikan oleh seorang instruktur yang juga cukup menyita perhatian: berperawakan kecil, kumis melintang garang, dan bersuara tinggi melengking.

Praktis, saya dan teman-teman peserta yang kekurangan tidur “dipaksa” melek dan mendengar dengan khusyuk.

Satu fragmen yang paling berkesan dan membekas dalam memori saya sampai sekarang adalah ketika sang instruktur memberi penekanan dengan nada dan volume suara yang tinggi pada kalimat “keras terhadap orang-orang kafir, berkasih sayang sesama mereka”.

Menurutnya, itulah karakteristik kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW. Lalu, sang instruktur menyajikan data dan beberapa kasus kehidupan sosial umat Islam yang merefleksikan kebalikan dari ayat al-Quran itu.

“Umat Islam hari ini takut dan berlemah-lembut dengan orang-orang kafir, tetapi mampu bersikap bengis kepada sesama muslim” teriak sang instruktur dengan berapi-api.

Sebagai seorang remaja yang sedang mencari identitas diri pada masa itu, kalimat-kalimat instruktur “garang” itu mampu menginjeksi kesadaran tentang keawaman saya terhadap ajaran dan kepemimpinan Muhammad SAW.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved