Breaking News

Internasional

Wanita Afghanistan Tetap Takut dengan Pemerintahan Taliban: "Saya Lebih baik Mati"

Sebagian besar wanita Afghanistan tetap takut dengan pemerintahan Taliban, walau sudah ada berbagai seruan dari kelompok pejuang itu.

Editor: M Nur Pakar
AFP/WAKIL KOHSAR
Seorang pejuang Taliban berjalan melewati salon kecantikan dengan gambar wanita yang dirusak menggunakan cat semprot di Shar-e-Naw di Kabul, Afghanistan, Rabu (18/8/2021). 

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON - Sebagian besar wanita Afghanistan tetap takut dengan pemerintahan Taliban, walau sudah ada berbagai seruan dari kelompok pejuang itu.

Seperti Tamana Bahar masih balita ketika Taliban pertama kali memerintah Afghanistan.

Dilansir AP, Rabu (18/8/2021), dia tidak pernah merasakan kekejaman kelompok militan, tidak pernah menyembunyikan wajahnya.

Dia dibesarkan di ibu kota yang menikmati kebebasan yang diizinkan oleh pendudukan Amerika.

Tapi ketakutan yang tidak dia ketahui sejak kecil, teror yang sangat dikenal ibunya, mengancam wanita yang telah menjadi dirinya.

Ketika pasukan Taliban mendekati Kabul pada Minggu (15/8/2021), ibu Bahar tinggal di rumah dari pekerjaannya di sebuah kementerian Afghanistan.

Sedangkan putrinya, Bahar bersikeras untuk pergi bekerja di sebuah kantor berita pemerintah.

Ketika ibunya memperingatkannya untuk mengenakan burqa dan pakaian longgar jika para ekstremis merebut kekuasaan, Bahar mengabaikan peringatan itu.

"Saya hanya tertawa dan mengatakan kepadanya, 'Ibu, tidak akan terjadi apa-apa,'" kenangnya melalui telepon.

"Dia benar," ujarnya.

Baca juga: Cukup Dengan Hijab, Taliban Pastikan Wanita Afghanistan Tak Wajib Lagi Gunakan Burqa

Setelah Taliban menyapu ibu kota, Bahar bergegas pulang untuk menemukan orang-orang bersenjata memenuhi jalannya, menembakkan senjata dan merobohkan foto-foto wanita.

Pada Selasa (17/8/2021) Bahar mengatakan mereka menguasai seluruh lingkungan.

Dia khawatir mereka akan segera mulai menggeledah rumah dan menangkap wanita untuk kawin paksa atau melempari mereka dengan batu karena pelanggaran kecil.

"Saya lebih suka mati daripada pergi bersama mereka," katanya.

"Tetapi semua pemerintah ada di tangan mereka, jadi bagaimana saya bisa melarikan diri?" tanyanya.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved