Hetty Zuliani, Ungkap Soal Traumatik Anak

Nama lengkapnya Hetty Zuliani MPd Cht CI. Perempuan yang biasa disapa Bunda Hetti ini adalah sosok konselor yang bermukim di Pidie

Editor: bakri
FOR SERAMBINEWS.COM
Hetty Zuliani 

Nama lengkapnya Hetty Zuliani MPd Cht CI. Perempuan yang biasa disapa Bunda Hetti ini adalah sosok konselor yang bermukim di Pidie. Istri dari Mahfuddin Ismail SPdI MAP (Ketua DPRK Pidie), tersebut memiliki seabrek kesibukan di bidang konseling. Selain bertugas sebagai dosen tetap di Program Studi (Prodi) Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Hetty juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Permata Aceh Mulia Sigli, Pidie, yang kantornya di depan Terminal Terpadu Sigli.

Belum lama ini, Bunda Hetti mengunjungi Dayah Rauhul Mudi Al Aziziyah, Jeunieb, Bireuen, pimpinan Tgk Muhammad Yusuf Nasir atau Abiya Jeunieb. Dia kagum dan termotivasi dengan langkah-langkah yang diambil Abiya Jeunieb dalam mendidik generasi Aceh terutama anak-anak telantar dan yatim piatu.

“Abiya juga memberi kami pelajaran bahwa kolaborasi ilmu untuk penanganan suatu masalah penting dilakukan dan belajar tentang bagaimana menghargai satu sama lain dengan ilmu yang di miliki. Pemikiran inilah yang menyatukan kami dalam program bersama (konseling anak) di Dayah Rauhul Mudi Al Aziziyah, Jeunieb,” ungkap Bunda Hetti saat ditemui Serambi, Senin (30/8/2021) malam.

Terkait anak anak yang terlibat masalah traumatik tersebut, ia merasa sedih dan iba melihat kondisi mereka alami. Dengan usia yang masih belia mereka dihadapkan pada persoalan yang komplek. Ini hanya sebagian kecil dari potret kehidupan anak anak yang “terabaikan”, di luar sana masih banyak anak anak lain yang mengalami hal yang sama atau bahkan lebih pedih dari itu. “Maka,butuh kerja sama dari semua pihak terutama Pemerintah Aceh untuk langkah bijak dalam penanganan anak-anak tersebut,” jelasnya.

Ibu lima anak ini mengungkapkan, kecanduan gadget pada anak menjadi persoalan paling dominan terjadi saat sekarang. Bila tak dibatasi, hal ini bisa berakibat buruk. Sebagai seorang konselor (pembimbing yang mempunyai keahlian melakukan konseling atau penyuluhan), Hetty sering menerima keluhan orang tua yang mengaku sulit mengatasi masalah tersebut.

Alumni S2 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini juga mengungkapkan, Yayasan Permata Aceh Mulia Sigli yang didirikan beberapa bulan lalu memiliki kelompok bermain untuk murid TK serta sekolah terapi untuk anak umum dan berkebutuhan khusus. Selain itu, juga banyak program pengabdian ke sekolah seperti Saweue Sikula setiap Senin pagi, konseling trauma untuk anak-anak korban pelecehan seksual dan lain-lain, serta parenting dan saweu anak-anak berkebutuhan khusus ke gampong-gampong.

Hasilnya, banyak ditemukan anak-anak yang mengalami traumatik karena pengaruh lingkungan atau disfungsi ibu dan ayah. Dia mencontohkan, anak yang kurang percaya diri saat berkomunikasi. Hal ini bisa membuat dia sulit berinteraksi dan mudah minder, sehingga membuat ia stres. "Kondisi ini bukan berarti si anak tidak cerdas, tapi tidak mandiri. Anak seolah-olah mendapat tekanan dalam hidup, padahal ia cerdas," tutur perempuan kelahiran Matang Kumbang Alue Ie Puteh, Aceh Utara, pada 6 Juni 1984 ini.

Hetti yang kini sedang menyelesaikan S3 Bimbingan dan Konseling UPSI Malaysia mengatakan, hal tersebut dapat diatasi dengan beberapa cara. Seperti, berikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplor kapasitas yang dimilikinya dan kedua orang tua harus kompak atau satu kata.

Ditanggapan tanggapannya soal sistem belajar daring, Bunda Hetti mengatakan, dalam hal ini, gadget memang menjadi kebutuhan. Cuma, orang tua harus mengawasi agar anaknya benar-benar memakai gadget untuk belajar. (nur nihayati)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved