SPBU Sering Kehabisan Pertalite Karena Pasokan yang Terlambat
Sejak awal Agustus hingga memasuki September 2021, masyarakat mengeluhkan seringnya terjadi kekosongan Pertalite
BANDA ACEH - Sejak awal Agustus hingga memasuki September 2021, masyarakat mengeluhkan seringnya terjadi kekosongan Pertalite di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di kawasan Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.
Kekosongan Pertalite ini juga terjadi pada Rabu (1/9/2021) kemarin. Seorang sopir mini bus, Amir, kepada Serambi mengaku tak berhasil mendapatkan Pertalite di SPBU Lueng Bata karena kehabisan stok. Ia datang ke SPBU tersebut sekitar pukul 10.00 WIB.
“Pertalite itu kan bukan BBM (bahan bakar minyak) jenis subsidi seperti premium, tapi anehnya kenapa stoknya sering kali habis. Kondisi ini mulai terjadi sejak awal Agustus sampai sekarang,” ujarnya. Amir mengaku telah menanyakan perihal kekosongan itu kepada petugas SPBU, namun mereka juga mengaku tidak tahu.
Informasi lebih jelas baru diperoleh Serambi saat menanyakan langsung kepada petugas SPBU di Jeulingke. Petugas tersebut mengatakan, sejak Agustus lalu pengiriman BBM jenis Pertalite dari Depo Krueng Raya sering terlambat hingga membuat stok di SPBU sering habis.
“Misalnya stok Pertalite sudah habis pukul 08.00 WIB, baru diantar lagi pukul 14.00-15.00 WIB. Kondisi ini membuat masa tunggu kekosongan menjadi lebih panjang,” ujar petugas SPBU tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan petugas SPBU Lueng Bata. Dia mengungkakan, SPBU tempatnya bekerja mendapat pasokan Pertalite sebanyak 8 Kilo Liter (KL) per hari, sementara kebutuhan sekitar 10-12 KL/hari. Pasokan sebanyak 8 KL itu habis sekitar 6-8 jam sejak buka pukul 07.00 WIB.
Dia juga mengungkapkan bahwa pembelian Pertalite meningkat sejak pemerintah mengurangi penyaluran Premium. Karena itu menurut petugas tersebut, sudah sewajarnya pasokan untuk Pertalite ditambah.
Misalnya SPBU Lueng Bata. Dia menyebutkan, rata-rata per hari Pertalite terjual berkisar 10-12 KL, sementara pasokan dari Depo Krueng Raya hanya 8 KL. Seharusnya dengan kebutuhan tersebut, pasokan yang diberikan sebanyak 16 KL, sehingga ketika terjadi keterlambatan penyaluran, masih ada sisa stok untuk dijual besoknya, sambil menunggu datangnya pasokan yang baru.
“ Jangan seperti yang terjadi sekarang. Dalam beberapa bulan terakhir ini pasokannya sering terlambat dan volume yang dikirim sedikit di bawah kebutuhan harian,” keluhnya.
Sales Menejer Pertamina Banda Aceh, Soni Indro Prabowo, yang dikonfirmasi Serambi terkait kekosongan Pertalite menjelaskan bahwa kekosongan itu terjadi bukan karena adanya pembatasan, tetapi karena ada faktor lain.
Dia mengungkapkan, pada Agustus lalu, pengiriman BBM yang menggunakan kapal tanker sering terlambat masuk ke Depo Pertamina di Krueng Raya karena pengaruh perubahan cuaca di tengah laut yang sangat ekstrem.
Selain itu dia menambahkan, mulai 1 September 2021 ini, ada perubahan sistem terkait pengiriman BBM dari Depo ke SPBU, sehingga sedikit berdampak terhadap penerbitan surat pengiriman BBM ke SPBU.
“Jadi kekosongan BBM jenis Pertalite yang terjadi dalam masa bulan Agustus dan awal September ini tak ada kebijakan pengurangan volume penyaluran, melainkan karena pengaruh perubahan cuaca ekstrim di tengah laut dan perubahan sistem proses penerbitan surat pengiriman BBM dari Depo Pertamina di Krueng Raya ke SPBU,” jelasnya.
“Sedangkan stok BBM saat ini cukup banyak dan tersedia untuk penyaluran 6-8 hari ke depan,” imbuh Soni.(her)