Video

VIDEO - Viral, Perempuan Comot Bunga Kantil Pengantin, Apa Maksudnya?

Selang beberapa saat, perempuan yang berdiri tepat di belakang pengantin pria itu terlihat memetik ujung bunga kantil.

Penulis: Samsul Idris | Editor: Amirullah

SERAMBINEWS.COM - Sebuah video yang menampilkan seorang perempuan mengambil secara diam-diam kuncup bunga kantil pengantin viral di media sosial.

Video tersebut salah satunya diunggah oleh akun Instagram @wisataistimewa, Selasa (5/10/2021).

Dalam video yang beredar, tampak seorang perempuan berdiri di belakang mempelai pengantin pria yang memakai busana adat Jawa.

Terdapat keris yang disematkan pada bagian belakang tubuh sang pengantin pria, dengan rangkaian bunga melati dan kuncup kantil yang menggantung pada keris tersebut.

Selang beberapa saat, perempuan yang berdiri tepat di belakang pengantin pria itu terlihat memetik ujung bunga kantil.

Baca juga: VIDEO VIRAL Wanita Ini Mengganti Tisu di Nasi Kotak dengan Barang Berharga

"Wong jowo pasti ngerti (orang Jawa pasti tahu)," demikian keterangan video yang telah dilihat lebih dari 16.000 kali itu.

Pada kolom komentar, banyak warganet yang menanyakan apa maksud dari hal itu.

Namun tak sedikit pula yang beranggapan bahwa mengambil bunga kantil dari pengantin adalah untuk meringankan jodoh.

"Ben ketularan nikah (biar ketularan nikah)," tulis seorang warganet.

"Biar cepet dapat jodoh cepet nikah," demikian komentar warganet yang lain.

Lantas, apa maksud dari pengambilan bunga kantil pengantin tersebut?

Baca juga: VIDEO Viral Tepergok Mesum Gelap-gelapan di Alun-alun, Ini Kata Satpol PP

Penjelasan ahli

Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono mengatakan, mengambil bunga kantil dengan harapan bisa meringankan jodoh tidak bisa dinilai benar dan salah.

Pasalnya, kata Drajat, perilaku semacam itu berlandaskan atas dasar rasional nilai.

"Itu tidak bisa dinilai benar dan salah, bergantung pada nilai-nilai yang dia percaya.

Untuk membenarkan atau menyalahkan harus melihat nilai apa yang dia percaya.

Kalau dalam hal ini nilai Jawa ya," katanya, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/10/2021).

Menurut Drajat, hal tersebut juga tidak bisa dinilai dengan dasar pikiran modern, yang diukur dari kesesuaian cara dan tujuan, atau rasional instrumental.

"Kalau perilaku rasional nilai, itu dasarnya ya nilai, nilai kepercayaan.

Baca juga: VIDEO - Viral Pasangan Bermesraan Sambil Tiduran di Alun-alun: Kondisi Lokasi Remang-remang

Biasanya diturunkan dari orangtua ke anaknya, atau dengan kata lain diwariskan secara sosial sehingga menjadilah keyakinan dan mitos," ungkap Drajat.

Sementara itu, dosen Program Studi Jawa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) Dr Darmoko mengatakan, bunga kantil seperti halnya bunga yang lain, yang digunakan dalam suatu upacara sehingga memiliki kedudukan yang sakral dan agung.

Menurutnya, bunga kantil sendiri dapat dipandang sebagai sebuah media yang dapat mempengaruhi secara spiritual bagi orang yang memiliki dan menguasainya.

"Untuk memperoleh kekuatan-kekuatan adikodrati dengan harapan memperoleh fungsi positif dan konstruktif konteks perjodohan dan perkawinan,"
kata Darmoko, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/10/2021) siang.

Ia mengungkapkan, kantil memiliki arti khusus dalam bahasa Jawa, kumanthil-kanthil, atau yang berarti menjadi lekat dan lengket.

"Berarti suatu kondisi yang diharapkan agar seorang wanita dan juga pria jika nantinya memiliki calon pasangan hidup yang sudah sama-sama
memiliki cipta, rasa, dan karsa menjadi lekat dan lengket tidak akan berpisah selamanya (selalu kanthil)," imbuh dia.

Baca juga: VIDEO Gianluigi Donnarumma Pulang ke San Siro, Dapat Ultimatum dari Ultras AC Milan

Ekspresi simbolik

Darmoko menuturkan, dalam budaya Jawa memang syarat akan ekspresi simbolik. Sehingga, untuk memahami makna simbolik di balik produk budaya
masyarakat, diperlukan konsep dan metodologi "othak-athik gathuk", atau diotak-atik cocok.

Konsep dan metodologi itu bekerja atas dasar kekuatan imajinasi, kepekaan intuisi, dan penguasaan kode budaya agar didapatkan makna yang relevan, aktual, dan dapat diterima oleh akal sehat.

Menurut dia, proses penafsiran manusia sebagai subjek yang memiliki daya hidup terhadap objek bunga kantil yang tidak memiliki daya hidup menjelajah pada tahapan kehidupan manusia.

"Yang telah sampai pada proses perkawinan, bersatunya cipta, rasa, dan karsa untuk membangun rumah tangga yang kokoh hingga akhir hayat
mereka," kata Darmoko.

Sumber : Kompas.com

Baca juga: VIDEO Viral di USA, Jenazah Diubah Jadi Pupuk Kompos

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved