Nasir Djamil Sebut Puisi Menolak Korupsi Lonceng Peringatan untuk Negeri

Sedangkan narasumber lainnya penyair Acep Zamzam Noor dan dr Dewa Putu Sahadewa, SpOGK.

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
For Serambinews.com
Anggota DPR RI Dapil Aceh yang kini di Komisi III, M Nasir Djamil tampil sebagai seorang narasumber dalam acara "Ada Korupsi di Korona". Sedangkan narasumber lainnya penyair Acep Zamzam Noor dan dr Dewa Putu Sahadewa, SpOGK. Diskusi ini digelar secara virtual, Jumat (8/10/2021). 

Sedangkan narasumber lainnya penyair Acep Zamzam Noor dan dr Dewa Putu Sahadewa, SpOGK.

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Anggota DPR RI Dapil Aceh yang kini di Komisi III, M Nasir Djamil tampil sebagai seorang narasumber dalam acara "Ada Korupsi di Korona". 

Sedangkan narasumber lainnya penyair Acep Zamzam Noor dan dr Dewa Putu Sahadewa, SpOGK.

Diskusi ini digelar secara virtual, Jumat (8/10/2021).

Kegiatan itu sebagai bagian rangkaian Roadshow ke 58 PMK diselenggarakan Jagat Sastra Milenia dan Gerakan Puisi Menolak Korupsi.

Diskusi dipandu Riri Satria, pendiri Jagat Sastra Milenia dan pembaca acara Devie Matahari.

Orasi korupsi penyair Sosiawan Leak dan parade pembacaan puisi oleh penyair dari belahan timur sampat barat Indonesia.

Nasir Djamil mengatakan, negeri ini butuh orang baik untuk mengelola negeri.

Pemimpin atau orang baik yang diharapkan seperti itu, tidak serta merta hadir begitu saja secara abrakadabra.

"Kita butuh orang baik megelola negeri ini. Tapi tentu saja orang baik tidak dilahirkan secara adrakadabra," kata Nasir Djamil.

Ia mengatakan perbaikan regulasi terus diupayakan untuk menutup peluang terjadinya korupsi.

"Tapi tetap saja terjadi. Kita putus asa? Jangan sampai," katanya.

Politisi PKS ini menyebutkan korupsi dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan dilakukan bersama-sama.

"Korupsi itu dilakukan oleh orang-orang yang punya kuasa. Yang tidak punya kuasa tidak bisa melakukan korupsi," tukas Nasir Djamil.

Terkait gerakan puisi menolak korupsi, Nasir Djamil menyebutkan, puisi adalah lonceng peringatan untuk bangsa ini tentang praktik korupsi.

"Bagi kami di ranah politik terus memperbaiki regulasi. Tapi tantangannya, selalu saja ada nafsu untuk melakukan korupsi itu," ujarnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved