Internasional

Koordinator PBB untuk Lebanon Sangat Prihatin Atas Bentrokan Bersenjata Jalanan di Beirut

Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon Joanna Wronecka menyatakan keprihatinan mendalam atas bentrokan bersenjata di Beirut.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Anak-anak dibawa lari oleh ibunya saat bentrokan bersenjata di Beirut, Lebanon, Kamis (14/10/2021). 

SERAMBINEWS.COM, NEW YORK - Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon Joanna Wronecka menyatakan keprihatinan mendalam atas bentrokan bersenjata di Beirut.

Dia sangat berduka atas orang-orang yang tewas dalam bentrokan di Beirut pada Kamis (14/10/2021) .

Dia mengutuk penggunaan kekerasan bersenjata di luar otoritas negara, seperti dilansir AFP, Jumat (15/10/2021).

Dalam sebuah pernyataan, dia menggarisbawahi perlunya menahan diri untuk menjaga ketenangan dan stabilitas serta an memastikan perlindungan warga sipil.

Sedikitnya enam orang tewas dan puluhan lainnya cedera di ibu kota Lebanon di tengah aksi protes.

Baca juga: Amerika Serikat Jatuhkan Sanksi ke Tujuh Pemodal Hizbullah Lebanon

Aksi dilakukan oleh Hizbullah dan sekutunya gerakan Amal terhadap hakim yang menyelidiki ledakan pelabuhan Beirut tahun lalu.

Para pengunjuk rasa menuduh Hakim Tarek Bitar bias secara politik.

Tetapi banyak orang Lebanon, termasuk keluarga korban, melihatnya sebagai hakim yang tidak korup, menghadapi elit politik yang korup.

Wronecka mencatat peningkatan polarisasi yang berbahaya dalam konteks penyelidikan ledakan pelabuhan Beirut.

Dia juga meminta para pemimpin Lebanon untuk memikul tanggung jawab dan menempatkan kepentingan negara pertama pada saat kritis ini.

Baca juga: Bentrokan Bersenjata Pecah di Jalanan Beirut, Korban Terus Berjatuhan

“Mengangkat Lebanon keluar dari krisis saat ini dan bergerak maju dalam reformasi membutuhkan fungsi yang efisien dari lembaga legislatif, eksekutif dan yudisial negara,” kata Wronecka.

“Sekarang saatnya semua pihak mendukung independensi peradilan demi kepentingan rakyat," ujarnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengulangi perlunya penyelidikan yang tidak memihak, menyeluruh dan transparan” terhadap ledakan 4 Agustus 2020.

Saat itu, sekitar 2.750 ton amonium nitrat yang sangat eksplosif meledak di pelabuhan Beirut setelah tidak disimpan dengan baik sejak 2013.

Ledakan itu menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai ribuan lainnya.

Guterres meminta semua pihak yang berkepentingan untuk segera menghentikan tindakan kekerasan dan menahan diri dari tindakan provokatif atau retorika yang menghasut.(*)

Baca juga: Tanki Penyimpanan Minyak Lebanon Terbakar, 250.000 Liter Jadi Kepulan Asap Hitam

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved