Breaking News

Waketum MUI Usul Kemenag Dibubarkan

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, mengusulkan agar Kementerian Agama (Kemenag) dibubarkan

Editor: hasyim
Fitri Wulandari
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekjen MUI), Anwar Abbas, saat ditemui Tribunnews di ruangannya Gedung MUI, Jakarta Pusat, Kamis (20/7/2017). 

* Respons Atas Pernyataan Menteri Agama

JAKARTA - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, mengusulkan agar Kementerian Agama (Kemenag) dibubarkan. Hal itu ia sampaikan merespons pernyataan Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, yang menyebut bahwa Kemenag adalah hadiah negara spesifik untuk Nahdlatul Ulama (NU), bukan umat Islam secara umum, apalagi umat agama lain.

Anwar menyayangkan pernyataan dan cara berpikir Yaqut. Ia tidak mau Kemenag tetap dipertahankan jika dikelola pihak-pihak yang berpikiran seperti itu. ”Saya minta Kementerian Agama lebih baik dibubarkan saja karena akan membuat gaduh, di mana mudaratnya pasti akan jauh lebih besar dari manfaatnya," kata Anwar dalam keterangan tertulisnya, Minggu (24/10/2021).

Anwar menyebut, Kemenag hanya akan dikelola oleh orang NU jika pola pikir seperti itu dibiarkan. Ia mengaku tidak bisa terima jika hal tersebut terjadi. Menurut Anwar pernyataan Kemenag adalah hadiah negara untuk NU tidak mencerminkan akal sehat. Ia juga menyebut klaim Yaqut itu tak menghargai kelompok dan elemen umat dan masyarakat lain.

Anwar juga mengungkit pernyataan serupa dari Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj. Anwar menyitir ucapan Said soal jabatan agama akan salah semua jika tidak ditangani orang NU. “Semestinya sebagai seorang menteri dan pemimpin umat, mereka lebih mencerminkan dan mengedepankan sikap arif serta bersikap dan bertindak sebagai negarawan," ucap Anwar.

Sebelumnya Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, mendapat sorotan dan kritik lantaran pernyataan kontroversialnya yang menyebut Kemenag merupakan hadiah negara untuk NU. Hal itu ia sampaikan di acara webinar RMI PBNU dalam peringatan Hari Santri 2021, Rabu (20/10/2021). “Kemenag itu hadiah negara untuk NU, bukan untuk umat Islam secara umum, tapi secara spesifik untuk NU," kata Gus Yaqut.

Pernyataan itu muncul dalam closing statemen Yaqut saat membuka webinar tersebut. Mulanya, Yaqut mengatakan beberapa waktu lalu ada perdebatan kecil di Kemenag. “Ada perdebatan kecil di kementerian. Ketika mendiskusikan Kementerian Agama, saya berkeinginan mengubah tagline, tagline Kemenag kan Ikhlas Beramal, saya bilang enggak ada ikhlas ditulis itu, namanya ikhlas itu di dalam hati kok ditulis?" papar dia.

"Ya ini, menunjukkan enggak ikhlas. Enggak ikhlas mungkin kalau ada bantuan terus minta potongan, itu enggak ikhlas. Kelihatan membantu tapi minta potongan itu enggak ikhlas. Ikhlas Beramal itu enggak bagus, enggak pas, ada perdebatan kecil," tambah dia.

Dari sana, Ketua Umum GP Ansor itu kemudian mengatakan perdebatan terus berkembang hingga menyinggung sejarah berdirinya Kemenag. Yaqut mengatakan, ketika itu ada pihak yang tidak setuju Kemenag menjadi kementerian semua agama. "Kemudian berkembang jadi sejarah asal usul Kemenag. Ada yang bilang, enggak bisa Kemenag hadiah negara untuk umat Islam karena waktu itu perdebatannya bahwa kementerian ini harus jadi kementerian semua agama, melindungi semua umat agama," ucap Yaqut.

"Tapi ada yang tidak setuju, karena katanya kementerian ini harus agama Islam, karena Kemenag itu hadiah negara untuk umat Islam. Saya bantah, bukan, Kemenag itu hadiah negara untuk NU, bukan untuk umat Islam secara umum, tapi secara spesifik untuk NU," ucap dia.

Oleh sebab itu, menurut Yaqut wajar saja jika saat ini NU memanfaatkan banyak peluang di Kemenag. Sebab ia menilai NU mempunyai jasa besar dalam cikal bakal lahirnya Kemenag. "Jadi wajar kalau sekarang NU memanfaatkan banyak peluang di Kemenag. Kenapa begitu? Kemenag itu muncul karena pencoretan 7 kata dalam Piagam Jakarta, yang mengusulkan jadi juru damai Bapak Wahab Chasbullah dari NU. Kemudian lahir Kemenag," kata Yaqut.

"Nah wajar kalau kita minta Dirjen Pesantren, banyak afirmasi pesantren dan santri NU wajar-wajar saja, tidak ada yang salah," tuturnya.

Pernyataan Yaqut itu yang kemudian mendapat banyak sorotan. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti mengaku tidak memahami apa tujuan Yaqut menyampaikan masalah itu. "Saya tidak tahu apa maksud dan tujuan menteri agama membuat pernyataan tersebut," kata Mu'ti saat dikonfirmasi, Minggu (24/10/2021).

Sepemahamannya Mu’ti, sejarah cikal bakal terbentuknya Kemenag juga tidak sesuai dengan apa yang disampaikan Yaqut. "Setahu saya sejarah Kementerian Agama berbeda dengan yang disampaikan Menteri Agama," kata dia. Mu’ti pun menolak berkomentar banyak terhadap masalah ini. Menurutnya, Yaqut sudah paham betul dengan apa yang harus ia lakukan. "Menag lebih tahu apa langkah yang terbaik," tutup dia.

Dari kalangan NU sendiri Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini mengaku tak setuju dengan pernyataan Yaqut itu. Ia juga menyayangkan pernyataan yang dinilainya kurang bijaksana. “Dengan segala hormat dan kerendahan hati, tentang pernyataan Pak Menteri Agama tentu itu hak beliau. Meski saya pribadi dapat menyatakan bahwa komentar tersebut tidak pas dan kurang bijaksana dalam perspektif membangun spirit kenegarawanan,” kata Helmy. “Kemenag hadiah negara untuk semua agama, bukan hanya untuk NU atau hanya untuk umat Islam,” imbuh dia.(tribun network/fah/den/dod)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved