Geliat Ekonomi di PPI Lhok Pawoh, Sarapan Sambil Mancing hingga Ikan Marlin Seberat 105 Kilogram
Keindahan alam yang luar biasa, masyarakat yang ramah dan terbuka, hingga sajian ikan segar, membuat kami ingin berlama-lama berada di sana
Keindahan alam yang luar biasa, masyarakat yang ramah dan terbuka, hingga sajian ikan segar, membuat kami ingin berlama-lama berada di sana. Di Lhok Pawoh, suasana kekeluargaan dan saling membantu masih sangat terjaga, karena mereka percaya semua rezeki yang mereka dapat adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa.
PANGKALAN Pendaratan Ikan (PPI) Lhok Pawoh, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Selatan, masih sepi saat kami datang, Kamis (4/10/2021) pagi.
Jarum jam masih menujuk ke arah pukul 07.20 pagi saat senyum ramah Pak Amirsyah menyambut kami yang singgah di depan warungnya.
Hamparan laut biru sangat memanjakan mata.
Segelas kopi dan martabak manis yang disajikan Pak Amirsyah ke atas meja di pinggir dermaga, membuat kenikmatan semakin lengkap.
Lidah berkali-kali mengucapkan syukur, memuji Allah SWT, pemilik keindahan alam ini.
"Tapak Tuan peugawee keumawee
Gunong Keulambee jalan meulengkok
Samadua rame meuhambong
Dama Tutong ureung ceumatok
Batee Tunggai galak seumeulhoh
di Lhok Pawoh candu pieh patok
Ujoeng Kareung maju pubrok u
Di Alue Paku sabe na krek-krok."
Reff pada syair lagu Aceh Selatan yang didendangkan oleh Syah Loetan pun langsung terngiang di telinga.
Lhok Pawoh adalah salah satu desa pesisir di Kecamatan Sawang, Aceh Selatan.
Desa ini berjarak sekira setengah jam perjalanan dari Tapaktuan, melewati Gunong Keulambee, keude Samadua, Dama Tutong, dan Gampong Batee Tunggai.
Sedangkan Dermaga PPI Lhok Pawoh hanya berjarak sekitar 150 meter dari jalan Banda Aceh-Tapaktuan.
Di PPI ini terdapat satu unit SPBN dan beberapa warung yang sudah representatif, termasuk yang menyajikan kopi espresso.
Baca juga: VIDEO Enaknya Sarapan Pagi di Lhok Pawoh Sawang Aceh Selatan, Makan Ikan Segar dari Laut

Gelak tawa beberapa orang yang sedang memancing di pinggir dermaga memecahkan suasana.
Tak terasa, sudah satu jam kami duduk di meja di bibir dermaga itu, menikmati kopi dan martabak manis, sambil memanjakan mata dengan kedatangan beberapa boat nelayan yang mulai pulang dari melaut.
Satu potong martabak manis masih tersisa di piring saat Pak Amir membawa nasi dan ikan kuwe atau rambeu goreng lengkap dengan bumbu kecap, ke depan kami.
"Yang satu ini hasil pancingan Yulia Putra tadi malam. Yang lainnya dibeli dari nelayan, juga hasil pancingan tadi malam," ungkap Pak Amir, menujuk ke arah 6 ekor rambeu goreng di dalam piring.
Dari situ kami tahu, ternyata semua sajian ini telah dipersiapkan oleh Yulia Putra Sawang yang merupakan rekan kerja kami di perwakilan Blangpidie.
Tapi, Pak Amir memastikan bahwa masyarakat umum pun bisa menikmati suasana itu, menikmati pemandangan alam yang indah dengan sajian ikan goreng dan ikan bakar hasil pancingan nelayan.
"Tapi terkadang jenisnya berbeda, tergantung hasil tangkapan," kata Pak Amir ketika saya mencoba memastikan bahwa sajian seperti yang kami nikmati ini juga bisa dinikmati oleh pengunjung lainnya.
Soal harga, bisa dinegosiasikan langsung dengan Pak Amir, yang pasti tidak akan memberatkan kantong.
Baca juga: VIDEO - Kisah Tgk Abrar Muda, Mantan Panglima GAM yang Kini Jadi Pembina Pemuda Pancasila
Geliat ekonomi
Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB saat beberapa kapal nelayan mulai merapat ke dermaga PPI.
Pak Amir bilang, beberapa kapal yang masuk itu milik nelayan setempat yang mencari ikan tadi malam.
Saat itu, suasana PPI mulai ramai dengan warga.
Mulai dari agen atau muge ikan, pekerja lepas, hingga warga yang ingin membeli ikan segar.
Suasana semakin ramai ketika ikan-ikan dari berbagai jenis diturunkan.
Salah satu yang paling menyedot perhatian adalah saat lobster dalam berbagai ukuran mulai ditimbang, untuk dibawa ke pusat penangkaran sebelum diekspor ke berbagai negara.
Suasana bertambah meriah ketika kapal milik Amirsyah datang. Kapal ini membawa hasil yang sangat menggembirakan.
Ada setidaknya 3 sampai 4 ton ikan dari berbagai jenis.
Termasuk sekitar satu ton ikan tuna berbagai ukuran, dan seekor marlin seberat 105 kilogram.
"Ini (ikan marlin dan tuna) jatah anak boat. Hasil pancingan mereka. Bisa dilihat dari warna kain yang diikat di bagian ekor boat," ujar Pak Amir.
Ia menerangkan, setiap anak boat memberikan warna kain berbeda untuk menandai hasil pancingan mereka, agar tak tertukar dengan milik temannya.
"Total ada sekitar satu ton ikan hasil pancingan anak boat, dan itu adalah hak mereka. Sedangkan jatah saya selaku pemilik boat adalah hasil tangkapan dengan jaring," ujarnya.
Ikan marlin atau juga biasa disebut ikan layar atau eungkot thok (dalam bahasa Aceh), adalah yang paling menyita perhatian.
Butuh setidaknya 5 sampai 7 pria dewasa untuk mengangkat ikan marlin ini dari boat lansir ke bawah bangunan di tepi dermaga itu.
Setelah ditimbang, ikan itu memiliki bobot 105 kilogram.
"Ini hari keberuntungan Anda bisa melihat hasil tangkapan yang luar biasa," ujar Ayuzar yang bertugas sebagai pencatat hasil timbangan ikan PPI itu.
Ayuzar tampak sangat sigap mengatur distribusi ikan di PPI itu.
Menurutnya, ada aturan tak tertulis di PPI ini yang mengutamakan para mugee ikan untuk terlebih dahulu membeli ikan yang akan dijualnya ke pasar atau ke rumah-rumah penduduk.
"Kita mengutamakan para pedagang kecil, sehingga ekonomi masyarakat berputar. Sedangkan ikan ukuran besar akan ditambung oleh agen pengepul untuk diekspor," ujar Ayuzar.
Pak Amirsyah dan Ayuzar yang sama-sama memiliki boat pencari ikan di laut lepas mengatakan, PPI Lhok Pawoh menjadi salah satu pusat geliat ekonomi masyarakat kecil di Aceh Selatan.
Setidaknya ada sekitar seribuan orang yang menggantungkan hidupnya di PPI ini.
Mereka terdiri atas para nelayan, agen pengepul atau mugee, hingga warga sekitar.
Pak Amir yang juga memiliki sebuah warung di kompleks PPI ini, berharap pemerintah daerah bisa memperluas kolam dermaga, agar semakin banyak kapal yang bisa bersandar.
Menurutnya, selama ini seringkali beberapa kapal nelayan harus antre di luar dermaga, menunggu giliran menurunkan hasil tangkapan mereka.
"Saat cuaca tidak bagus ini bisa membahayakan keselamatan kapal dan jiwa nelayan, makanya kami berharap agar kolam dermaga ini bisa diperlebar lagi," ungkap Pak Amirsyah.
Hari itu, suasana PPI Lhok Pawoh benar-benar meriah.
Kami merasakan suasana kekeluargaan dan keakraban yang luar biasa di antara warga itu.
Beberapa orang yang membantu mengangkat keranjang-keranjang ikan dari boat lansir, pulang dengan gembira setelah mendapatkan beberapa ekor ikan gratis dari anak boat maupun pengelola PPI itu. (zainal arifin)