Berita Aceh Tengah
Kepala Balar Sumut Serahkan Buku “Gayo di Masa Lalu” kepada Gubernur dan Pimpinan DPRK Aceh Tengah
Buku “Gayo di Masa Lalau” diterbitkan oleh Balar Sumut, berangkat dari hasil penelitian dan penggalian arkeologi di Ceruk Mendale, Ujung Karang...
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Nurul Hayati
Buku “Gayo di Masa Lalau” diterbitkan oleh Balar Sumut, berangkat dari hasil penelitian dan penggalian arkeologi di Ceruk Mendale, Ujung Karang, dan lain-lain.
Laporan Fikar W Eda | Sumut
SERAMBINEWS.COM, MEDAN - Kepala Balai Arkeologi Sumatera Utara (Balar Sumut), Dr Ketut Wiradnyana MSi menyerahkan buku “Gayo di Masa Lalu” kepada Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Aceh (Budpar) Jamaluddin, dan Wakil Ketua DPRK Aceh Tengah Edi Kurniawan dalam acara “Dialog Menyusur Jejak Gayo Prasejarah” di Balar Sumut, Jumat (10/12/2021).
Jamaluddin hadir mewakili Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.
Sementara dari DPRK juga hadir Ketua Komisi B Sukurdi Iska.
Buku “Gayo di Masa Lalau” diterbitkan oleh Balar Sumut, berangkat dari hasil penelitian dan penggalian arkeologi di Ceruk Mendale, Ujung Karang, dan lain-lain.
Mengisahkan tentang kedatangan tiga kelompok manusia, membawa budaya berbeda pada era mesolitikum (zaman batu pertengahan) sampai era klasik.
Disebutkan, pada 12.000 tahun lalu Pulau Sumatera sudah dihuni oleh manusia dengan postur tubuh tegap dan memilih tinggal di pinggir pantai.
Lama kelamaan, karena kekurangan bahan makanan kelompok manusia ini mencari hunian baru dengan panduan sungai, sampai ke daerah pedalaman.
Baca juga: Lima Pakar Bahas Ceruk Mendale dalam Even Desember Kopi Gayo 2021, Live di Jaringan Serambinews.com
Hingga suatu ketika kelompok ini mencapai gua atau Loyang Mendale yang berada di tepi Danau Laut Tawar, Aceh Tengah sekarang.
Memilih Loyang Mendale sebagai tempat hunian karena guanya luas dan terlindung, serta dekat dengan sumber air dan makanan.
Kelompok ini membuat beberapa peralatan yang dapat mendukung kehidupan mereka, memanfaatkan batu, kayu, dan sisa tulang binatang maupun cangkang kerang.
Mereka juga sudah mengenal api untuk mengolah makanan.
Mereka membuat kapak dari batu kali, dan ada kalanya menambahkan tangkai dari kayu untuk memudahkan memegang dan menggunakannya.