Berita Kutaraja
Faizal Adriansyah Dapat Penghargaan Khusus dari Balai Arsip Statis dan Tsunami Aceh, Ini Perannya
Penghargaan dalam bentuk piagam tersebut diberikan kepada Faizal Adriansyah atas peran sertanya dalam penyelamatan dan pelestarian arsip yang bernilai
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Saifullah
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST) Aceh memberikan penghargaan khusus kepada Ir Faizal Adriansyah MSi, geolog senior di Aceh yang juga Kepala Pusat Pelatihan dan Pengembangan Kajian Hukum Administrasi Negara ( Puslatbang KHAN LAN) Republik Indonesia.
Penghargaan dalam bentuk piagam tersebut diberikan kepada Faizal Adriansyah atas peran sertanya dalam penyelamatan dan pelestarian arsip yang bernilai guna pertanggungjawaban nasional bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Piagam penghargaan yang sudah dibingkai bagus itu diserahkan oleh Kepala BAST, Muhammad Ihwan MSi, pada Selasa (14/12/2021) di Aula Kantor BAST yang berlokasi Jalan Teungku Hasan di Bakoi, Bakoy, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar.
Penyerahan piagam penghargaan itu dirangkai dengan Webinar Pekan Peringatan Ke-17 Tsunami Aceh yang dibuka secara resmi oleh Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Drs Imam Gunarto MHum.
Terpilihnya Faizal Adriansyah sebagai penerima penghargaan bukan tanpa alasan. Menurut Kepala BAST, kiprah Faizal dalam menyimpan dokumen pribadi, terutama tulisan-tulisannya tentang kebencanaan, patut mendapat apresiasi.
"Bahkan tulisannya terkait tsunami menjadi fenomenal karena ia tulis 12 tahun sebelum Aceh diterjang tsunami," kata Muhammad Ihwan.
Baca juga: Program Kerjasama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh dengan Puslatbang Khan LAN RI
Kala itu Ustaz Faizal menulis artikel di Rubrik Opini Harian Serambi Indonesia tentang gempa dan tsunami yang terjadi di NTT pada 16 Desember 1992 dengan judul 'Mengapa di Tanahku Terjadi Bencana'.
Dalam tulisan itu dia ingatkan bahwa tsunami berpeluang terjadi di Aceh bila dipicu oleh gempa besar. Dan saat itu Aceh sudah lama tak digoyang gempa besar. Jadi, energi yang terhimpun sudah cukup besar, sehingga gempanya berpotensi memicu tsunami.
Selain itu, kumpulan tulisan Faizal tentang kebencanaan yang terkait dengan geologi telah pula diterbitkan menjadi buku dengan judul “Aceh Laboratorium Bencana".
Pada kegiatan Pekan Peringatan Ke-17 Tsunami Aceh, Faizal Adriansyah telah menyerahkan arsip pribadinya berupa kliping tulisan di media cetak, bahan dasar buku Aceh Laboratorium Bencana, buku Musafir Kematian Pasti Datang, buku Potensi Energi Aceh, dan dokumen pribadi lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat luas hari ini maupun suatu masa kelak.
Ketik diminta menyampaikan sambutan, Faizal Adriansyah memulainya dengan firman Allah pada Surah Al-Alaq ayat 1-5 yang menjadi dasar perintah untuk kita terus membaca dan menulis.
Kemudian, Faizal menutup syarahannya dengan quote, “Ketika aku menulis aku sadar tanganku akan binasa, tapi aku yakin tulisanku akan abadi.”
Baca juga: Dinsos Aceh Serahkan Arsip Statis ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Ini bukan penghargaan pertama bagi Faizal. Sebelumnya ia mendapat award dalam Program DRR-UNPD di Aceh tahun 2011.
Pria kelahiran Banjarmasin pada 7 Juni 1963 ini juga pernah mendapat Kagum Award Motivator Pengurangan Risiko Bencana.
Selain sebagai geolog, Faizal juga dikenal sebagai dai (penceramah) dan Pengurus Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Aceh.
Faizal Adriansyah juga tercatat sebagai Anggota Dewan Pakar Forum Pengurangan Risiko Bencana (F-PRB) Aceh dan mantan ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Wilayah Aceh dua periode (2010-2013 dan 2014-2017).
Untuk peringatan 17 tahun tsunami Aceh tingkat provinsi pada 26 Desember 2021 nanti, Faizal juga sudah diminta oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh sebagai penceramah untuk menyampaikan tausiah bencana tsunami di Ulee Lheue, Banda Aceh.
Sebelumnya, Faizal juga yang ditunjuk sebagai penceramah pada peringatan 8 tahun tsunami yang dipusatkan di Krueng Raya, Aceh Besar, dan berikutnya pada peringatan 13 tahun tsunami di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar.(*)