Varian Omicron Berkembang 70 Kali Lebih Cepat dari Delta, Gejalanya Sakit Kepala dan Sangat Capek

Temuan tersebut bisa menjadi salah satu penjelasan mengapa varian Omicron lebih menular dibandingkan varian sebelumnya.

Editor: Faisal Zamzami
KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo
Ilustrasi Omicron 

SERAMBINEWS.COM, HONG KONG – Varian Omicron dilaporkan berkembang 70 kali lipat lebih cepat daripada varian Delta di jaringan bronkus.

Bronkus merupakan cabang batang tenggorokan yang terletak setelah tenggorokan dan sebelum paru-paru.

Laporan tersebut disampaikan oleh para peneliti dari University of Hong Kong berdasarkan hasil eksperimen di laboratorium.

Temuan tersebut bisa menjadi salah satu penjelasan mengapa varian Omicron lebih menular dibandingkan varian sebelumnya.

Melansir The Guardian, Rabu (15/12/2021), kendati demikian, varian Omicron berkembang sekitar 10 kali lebih lambat di jaringan paru-paru.

Michael Chan Chi-wai, yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan, hasil tersebut perlu ditafsirkan dengan hati-hati.

Pasalnya, keparahan gejala dari varian Omicron ditentukan tidak hanya oleh seberapa cepat virus bereplikasi, tetapi juga oleh respons imun seseorang.

Selain itu, ada faktor lain seperti sistem imunitas menjadi overdrive dan menyebabkan apa yang disebut sebagai badai sitokin.

“Perlu dicatat bahwa dengan menginfeksi lebih banyak orang, virus yang sangat menular juga dapat menyebabkan gejala yang lebih parah atau bahkan kematian meskipun virus itu sendiri mungkin kurang berbahaya,” kata Chan.

Dia menambahkan, penelitian mereka menemukan bahwa varian Omicron bisa lolos dari antibodi vaksin dan tetap bisa menginfeksi seseorang yang sudah terpapar Covid-19 sebelumnya.

 
“Ancaman dari varian Omicron kemungkinan akan sangat signifikan,” tutur Chan.

Seorang profesor mikrobiologi dan imunologi di Louisiana State University Health Shreveport, Jeremy Kamil, mengatakan bahwa varian Delta juga menunjukkan pola replikasi yang sama, yakni lebih lambat di paru-paru.

“Para penulis ini menemukan bahwa Omicron bereplikasi dengan sangat baik, bahkan jauh lebih baik daripada Delta atau virus asli di jaringan bronkus,” kata Kamil.

Itulah mengapa, sambung Kamil, perkembangan yang cepat di jaringan bronkus menjadi penyebab varian Omicron sangat menular.

Penelitian yang dilakukan Chan dan rekan-rekannya tersebut telah dirilis di dunia maya, tetapi belum di-peer-reviewed.

Mereka melakukan eksperimen menggunakan sampel jaringan paru-paru yang diambil dari sejumlah pasien selama operasi.

Meski bronkus bukanlah sistem pernapasan bagian atas, para ilmuwan mengatakan, ini dapat menyebabkan orang mengeluarkan lebih banyak virus dan menularkannya dengan lebih mudah.

Baca juga: Indonesia Temukan Kasus Pertama Varian Omicron, Kenali 10 Tanda Gejala Virus Corona Varian Omicron

Baca juga: Menkes Umumkan Covid-19 Varian Omicron Terdeteksi di Indonesia

Gejala Omicron Menurut Dokter Penemunya: Sangat Capek 1-2 Hari

Gejala Omicron yang ditemukan oleh Angelique Coetzee, salah seorang dokter di Afrika Selatan yang pertama mendeteksi varian baru Covid-19 tersebut, cukup berbeda dengan biasanya termasuk varian Delta.

Pasien-pasien Coetzee mengalami gejala-gejala Covid Omicron seperti sangat capek selama satu atau dua hari, tenggorokan serak, tetapi tidak batuk-batuk dan tidak kehilangan indra penciuman (anosmia).

"Keluhan yang disampaikan pasien (Omicron) biasanya adalah mereka merasa sangat capek selama satu atau dua hari. Gejala lain adalah, sakit kepala dan badan terasa sakit.

Tenggorokan serak. Mereka tidak batuk-batuk, tidak juga kehilangan indra penciuman maupun indra perasa," kata Coetzee dalam wawancara dengan BBC, yang dikutip Kompas.com pada 29 November 2021.

Meski begitu, dokter yang sudah praktik selama 30 tahun dan mengepalai Asosiasi Medis Afrika Selatan (SAMA) itu menerangkan, pasien-pasiennya bergejala ringan dan bisa rawat jalan di rumah. 

Insiden yang ia tuturkan ini mengacu pada kejadian pada 18 November 2021.

Pada hari itu, klinik yang ia kelola menerima sejumlah pasien yang memperlihatkan gejala berbeda dari sakit yang diakibatkan oleh varian Delta.

Para pasien yang mendatangi kliniknya mengaku sangat capek selama dua hari. Mereka juga mengatakan, badan sakit-sakit dan mengalami sakit kepala.

Ia menggambarkan gejala ini berbeda dengan gejala pasien Delta dan berpikir ada sesuatu yang tengah terjadi, lalu memutuskan untuk melaporkannya ke otoritas kesehatan di Afrika Selatan.

Gejala corona Omicron ringan pada pasien yang sehat

Dikutip dari New York Post pada 27 November 2021, Angelique Coetzee juga menerangkan bahwa gejala varian Omicron tidak biasa, tetapi ringan pada pasien yang sehat.

Meski begitu, dia khawatir varian baru virus corona ini dapat menyebabkan komplikasi pada orang tua dan orang yang belum divaksinasi.

Hingga tanggal tersebut Angelique Coetzee memiliki 20-an pasien positif varian Omicron dan kebanyakan adalah pria muda.

Sekitar setengah dari pasien-pasien itu belum divaksin, katanya. Tak satu pun dari mereka yang terinfeksi kehilangan indra penciuman atau rasa.

"Ini penyakit ringan dengan gejala nyeri otot dan kelelahan selama satu atau dua hari tidak enak badan," lanjut Coetzee kepada The Telegraph.

Menurutnya, varian Omicron menginfeksi orang yang berusia 40 tahun atau lebih muda. Coetzee berujar, hampir 50 persen pasien Omicron yang dia rawat belum divaksin Covid-19.

Baca juga: Kota Juang Bireuen Percepat Vaksinasi Covid-19, Geulanggang Gampong Sediakan Minyak Goreng Kemasan

Baca juga: VIDEO - Bupati Bireuen Gelar Rapat Mendadak Dengan Camat dan Kapus

Baca juga: Kondisi Gaga Muhammad Setelah Mantan Pacar Meninggal Terungkap, Kuasa Hukum: Kayak Mau Nangis 

Kompas.com: Penelitian Terbaru: Varian Omicron Berkembang 70 Kali Lebih Cepat daripada Delta

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved