Pengamat Politik: Prabowo Sulit Menang jika Maju Pilpres 2024, Masyarakat Sudah Jenuh dan Kecewa
Oleh sebab itu, Ujang menilai, Gerindra semestinya mengajukan sosok baru pada Pilpres 2024 mendatang, tidak lagi mengusung Prabowo.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengamini pernyataan politikus Partai Gerindra Arief Poyuono yang menyebut Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sulit bersaing pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
Pasalnya, kata dia, selain sudah jenuh dengan sosoknya, masyarakat juga kecewa dengan sikap Prabowo yang justru merapat ke dalam barisan pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin seusai Pilpres 2019 lalu.
"Apa yang disampaikan Arief Poyuono itu merupakan sesuatu yang harus dievaluasi oleh Pak Prabowo. Mungkin karena tadi ya, sudah tiga kali maju, masyarakat mulai jenuh, perlu capres cawapres yang lebih fresh, lebih baru," kata Ujang saat dihubungi Kompas.com, Senin (20/12/2021).
"Yang kedua juga mungkin masyarakat banyak sudah kecewa, baik dalam kelompok 212 maupun kelompok masyarakat yang dulu menjadi pendukung Pak Prabowo," kata Ujang melanjutkan.
Ujang menilai, para pendukung Prabowo pada Pilpres 2019 sebetulnya mengharapkan agar Prabowo menjadi oposisi untuk mengkritisi pemerintahan Joko Widodo.
Namun, faktanya Prabowo justru masuk ke dalam pemerintahan dan mendapatkan jabatan Menteri Pertahanan.
Menurut Ujang, jabatan yang disandang Prabowo itu memang bisa menjadi alat untuk membuktikan bahwa Prabowo memiliki pengalaman di dunia pemerintahan, hal yang tak dipunyai Prabowo sebelumnya
"Kalau menurut saya itu (jabatan Menhan) menolong Prabowo, tetapi kekecewaaan rakyat itu yang perlu diobati, karena kalau masyarakat hatinya sudah kecewa, itu yang agak repot," ujar dia.
Ia menyebutkan, elektabilitas mantan Danjen Kopassus itu pun cenderung stagnan dan belum memperoleh angka yang dominan dibandingkan tokoh-tokoh lain.
"Sebagai pemain lama yang sudah tiga kali maju, di angka masuk tiga besar dan jaraknya tidak jauh beda itu merupakan sebuah kerugian. Mestinya kan melesat tinggi, dan itu elektabilitasnya masih di bawah 30 persen, belum sampai 50 persen," kata Ujang.
Oleh sebab itu, Ujang menilai, Gerindra semestinya mengajukan sosok baru pada Pilpres 2024 mendatang, tidak lagi mengusung Prabowo.
"Tetapi kelihatannya tidak akan mungkin karena Gerindra itu Prabowo harga mati, jadi mau elektabilitasnya naik, mau stagnan, atau turun nanti, kelihatannya akan mati-matian tetap mendukung Prabowo," kata Ujang.
Diberitakan sebelumnya, Arief menilai tidak mudah bagi Prabowo untuk memangkan Pilpres 2024 karena sudah tiga kali kalah dalam tiga edisi pilpres sebelumnya.
Menurut Arief, cap buruk akan disematkan pada Gerindra apabila Prabowo kembali kalah dalam kontestasi pilpres.
"Kenapa? Satu, sudah ada yang namanya cap tempelan, Prabowo tiga kali kalah loh. Jangan lagi nanti ada kata-kata kita kalah lagi kita diolok-olok lagi," kata Arief di kawasan Cikini, Jakarta, Minggu (19/12/2021).
Baca juga: Prabowo-Ganjar Saling Salip, Hasil Survei Capres Lembaga KedaiKopi
Baca juga: Survei Terbaru KedaiKopi Terkait Capres 2024: Prabowo Subianto Paling Populer dan Peringkat Pertama
Survei SPIN: Elektabilitas Prabowo Subianto Unggul
Hasil survei Survey & Polling Indonesia (SPIN) tentang preferensi publik tentang kepemimpinan nasional 2024-2029 menyatakan, elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto unggul dibandingkan sejumlah tokoh nasional lain.
Berdasarkan survei, elektabilitas Prabowo yaitu 23,2 persen.
"Jika survei SPIN periode Agustus 2021 dikomparasi dengan survei saat ini, menunjukkan adanya pola peningkatan keterpilihan terhadap Prabowo sebesar 1,3 persen (21,9 persem menjadi 23,2 persen)," kata Direktur SPIN Igor Dirgantara dalam konferensi pers hasil survei yang disiarkan secara daring, Minggu (19/12/2021).
Sementara itu, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yaitu 13,1 persen.
Kemudian, elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 5,8 persen, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno 5,5 persen, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 4,4 persen.
"Meskipun demikian masih sangat terbuka peluang bagi para calon karena ada sebesar 18,3 persen yang belum dapat menentukan pilihannya," ujar Igor.
Selain itu, lanjut Igor, SPIN juga mengukur opini publik tentang tingkat kepantasan (suitabilitas) para tokoh nasional tersebut untuk menjadi calon presiden 2024.
Berdasarkan survei, Prabowo kembali menempati urutan pertama dengan tingkat kepantasan mencapai 77,8 persen.
Kemudian, disusul Ganjar (73,3 persen), Anies (73,1 persen), dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (72,4 persen).
Ada pula Sandiaga (70,8 persen), Ketua DPR Puan Maharani (70,8 persen), dan Ridwan Kamil (68,6 persen).
"Dari variabel pertanyaan tersebut ditemukan bahwa Prabowo memiliki persentase kepantasan tertinggi, disusul Ganjar Pranowo, Anies, Airlangga, Sandi, dan Puan," ucapnya.
Survei SPIN tersebut diselenggarakan pada 22 November-1 Desember 2021 dengan 1.670 responden yang tersebar di 34 provinsi.
Pengumpulan data yaitu wawancara dengan bantuan kuesioner.
Metode penelitian multi-stage random sampling.
Tingkat kepercayaan survei 95 persen dengan margin of error sekitar 2 ,4 persen.
Baca juga: Kejari Lhokseumawe Gelar Donor Darah, Terkumpul 60 Kantong
Baca juga: Pernikahan Massal 6 Wanita Saudara Kandung dengan 6 Pria Saudara Kandung, Saling Mencintai
Baca juga: Ceramah Habib Bahar Sindir Jenderal Baliho Tak Turun ke Semeru, Pengacara Angkat Bicara
Kompas.com: Prabowo Dinilai Sulit Menang jika Maju Pemilu 2024, Pengamat: Masyarakat Jenuh dan Kecewa