Dr Syahrul Jadi Profesor Atas Dedikasinya Tangani Stroke

Dr dr Syahrul SpS (K), dokter senior yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK), Selasa (28/12/2021) pagi ini

Editor: bakri
For Serambinews.com
Dr dr Syahrul SpS (K) 

BANDA ACEH - Dr dr Syahrul SpS (K), dokter senior yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK), Selasa (28/12/2021) pagi ini, dikukuhkan sebagai guru besar di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh.

Dokter Syahrul meraih gelar profesor atas dedikasi dan sumbangsih ilmunya selama ini di dunia kesehatan, khususnya dalam penanganan penyakit stroke.

Dr dr Syahrul SpS(K) (tengah) dan dua rekannya dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) berbincang dengan Pemimpin Umum Harian Serambi Indonesia, H Sjamsul Kahar dan Pemimpin Perusahaan, Mohd Din dalam kunjungan silaturahmi ke Redaksi Harian Serambi Indonesia, Meunasah Manyang PA, Aceh Besar, Kamis (26/10).
Dr dr Syahrul SpS(K) (tengah) dan dua rekannya dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) berbincang dengan Pemimpin Umum Harian Serambi Indonesia, H Sjamsul Kahar dan Pemimpin Perusahaan, Mohd Din dalam kunjungan silaturahmi ke Redaksi Harian Serambi Indonesia, Meunasah Manyang PA, Aceh Besar. ()

Dalam orasi ilmiah saat pengukuhan, Dr Syahrul akan memaparkan tentang pengelolaan stroke secara komprehensif.

Syahrul menyampaikan, prevelensi stroke di Indonesia, termasuk Aceh, masih sangat tinggi.

Hal itu terlihat dari angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat stroke masih tinggi.

“Ini menjadi pertanyaan, kenapa angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat stroke masih tinggi? Apa yang harus kita laksanakan secara komprehensif, supaya ini berkurang,” ujar alumni Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, ini.

Selama ini, menurut Syahrul, stroke memang menjadi penyakit yang menakutkan.

Stroke, lanjutnya, sangat menurunkan kualitas sumber daya manusia penderitanya, karena mereka akan memiliki keterbatasan ruang gerak, berbicara, hingga daya ingat.

“Prevelensinya cukup tinggi, 10 persen.

Kalau kita lihat seseorang yang mengalami serangan stroke, harus ada faktor risiko.

Misalnya hipertensi, darah manis cukup tinggi, sakit jantung, perokok, dan beberapa penyebab lain,” jelasnya.

Karena itu, kata Dr Syahrul, dirinya menciptakan desain penanganan stroke secara terpadu.

Dr Syahrul, sedang berikan pengetahuan covid 19 kepada guru di daerah, secara Virtual dari ruang rapat, Sekda Aceh, Selasa (24/11/2020).
Dr Syahrul, sedang berikan pengetahuan covid 19 kepada guru di daerah, secara Virtual dari ruang rapat, Sekda Aceh, Selasa (24/11/2020). (SERAMBINEWS.COM/HERIANTO)

Ia sudah mendesain program penanganan stroke secara runut.

Syahrul berharap desain yang sudah dihasilkan itu bisa dilaksanakan oleh pemerintah.

Atas sumbangsih dan dedikasinya dalam mendesain penanganan stroke yang sudah merenggut banyak nyawa itu pula, Dr Syahrul berhasil meraih gelar profesor, sebagai puncak karier akademiknya sebagai seorang pendidik di perguruan tinggi.

“Dengan gelar profesor ini, tanggung jawab keilmuan saya tentu akan lebih besar lagi, peran untuk masyarakat juga.

Selain dalam dunia pendidikan, juga harus ada kontribusi untuk masyarakat,” ungkap Syahrul.

Dr Syahrul merupakan dokter spesialis saraf senior di Aceh yang sudah berpuluh tahun membantu penanganan pasien.

Hari-hari dalam karier pria kelahiran Ulee Kareng, tahun 1962, ini banyak dihabiskan di Fakultas Kedokteran USK.

Ia bahkan dua periode (2004-2012) menjabat dekan fakultas tersebut.

Di luar kampus, Dr Syahrul juga pernah dipercaya memimpin rumah sakit terbesar di Aceh yaitu sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh.

Setelah itu, ia juga dipercaya memimpin RSUD Meuraxa.

Sebagai anak pinggiran kota, anak dari pasangan Ghazali dan Aden, ini menamatkan seluruh jenjang pendidikannya di Banda Aceh.

Kemudian, Syahrul melanjutkan pendidikan tinggi ke Prodi Ilmu Kedokteran di Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, pada tahun 1981.

Syahrul bercerita, sebenarnya saat itu ia mengikuti tes di Universitas Syiah Kuala.

Namun, karena ada program persiapan pembukaan fakultas kedokteran, maka mahasiswanya dikirim ke 10 perguruan tinggi di Indonesia.

Syahrul sendiri mendapat kesempatan belajar di Universitas Andalas dan berhasil lulus pada tahun 1988.

Setelah menamatkan kuliah di Padang, Syahrul kembali ke Banda Aceh.

Setahun berselang, ia diterima sebagai dosen di Universitas Syiah Kuala.

Tak lama berselang, Syahrul melanjutkan pendidikan dokter spesialis ke Universitas Indonesia (UI), Jakarta.

Kala itu, meski belum populer di Aceh, Syahrul mengambil spesialis saraf dan lulus pada tahun 1997.

“Saat itu, belum ada dokter spesialis saraf, dan jurusan ini tak sepopuler spesialis lain,” ujarnya.

Kemudian, gelar doktor diperoleh Syahrul dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Sementara gelar konsultan stroke diperolehnya dari Kolegium Neurologi Indonesia pada tahun 2010.

Hari ini, setelah acara pengukuhan, Syahrul, sang guru bagi ribuan dokter itu resmi bergelar profesor. (mun)

Baca juga: Dr Syahrul SpS, Mantan Dekan FK USK: Tanda Tangan di Ijazah Elwizan Aminuddin Itu Palsu

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved