Berita Bireuen
Mahasiswa Umuslim Bireuen KKM di Muyang Kute Mangku Bener Meriah Buat Label Kemasan Produk Gula Aren
Khairul Maulia, mahasiswa Umuslim yang KKM di kampung itu mengatakan selama ini proses pembuatan gula aren, termasuk pengemasan dan penjualannya dilak
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Mursal Ismail
Khairul Maulia, mahasiswa Umuslim yang KKM di kampung itu mengatakan selama ini proses pembuatan gula aren, termasuk pengemasan dan penjualannya dilakukan tradisional.
Laporan Yusmandin Idris I Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Mahasiswa Universitas Almuslim ( Umuslim) Peusangan, Bireuen, yang Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) di Kampung Muyang Kute Mangku, Kecamatan Bandar, Kabupaten Bener Meriah, membina usaha masyarakat produk gula aren.
Khairul Maulia, mahasiswa Umuslim yang KKM di kampung itu mengatakan selama ini proses pembuatan gula aren, termasuk pengemasan dan penjualannya dilakukan tradisional.
Khairul menyebutkan ada lima KK di kampung ini yang mengolah gula aren, para mahasiswa sempat berdiskusi tentang cara pelabelan, kemasan dan penyempurnaan pemasaran produk di dua tempat.
Kedua tempat itu, yakni milik Bunawan dan Pramono.
Didampingi rekannya, Maulia Zuhra, Khairul Maulia menambahkan, pembuatan
gula aren, bahan baku dari buah air nira didapatkan dari pohon aren.
Baca juga: 218 Mahasiswa Umuslim Berhasil Kembangkan Situs Gampong Sambil Berwisata di Bener Meriah
Mula-mula warga menampung air nira ke dalam bambu selama satu hari satu malam,
sebelum dimasak air nira disaring terlebih dahulu.
Selanjutnya, diolah, proses dengan memasak air nira tersebut sekitar 4 - 5 jam,
tunggu hingga mendidih dan mengental.
Setelah dimasak, air nira dibiarkan hingga dingin dan mengering, airnya dipanaskan hingga kental, dibiarkan sampai dingin.
Setelah itu digiling menggunakan batok kelapa hingga gula aren siap diproduksi.
Prosesnya hingga jadi gula sekitar delapan jam, selanjutnya gula aren siap dikemas.
Baca juga: Mahasiswa KKM Umuslim Bireuen Gelar Perlombaan MTQ Antar Kampung
“Selama ini masyarakat memproduksi gula aren, penjualannya dilakukan per karung atau goni.
Rata-rata per karung berisi 25 kilogram, kami melihat penjualannya tidak efisien, juga tidak higienis,” jelas Khairul Maulia.