Rumoh Cut Meutia dan Pesawat Seulawah RI 001 di TMII Mulai Keropos, Harus Direnovasi
Ia memperlihatkan beberapa bagian yang mulai keropos dimakan usia, seperti lantai dan beberapa bagian lainnya.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
Ia memperlihatkan beberapa bagian yang mulai keropos dimakan usia, seperti lantai dan beberapa bagian lainnya.
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Rumoh Cut Meutia yang berusia lebih 150 tahun di Anjungan Aceh Taman Mini Indonesia Indah (TMII) mulai rusak di beberapa bagiannya, sehingga harus direnovasi.
Kepala Anjungan Aceh T Syafrizal, menyampaikan hal ini kepada Serambinews.com, Kamis (10/3/2022).
Ia memperlihatkan beberapa bagian yang mulai keropos dimakan usia, seperti lantai dan beberapa bagian lainnya.
"Ini sudah berlubang, kayunya sudah keropos," kata Syafrizal.
Untuk sementara, Rumoh Cut Meutia ditutup untuk umum menunggu selesai proses renovasi.
Baca juga: RSU Cut Meutia Aceh Utara Sudah Dua Bulan Kosong Pasien Covid-19
Ia mengatakan Rumoh Cut Meutia yang khas Aceh Utara itu tidak memiliki jendela dan sudah berusia lebih 150 tahun.
Rumoh Cut Meutia itu dipindahkan ke Taman Mini dan ditempatkan di Anjungan Aceh.
Menurut T Syafrizal, Rumoh Cut Meutia sudah ada di sana ketika Taman Mini diresmikan pada 1975.
Bersama rumah itu, juga dibawa alat penumbuk padi "jeungki" dan lumbung padi atau "Kroeng Pade" diletakkan bersisian dengan Rumoh Cut Meutia.
Anjungan Aceh juga dilengkapi dengan Rumah Adat Aceh untuk pameran, meunasah, dan lonceng cakradonya.
Baca juga: Anjungan Pemerintah Aceh TMII Lolos Sertifikasi CHSE Kemenparekraf
Menurut Syafrizal, seluruh bangunan tradisional tersebut juga mulai keropos dan harus direnovasi.
Pada bagian lain dari Anjungan juga terdapat replika pesawat Seulawah RI 001 hasil sumbangan rakyat Aceh, atas permintaan Presiden Soekarno yang berkunjung ke Aceh pada 16 Juni 1948.
Seperti juga rumah adat, menurut Sayfrizal, replika pesawat itu juga membutuhkan penanganan tambahan, seperti pengecatan ulang, penataan taman, pagar dan lain-lain.
"Ini semua adalah benda-benda memiliki nilai sejarah yang harus kita rawat," demikian T Syafrizal. (*)