Internasional
Rusia Ancam Sita Aset Perusahaan Asing di Negaranya, Balas Penyitaan Aset Miliardernya
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan perusahaan asing yang menutup usaha di negaranya akan disita.
SERAMBINEWS.COM, MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan perusahaan asing yang menutup usaha di negaranya akan disita.
Dia menyukai rencana untuk membawa manajemen luar, kemudian mentransfer perusahaan-perusahaan ini kepada
mereka yang ingin bekerja.
Dilansir AP, Sabtu (12/3/2022), keputusan Rusia itu untuk membalas penyitaan aset miliarder negaranya oleh Barat.
Sedangkan Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk memungkinkan pengadilan Rusia menunjuk administrator
eksternal untuk perusahaan yang berhenti beroperasi dan setidaknya 25% dimiliki asing.
Jika pemilik menolak untuk melanjutkan operasional atau menjual, saham perusahaan dapat dilelang, kata partai Rusia
Bersatu yang berkuasa, menyebutnya langkah pertama menuju nasionalisasi.
Baca juga: Presiden Ukraina Peringatkan Tentara Rusia, Ini Bukan Latihan, Tetapi Perang Nyata
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengkritik setiap keputusan tanpa hukum oleh Rusia untuk menyita aset
perusahaan-perusahaan ini.
Dia mengatakan pada akhirnya akan menghasilkan lebih banyak penderitaan ekonomi bagi Rusia.
“Ini akan menambah pesan yang jelas kepada komunitas bisnis global, Rusia bukanlah tempat yang aman untuk
berinvestasi dan melakukan bisnis,” katanya dalam sebuah tweet.
Dia berharap Rusia juga dapat mengundang klaim hukum dari perusahaan yang propertinya disita.
Bahkan sebelum invasinya ke Ukraina, Rusia sudah mencoba menjinakkan pasokan makanan menyusul sanksi yang
dijatuhkan Uni Eropa pada 2014.
Baca juga: Italia Sita Kapal Pesiar Mewah Miliarder Rusia, Bernilai Rp 8,2 Triliun di Pelabuhan Trieste
Dengan sedikit atau tanpa makanan segar yang diimpor dari mitra dagang tersebut, Rusia lebih fokus pada makanan
domestik dan mengimpor dari negara yang lebih bersahabat seperti Turki.
Satu suara yang menentang penyitaan aset perusahaan asing adalah miliarder taipan logam Vladimir Potanin, yang
membandingkannya dengan Revolusi Rusia tahun 1917, ketika Komunis mengambil alih kekuasaan.
"Ini akan membuat kita mundur 100 tahun ke tahun 1917 dan konsekuensi dari langkah seperti ini," ujarnya.
"Ketidakpercayaan global di Rusia oleh investor akan dirasakan oleh kita selama beberapa dekade," katanya dalam
sebuah pernyataan di media sosial perusahaannya, Nornikel.(*)
Baca juga: British American Tobacco Hentikan Investasi di Rusia, Operasional Tetap Berlanjut