Daging Meugang
Begini Tips Aman Membeli Daging Sapi, Pilih yang Digantung
Meningkatnya permintaan daging sapi jelang Ramadan, terkadang dimanfaatkan oknum untuk menjual daging sapi gelonggongan.
Meningkatnya permintaan daging sapi jelang Ramadan, terkadang dimanfaatkan oknum untuk menjual daging sapi gelonggongan.
SERAMBINEWS.COM - Hari meugang sudah di depan mata.
Saat meugang ada tradisi memasak daging untuk dimakan bersama keluarga.
Meningkatnya permintaan daging sapi jelang Ramadan, terkadang dimanfaatkan oknum untuk menjual daging sapi gelonggongan.
Guru besar Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (UNAIR) Prof Dr Mustofa Helmi Effendi drh DTAPH menyebut penyediaan daging gelonggongan merupakan salah satu bentuk pelanggaran animal welfare.
Jika tidak ada tindakan tegas, itu akan sangat merugikan masyarakat.
Dalam penggelonggongan daging, oknum akan memasukkan air sebanyak-banyaknya pada sapi hidup.
Hal ini untuk menambah berat daging saat penjualan. Hewan menjadi kesulitan berdiri secara normal.
Baca juga: Ikatan Cinta 29 Maret 2022, Perlahan Rahasia Diketahui Reyna, Nasib Al dan Nino akan Beda
Baca juga: Bertahun Dikira Anak dari Mantan Pacar, Pasutri Syok saat Tahu Hasil Tes DNA, Terungkap Fakta Ini
Baca juga: Megawati Hanya Takut pada Puan Maharani: Sama yang Lain Saya Enggak Takut
“Sapi dengan kondisi sulit berdiri akibat penekanan sistem otot hingga hanya bisa terbaring.
Inilah yang menjadi alibi peternak untuk segera menyembelih hewannya,” ujarnya dikutip dari laman unair, Selasa (29/3/2022).
Ciri-Ciri Daging Gelonggongan
Masyarakat dapat mengetahui ciri daging gelonggongan dengan melihatnya secara fisik.
Melihat rembesan air dari daging yang cukup banyak.
Jika disentuh, tekstur daging terasa lebih lembek dan warnanya lebih pucat.
“Biasanya dalam 1 kilogram daging sapi gelonggongan, terdapat kandungan 300 gram air di dalamnya.