Kupi Beungoh
Catatan Perjalanan Ramadhan - Ketika Iftar Berdampingan dengan Anggur Merah dan Bir
Saya bertanya, apakah makanan enak tadi, itu makanan Turki asli Ia tertawa besar. “No”, itu sebagiannya adalah makanan Kurdi katanya
Kalau anak muda di Banda Aceh mengatakan “ini Banda Aceh bung,” mungkinkah anak muda Istanbul mengatakan “ini Istanbul bung”.
Disebut kalaupun ada, karena dengan menjadi kota tujuan wisata, dan sejarah Istanbul sebagai kota internasional, yang sudah berumur ratusan tahun, tak jarang pula kita menemukan restoran Italia ataupun bahkan mungkin restorant Turki yang juga menyiapkan pesanan masakan yang mengandung babi.
Peluang itu tetap saja ada, walaupun kecil, tidak hanya di Istanbul, tetapi juga di kota-kota lain, seperti Ankara, Izmir, Trabzon, dan sebuah kota tua Goreme, Cappadocia yang terletak di provinsi Nevsehir, di bagian tengah Turki Asia.
Pada hari berikutnya, ketika kami pulang dari grand bazar, kami singgah di restoran yang nampak dari luar sudah tua umurnya.
Lalu kami masuk, melihat satu dua orang minum dan makan.
Kami lalu menyampaikan bahwa kami mau buka puasa.
Pelayannya segera membawa kami ke lantai dua yang cukup bersahaja.
Karena waktu berbuka masih sekitar 35 menit lagi, meja yang terisi belum sepertiga, dan segera saya ketahui bahwa sejumlah keluarga itu juga sedang bersiap untuk buka puasa di tempat itu.
Tak lama kemudian pengunjung terus berdatangan, dan pada akhirnya saya menduga, paling kurang sekitar 100 pengunjung ada di lantai itu untuk berbuka.
Kami memesan makanan, mulai dari kebab ayam dan domba, nasi, salad, bubur kanji Turki, dan makanan penutup yang manis.
Semua yang lain dihidangkan kecuali bubur yang diantar dengan cepat 5 menit menjelang buka puasa.
Setelah buka, saya tak melihat ada orang yang melaksanakan shalat, dan bahkan tak ada mushalla di restoran itu.
Saya berfikir, mudah-mudahan saya saja yang tidak menemukan mushallanya, atau para tamu tadi semua orang Turki musafir yang berkunjung ke Istanbul.
Namun sore itu saya menganggap restoran itu sebagai restoran paling islami di Istanbul yang saya temui.
Pengalamanan lain yang juga tak kalah serunya adalah berjalan mencari makan di restoran di kawasan yang berdekatan Masjid Hagia Sophia, dan Masjid Biru Sultan Ahmed.