Internasional
Taliban Melanggar Janji, Ribuan Siswi dan Wanita Muda Aghanistan Kecewa dan Putus Asa
Pemerintah Taliban, penguasa Afghanistan terus mengingkari janji bagi para siswi untuk sekolah dan wanita muda untuk bekerja.
“Bayangkan gadis-gadis itu dengan gembira mempersiapkan sekolah malam sebelumnya dan menunggu untuk kembali ke kelas," tambahnya.
Anak perempuan usia sekolah dasar di Afghanistan diizinkan untuk bersekolah sampai kelas enam.
Wanita juga diizinkan untuk kuliah, meskipun di bawah aturan pemisahan gender yang ketat dan hanya jika mereka mematuhi aturan berpakaian yang ditegakkan secara ketat.
Menyusul penarikan kacau koalisi pimpinan AS dari Afghanistan pada Agustus 2021, Taliban yang bangkit kembali bersikeras mengubah caranya.
Dimana, akan mengizinkan perempuan dan anak perempuan untuk terus belajar seperti yang mereka lakukan di bawah pemerintah yang diakui PBB.
Pada konferensi pers di Kabul pada 18 Agustus 2021, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid berjanji pemerintah baru akan menghormati hak-hak perempuan.
“Yang benar, bahwa pandangan Taliban tentang hak-hak perempuan, hak asasi manusia dan kebebasan individu tidak berubah dalam 20 tahun terakhir,” kata Nilofar Akrami, seorang dosen universitas berusia 30 tahun yang mengajar di Universitas Kabul.
“Taliban sama brutalnya dengan tahun 1990-an, dan ketika menyangkut wanita, mereka menjadi lebih buruk. Sayangnya, mereka telah belajar bagaimana memakai topeng yang baik untuk menipu dunia.
“Mereka masih berpikir perempuan harus tinggal di rumah dan perempuan yang meninggalkan rumah mereka untuk belajar atau bekerja adalah buruk, dan mereka akan merusak masyarakat.”
Bagi Akrami, harapan untuk pemberdayaan perempuan di Afghanistan telah lama pupus.
“Sebagai seorang wanita yang memulai karirnya di universitas untuk membuat perbedaan bagi kehidupan wanita, saya menyesal mimpi saya dan mimpi ratusan wanita seperti saya telah hancur sejak Taliban berkuasa,” katanya.
Asma Faraz, yang sebelumnya bekerja di Kedutaan Besar Afghanistan di Washington DC, juga berkecil hati melihat kebebasan dan peluang selama 20 tahun terakhir direnggut.
“Bos saya adalah seorang duta besar wanita,” katanya kepada Arab News, merujuk pada Roya Rahmani, wanita Afghanistan pertama yang menjabat sebagai diplomat top negaranya di AS.
“Sebagai seorang wanita, saya sangat bangga melihat orang lain memasuki ruangan dan melihat bagaimana semua orang menghormatinya," ujarnya.
“Perempuan juga bisa menjadi duta besar, perempuan bisa menjadi anggota parlemen, perempuan bisa menjadi jurnalis dan dokter," harapnya.