Kupi Beungoh

Rindu Thimpan di Paris

Indahnya lagi, adik saya Ali Jusuf yang menjadi bilal, mengumandangkan azan dengan alunan irama Aceh.

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Alijullah Hasan Jusuf (kanan) bersama Aliyusuf.  

Di sini sungguh besar tantangannya, menghadapi hidangan enak.

Tetapi saya tetap tegar mempertahankan puasa.  

Dalam bulan suci inilah saya sering merindukan tradisi /suasana Ramadhan di Kampung.

Suasana Ramadhan di kampung semasa kecil, yang terbayang adalah gembira.

Siang mengumpulkan beras dari penduduk, untuk dimasak bubur kanji di mesjid.

Lebih rindu lagi,  dengan suara hiruk pikuk kokok ayam di pagi hari.

Suasana ini  yang sangat saya rindukan.

Kerinduan akan makin besar lagi di saat lebaran.

Takbiran keliling kota bersama teman-teman yang pulang mudik.

Shalat Idul Fitri di lapangan terbuka, keliling ke rumah-rumah sanak saudara mencicipi kue semprong, kacang taujin, dan terutama makanan khas Aceh.

Khususnya TIMPHAN, ini yang sangat saya rindukan.

Sebab di Paris tidak ada yang jual daun pisang untuk pembungkus timphan.

Namun, semua ini sudah resiko bagi seorang perantau. 

Di mushalla kami di Kantor KBRI Paris, saya sempat mewariskan kebiasaan yang dulu saya peroleh dari masjid di kampung, di Blang Paseh Sigli, Pidie.

Dimana setiap selesai shalat berjamaah, terutama pada Jumatan, imam bangun sambil mengumandangkan shalawat Nabi, lalu menyalami para jamaah sambil berkeliling dari shaf pertama sampai ke shaf belakang yang dikuti oleh semua jamaah lainnya secara bergilir dan teratur.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved