Berita Banda Aceh
Ismail Rasyid Mendaftar Sebagai Calon Ketua Kadin Aceh, Ditemani Puluhan Tim Sukses dan Pendukungnya
Pengusaha Aceh yang merupakan CEO PT Trans Continent, Ismail Rasyid, resmi mendaftar sebagai calon Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh
Penulis: Muhammad Nasir | Editor: Muhammad Hadi
Ismail Rasyid Mendaftar Sebagai Calon Ketua Kadin Aceh, Ditemani Puluhan Tim Sukses dan Pendukungnya
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Pengusaha Aceh yang merupakan CEO PT Trans Continent (Royal Group), Ismail Rasyid, resmi mendaftar sebagai calon Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Aceh periode 2022-2027.
Ismail Rasyid sudah mengembalikan formulir ke panitia di Kantor KADIN Aceh, Selasa (17/5/2022).
Saat mengembalikan formulir, Ismail Rasyid ditemani puluhan tim sukses dan pendukungnya.
Selanjutnya, Ismail Rasyid melakukan konferensi pers dan silaturrahmi di Energy Cafe, Lampeunuruet.
Sejumlah tokoh dan perwakilan pengusaha ikut hadir dan memberikan testimoni dalam acara itu.
Mereka mulai pelaku usaha real estate, pariwisata, pertanian, politisi, ekonom, dan tokoh Barat selatan, hingga timur Aceh
Baca juga: Ismail Rasyid Tegaskan Siap Lahir dan Batin, Jelang Musprov VII Kadin Aceh
Para pelaku usaha memiliki alasan yang sama mendukung Ismail Rasyid.
Karena putra Aceh itu merupakan sosok pengusaha yang tidak bergantung pada keuangan daerah atau APBA.
Ismail Rasyid mengatakan, jika menjadi Ketua KADIN Aceh, kedepan ia akan mengandeng semua pihak dalam memajukan ekonomi Aceh.
Ia berjanji akan berupaya mendorong Industrialisasi di Aceh, sehingga bahan baku yang ada di Aceh dapat diolah di Aceh dan memberi nilai tambah.
Ismail Rasyid mengaku Aceh memiliki banyak potensi untuk dijadikan Industrialisasi. (*)
Baca juga: VIDEO Pangdam IM dan CEO Trans Continent Ismail Rasyid Keliling Basecamp, Ungkap Siap Beri Dukungan
Kisah Putra Aceh Ismail Rasyid Hingga Punya 7 Perusahaan
Kisah hidup CEO Trans Continent Ismail Rasyid memang menarik untuk dibahas.
Berasal dari keluarga pas-pasan di pedalaman Aceh Utara, tepatnya di Matangkuli, Ismail Rasyid melakoni beberapa pekerjaan kelas bawah, hingga akhirnya meraih sukses besar.
Saat ini, alumnus Ekonomi Pembangunan (EKP) Fakultas Ekonomi Unsyiah Banda Aceh (tamat tahun 1993) ini, menjadi bos dari 7 perusahaan yang bernaung di bawah bendera Royal Group.
Ketujuh perusahaan dimaksud adalah.
1. Trans Continent, PT (kantor pusat di Tebet Jakarta)
2. Trans Continent, PTY. LTD (di Perth, Western Australia)
3. Trans Continent Logistics Philippine (di Angeles City Filipina)
4. Royal Indonesia, PT (bidang perdagangan & export import)
5. Royal Marine, PT (bidang pelayaran)
6. PT.Equator Media Vaganza (media)
7. PT. Royal Andalas Energi (perusahaan bongkar muat yang baru didirikan dengan base/kantor pusat di Setui Banda Aceh)
Menjawab Serambinews.com via pesan WhatsApp Sabtu (7/3/2020), Ismail merincikan, tiga perusahaan bernama Trans Continent bergerak di bidang usaha multi moda transport, logistics & supply chain dengan core business di bidang industri pertambangan, perminyakan, energi serta perdagangan domestik maupun internasional
PT Trans Continent ini didirikan oleh Ismail Rasyid pada tahun 2004 dan kini memiliki 19 cabang di 11 provinsi.
Pernah Jadi Kernet Labi-labi
Segala kesuksesan yang sekarang dinikmati Ismail Rasyid ternyata tidak datang dengan mudah.
Ia melewati sejumlah pekerjaan kelas bawah.
Mulai dari kernet labi-labi di Banda Aceh, sopir ojek dan sopir taksi di Batam, hingga buruh kasar di Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Kisah Ismail menjadi ojek dan sopir taksi di Batam serta buruh kasar di negara tetangga bisa dibaca di SINI.
Kisah pengalaman menjadi kernet labi-labi di Banda Aceh, diungkap oleh Ismail Rasyid dalam wawancara dengan wartawan Kompas.com dan Serambinews.com, di Banda Aceh, Kamis (5/3/2020) lalu.
Labi-labi adalah sebutan warga Aceh untuk angkutan kota (angkot).
Labi-labi ini memiliki bentuk yang berbeda dengan angkutan kota di daerah lainnya di Indonesia.
Pada angkot di daerah lain, pintu penumpang berada di sebelah kiri.
Sementara pintu penumpang labi-labi berada di bagian belakang.
Ismail bercerita, pengalaman menjadi kernet labi-labi (kondektur angkot) dijalani untuk membiayai kuliahnya.
“Saya berasal dari keluarga pas-pasan. Sehingga saya harus bekerja ekstra untuk membiayai kuliah. Salah satunya adalah dengan menjadi kernet labi-labi jurusan Pasar Aceh – Lhoknga,” ungkap Ismail.
Ayahnya, Muhammad Rasyid (78) hanyalah seorang utoh (tukang bangun rumah berkontruksi kayu).
Sementara ibunya, Salamah (75) bukanlah wanita karir.
Ismail adalah anak kedua dari enam bersaudara (dua laki-laki dan empat perempuan).
Ismail Rasyid pun bercerita saat mengutarakan keinginannya untuk ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru (sipenmaru) Unsyiah pada tahun 1987.
“Seingat saya, itu adalah tahun terakhir ujian calon mahasiswa bernama Sipenmaru. Saya memilih jurusan Ekonomi Pembangunan (EKP) di Fakultas Ekonomi Unsyiah,” ujarnya.
Kala itu, kata Ismail, ayahnya sampai menjual tanah seluas satu hektare untuk mewujudkan keinginannya menjadi mahasiswa.
“Ayah menjual tanah seluas 1 hektare seharga Rp 600 ribu. Uang hasil jual tanah ini dibagi kepada abang, saya, dan adik-adik. Saya mendapatkan Rp 200 ribu sebagai biaya ikut tes di Unsyiah,” kenang Ismail.
Baca juga: Hasil Labfor Keluar, Ini Penyebab Kebakaran Suzuya Mall Banda Aceh
Karena keterbatasan uang, maka mau tidak mau Ismail mencari pekerjaan untuk membiayai hidupnya selama ikut ujian di Banda Aceh.
Sosoknya yang supel, membuat dia disukai banyak orang.
Tak butuh waktu lama, Ismail diterima sebagai kernet labi-labi jurusan Pasar Aceh – Lhoknga.
“Saat itu, saya menyewa kos-kosan di kawasan Kampung Keuramat, Banda Aceh. Semuanya dari uang hasil bekerja sebagai kernet labi-labi,” kata Ismail.
Ia memang tekad, modal awal yang diberikan ayahnya tidak boleh habis.
Menjelang pengumuman Sipenmaru, Ismail pulang kampung di Matangkuli.
Saat pengumuman ke luar di Harian Serambi Indonesia, adalah salah satu moment paling bahagia dalam hidup Ismail Rasyid.
Namanya tercantum di koran Serambi Indonesia sebagai salah satu mahasiswa yang lulus.
“Saya sampai melompat-lompat di sawah. Itu adalah moment terindah saya selama menjadi pembaca Serambi,” ungkap Ismail.
Kembali ke Banda Aceh, selama menempuh kuliah, Ismail Rasyid kembali menjadi kernet labi-labi yang disopiri oleh Tarmizi, warga Lampisang, Kecamatan Peukan Banda Aceh Besar.
Meski menjadi kernet labi-labi jurusan Pasar Aceh-Lhoknga, Ismail Rasyid juga dikenal luas di kalangan para sopir dan kernet jurusan lainnya, termasuk para awak angkot jurusan Pasar Aceh – Darussalam.
Baca juga: BREAKING NEWS - Pemerintah Putuskan Boleh tak Pakai Masker di Area Terbuka
Karena koneksi sesama kernet ini, Ismail selalu bisa menumpang gratis labi-labi saat pergi ke kampus di Darussalam.
“Saat itu kebanyakan mahasiswa menumpang Robur, ongkosnya lebih murah yaitu Rp 50. Hanya anak-anak orang tertentu saja yang mampu menumpang labi-labi untuk ke kampus, karena ongkosnya dua kali lipat dari Robur, yaitu Rp 100,” kenang Ismail.
“Saya termasuk dalam kategori mahasiswa elite, karena setiap hari pergi ke kampus dengan menumpang labi-labi,” lanjut Ismail seraya tertawa lebar.
Selain menjadi kernet labi-labi di sela-sela kuliah, Ismail juga melakoni bisnis untuk menopang kehidupannya.
“Saya selalu berbisnis jika ada moment-moment keramain di Banda Aceh. Seperti saat PKA (Pekan Kebudayaan Aceh) digelar, saya ikut teman-teman ke Takengon, berbelanja jeruk dan buah-buah lain, untuk dijual di arena PKA. Saat itu di Lapangan Blangpadang,” kata dia.
Berbilang tahun, Ismail Rasyid pria kelahiran Matangkuli Aceh Utara, 3 Juli 1968, melakoni pekerjaan kelas bawah.
Ia sangat jarang mengurus urusan pribadi orang lain, menghindari berwacana, serta selalu mengutamakan kerja.
Ketekunan dan kerja keras, serta doa dari kedua orang tua, keluarga dan dukungan teman-teman, telah mengubah kehidupan Ismail Rasyid.
Dari seorang kernet labi-labi, menjadi sopir ojek, sopir taksi, buruh kasar di luar negeri, hingga kini memiliki 7 perusahaan di bawah naungan bendera Royal Group.
Smart, Focused, dan Committed (cerdas, fokus, dan berkomitmen) menjadi tagline yang disematkan Ismail Rasyid di perusahaannya saat ini.(Muhammad Nasir/Zainal Arifin M Nur)
Baca juga: Kisah Putra Aceh The Big Boss Trans Continent, Doa Ayah dan Ibu Membuat Semuanya Serba Mungkin