Breaking News

Abu Mudi Ajak Masyarakat Aceh Bertaubat Kepada Allah, Disampaikan Pada Pengajian Tastafi di MRB

“Tauhiq, tasawuf dan fiqh adalah fardhu ‘ain. Tauhid membicarakan itiqad, fiqh membicarakan ibadah zahir dan tasawuf membicarakan ibadat secara batin,

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
For SERAMBINEWS.COM
Ulama kharismatik Aceh, Tgk H Hasanul Basri HG atau yang akrab disapa Abu Mudi, mengisi pengajian Tasawuf, Tauhid dan Fiqh (Tastafi) di Masjid Raya Baiturrahman (MRB), Jum’at (27/5/2022) malam. 

Abu Mudi Ajak Masyarakat Aceh Bertaubat Kepada Allah, Disampaikan Pada Pengajian Tastafi di MRB

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Ulama kharismatik Aceh, Tgk H Hasanoel Basri HG mengajak masyarakat Aceh dan umat Islam lainnya untuk bertaubat kepada Allah Swt.

Hal ini disampaikan oleh ulama yang akrab disapa Abu Mudi ini saat mengisi pengajian Tasawuf, Tauhid dan Fiqh (Tastafi) di Masjid Raya Baiturrahman (MRB), Jum’at (27/5/2022) malam.

“Jika kita berdosa dan kemudian kita mau bertaubat, maka akan turunlah kasih sayang Allah Swt kepada kita,” kata Abu Mudi, sebagaimana dalam siaran pers yang disampaikan Humas Majelis Tastafi Pusat, Dr Teuku Zulkhairi.

“Hal ini karena dalam Alquran disebutkan bahwa Allah mencinta orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan dirinya, “ sambung Abu Mudi dalam pengajian yang dihadiri ribuan jama’ah ini.

Untuk diketahui, Pengajian Tastafi di Masjid Raya Baiturrahman sempat terhenti selama lebih dari dua tahun di masa Pandemi Covid-19.

Selain ribuan jama’ah, dalam pengajian ini juga hadir juga pimpinan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk H Faisal Ali, Abi Hasbi Albayuni dan juga Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop Jeunieb, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Zahrol Fajri SAg MM.

Baca juga: Menyimak Kitab Sirussalkin di Masjid Raya Baiturrahman Bersama Abu Mudi

Pengajian Tasawuf, Tauhid dan Fiqh (Tastafi) di Masjid Raya Baiturrahman (MRB), Jum’at (27/5/2022) malam oleh Abu Mudi dihadiri ribuan Jamaah
Pengajian Tasawuf, Tauhid dan Fiqh (Tastafi) di Masjid Raya Baiturrahman (MRB), Jum’at (27/5/2022) malam oleh Abu Mudi dihadiri ribuan Jamaah (For Serambinews.com)

Di awal pengajian, Abu Mudi yang membacakan kitab Sirussalikin menjelaskan sekilas tentang program pengajian Tastafi.

Abu Mudi mengatakan program Tastafi adalah belajar, amalkan, dan kembangkan untuk ummat.

Lalu, Abu Mudi menjelaskan menyampaikan tentang Taubat yang merupakan bagian dari pembasahan dalam ilmu tasawuf.

Menurut Abu Mudi, Tasawuf membicarakan penyakit hati dan cara mengobatinya. Sementara ilmu fiqh membersihkan zahir.

Namun, kata Abu Mudi, ilmu itu mesti dengan amal. Maksudnya bahwa ilmu akan bermakna ketika diamalkan oleh si pemiliknya.

Baca juga: Ulama Abu Mudi Resmikan Dayah Hiyadhul Ulum Al Aziziyyah di Langsa Barat

“Tauhiq, tasawuf dan fiqh adalah fardhu ‘ain. Tauhid membicarakan itiqad, fiqh membicarakan ibadah zahir dan tasawuf membicarakan ibadat secara batin, “ ujar Abu Mudi.

Selanjutnya, Abu Mudi mulai membacakan bab tentang Taubat dari kitab Sirussalikin karangan Ulama Melayu yaitu Syaikh Abdussamad al-Falimbani

Kitab tersebut merupakan terjemahan dari Kitab Lubab Ihya Ulumuddin karangan Hujjatul Islam Imam Ghazali.

Selain membacakan ayat tentang keutamaan taubat disisi Allah Swt, Abu Mudi juga mengutip sabda Nabi Muhammad Saw yang menjelaskan bahwa orang yang taubat itu akan dikasihi oleh Allah.

Orang yang taubat itu, kata Abu Mudi seperti tidak ada lagi dosa bagi dia. Bukan dihapus, tapi dosa-dosanya akan ditutupi oleh Allah Swt.

Mengutip pendapat Imam Ghazali, Abu Mudi mengatakan bahwa taubat adalah satu kata ganti daripada makna yang teratur dari tiga pokok perkara yang terhubung antara satu sama lain.

Yang pertama, ilmu. Kedua adalah hal, dan ketiga yaitu perbuatan.

Baca juga: Rabithah Alumni Dayah Mudi Jakarta Selenggarakan Maulid, Turut Hadir Abu Mudi Samalanga

Jadi taubat itu mesti menghimpun tiga perkara tersebut dan tidak bisa dipisahkan sebagai syarat sehingga disebut sebagai taubat.

“Kalau tidak ada tiga perkara ini dalam taubat kita maka belumlah disebut taubat. Ilmu itu maksudnya kita menyadari bahwa perbuatan dosa itu akhirnya akan mendatangkan kemudharatan bagi kita,”

“Jadi mesti ada pengetahun tentang sisi kemudharatan ini. Setiap larangan Allah Swt jika dilanggar maka akan mendatangkan kemudharatan,”

“ Serta mengetahui bahwa keadaan dosa itu akan dapat menjauhkan seorang hamba dengan Allah Swt,” ujar Abu Mudi menerangkan.

Sebab, lanjut Abu Mudi, Allah Swt itu menyuruh kita berbuat kebaikan.

Jika kita melakukan pelanggaran maka datangkan kemarahan Allah Swt. 

Makna taubat itu adalah disaat sedang berbuat dosa, maka tinggalkan dosa-dosa tersebut. Hal itu merupakan syarat pertama.

Baca juga: Sholat Tahajud Tanpa Mengerjakan Witir? Ini Penjelasan Ustaz Somad Lengkap dengan Tata Cara

Sementara syarat yang kedua, tambah Abu Mudi, yaitu menyesali dosa-dosa yang telah dikerjakan.

Dan syarat ketiga, yaitu bulatkan tekad dalam hati bahwa dosa yang pernah dikerjakan tidak akan diulangi lagi.

Abu Mudi menegaskan bahwa kewajiban ibadah yang telah ditinggalkan akan diqadhakan.

“Sementara jika dosa dengan anak adam (sesama manusia), selain berlaku 3 syarat di atas, maka syarat taubat lainnya adalah dengan meminta izin atau meminta maaf, ” ujar Abu Mudi.

Selain sesi penyampaian materi, pada pengajian ini juga dibuat dialog interaktif antara Abu Mudi dengan Jama’ah.

Sebagian Jama’ah bertanya dan langsung dan sebagian lagi bertanya dengan pesan Whatsapp.

Pengajian ini disiarkan secara live streaming di berbagai fanspage Media Sosial Facebook dan diikuti oleh ribuan warganet.(*)

Baca juga: Abu Mudi Terpilih sebagai Mustasyar PBNU Pusat, Ini Susunan Lengkap, Termasuk KH Ma’ruf Amin

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved