Kasus Kematian Diego Maradona, 8 Tenaga Medis Diseret ke Pengadilan atas Dugaan Pembunuhan

Maradona meninggal pada 25 November 2020. Sang legenda tutup usia karena serangan jantung pada usia 60 tahun saat sedang tidur.

Editor: Faisal Zamzami
AFP/KANTOR PERS DIEGO MARADONA
Legenda sepak bola Argentina Diego Maradona (kanan) berjabat tangan dengan dokternya Leopoldo Luque di Olivos, provinsi Buenos Aires, Argentina, Rabu (11/11/2020). 

SERAMBINEWS.COM - Delapan tenaga medis akan menghadapi pengadilan publik atas dakwaan kelalaian dalam perawatan Diego Maradona.

Hal itu diputuskan oleh seorang hakim Argentina pada Rabu (22/6/2022).

Ahli bedah otak, Leopoldo Luque, yang merupakan dokter pribadi Maradona dan psikiater Agustina Cosachov termasuk di antara tenaga medis yang akan diadili.

Dilansir dari Marca, sidang atas dugaan kasus pembunuhan kepada legenda timnas Argentina itu diperkirakan belum akan dimulai hingga akhir 2022 atau awal 2023. 

Maradona meninggal pada 25 November 2020. Sang legenda tutup usia karena serangan jantung pada usia 60 tahun saat sedang tidur.

Kematian eks pemain Napoli dan Barcelona itu terjadi hanya beberapa saat usai dirinya dirawat di Rumah Sakit Olivos, Buenos Aires.

Maradona sempat dirawat karena mengalami pembekuan darah di otak atau biasa disebut subdural hematoma sehingga harus menjalani operasi.

Beberapa hari setelah kematiannya, Kejaksaan San Isidro, Buenos Aires, memulai penyelidikan terhadap para dokter dan perawat yang terlibat dalam penanganan Maradona.

Pada April 2021, dewan medis yang dibentuk Kejaksaan San Isidro menemukan bahwa tenaga medis Maradona bertindak dengan cara "tidak pantas, tidak memadai, dan sembrono".

Berdasarkan temuan yang didapatkan, apabila Maradona ditangani dengan benar dan memakai fasilitas yang sesuai, maka sang legenda punya peluang lebih baik untuk bertahan hidup.

Jaksa sendiri sudah yakin tenaga medis itu tahu pemenang Piala Dunia 1986 tersebut akan meninggal dan tidak melakukan apa pun untuk mencegahnya. 

Keyakinannya tak terlepas karena bukti pesan dan audio yang menunjukkan sang dokter dkk tahu Maradona memakai alkohol, ganja, dan zat terlarang lain dalam beberapa bulan terakhir hidupnya. 

Hingga akhirnya, hal tersebut semakin diperkuat setelah laporan dewan medis turut menyatakan bahwa peluang Maradona agar terhindar dari kematian diabaikan dokter dan orang-orang yang terlibat.

Pada April 2022, jaksa meminta agar Hakim Orlando Diaz menempatkan tenaga medis yang sedang diselidiki di pengadilan publik.

Baca juga: Kematian Legenda Sepak Bola Maradona Diperkarakan, Tim Medis Didakwa Melakukan Pembunuhan

Baca juga: Tujuh Dokter Perawat Diego Maradona Dituduh Melakukan Pembunuhan Berencana

 Sebelum Meninggal Dunia, Maradona Sekarat Selama 12 Jam

Dewan medis yang ditunjuk untuk menyelediki kematian legenda sepakbola Argentina, Diego Armando Maradona menyimpulkan, bahwa tim medis bintang timnas Tango itu bertindak dengan "tidak pantas, kurang dan sembrono”.

Kematian Maradona pada November tahun lalu yang mengguncang Amerika Selatan di mana dia dihormati, sudah memicu saling tunjuk tentang siapa yang harus disalahkan.

Hal itu setelah ikon sepak bola itu menghadapi pertempuran melawan kecanduan alkohol dan kesehatan yang buruk.

Jaksa Argentina melakukan penyelidikan tak lama setelah kematian Maradona pada usia 60 tahun akibat gagal jantung di sebuah rumah dekat Buenos Aires.

Kecuali itu, termasuk memerintahkan penggeledahan properti dokter pribadinya dan menyelidiki orang lain yang terlibat dalam perawatannya.

Maradona yang dijuluki "D10S", sebuah plesetan dari kata Spanyol untuk dewa, dan "Pelusa" untuk rambut surainya yang menonjol, telah berjuang melawan kecanduan alkohol, dan obat-obatan selama bertahun-tahun.

Akhirnya, dia sudah menjalani operasi otak pada November tahun lalu.


Pada Maret tahun ini, dewan medis yang ditunjuk oleh Kementerian Kehakiman bertemu untuk menganalisis tuduhan yang menyebut anggota tim kesehatan Maradona tidak merawatnya secara memadai.

"Tindakan tim kesehatan yang bertugas menangani DAM (Diego Armando Maradona) tidak memadai, kurang dan sembrono," kata laporan dewan medis dikutip dari Reuters, Sabtu (1/5/2021).

Laporan itu mengatakan, Maradona menjadi sangat tidak sehat dan sekarat selama sekitar 12 jam sebelum kematiannya sekitar tengah hari pada 25 November 2020.

"Dia menunjukkan tanda-tanda yang jelas dari periode nyeri yang berkepanjangan, jadi kami menyimpulkan bahwa pasien tidak diawasi dengan benar dari pukul 00:30 pada 25/11/2020," tambah laporan itu.

Maradona merengkuh juara dunia bersama Argentina pada Piala Dunia 1986 di Meksiko.

Dia pernah bermain untuk Barcelona, Napoli, Seville, Boca Juniors dan Argentinos Juniors, dan secara luas digembar-gemborkan sebagai salah satu pemain sepak bola terhebat sepanjang masa.

 

Baca juga: Majelis Tasauf Gelar Rakerda Perdana, Gencarkan Sebagai Penggerak Pengembangan Ilmu Agama

Baca juga: Geger Suntik Silicon Gagal hingga Pasien Meninggal, Simak Penjelasan Dokter Estetik

Baca juga: Harga Cabai Rp 100 Ribu dan Bawang Merah Rp 70 Ribu Sekilo, Pedagang dan Warga Mengeluh

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved