Gaura Mancacarita, Pria Asing yang Berperan Atas Masuknya Saman dalam Daftar Warisan Budaya UNESCO

Gaura Mancacarita, mengatakan, Tari Saman diusulkan untuk mengimbangi usulan-usulan sebelumnya yang didominasi dari Pulau Jawa.

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Mursal Ismail
Serambi Indonesia
Gaura Mancacarita (tengah) foto bersama dengan sejumlah tokoh Aceh. 

"Kita kerjakan penelitiannya, lalu kirim ke Unesco, akhirnya berhasil," katanya.

Sebelas tahun setelah Saman ditetapkan sebagai Wwarisan Budaya Tak Benda oleh Unesco, Gaura menyebutkan, Saman makin maju dan berkembang.

"Perjuangan kita sekarang adalah mengeluarkan Saman dari status 'perlunya perlindungan mendesak" ke kategori "refresentatif," ujar Gaura.

Ia mengaku terpesona dengan Gayo Lues dan Aceh secara keseluruhan.

“Hutannya, gunung dan bukit sangat indah. Kalau ada kesempatan ia ingin kembali ke Gayo Lues,” ucapnya.

Gaura Mancarita sendiri telah sekitar 45 tahun hidup di Indonesia.

Kini, ia pun sudah berstatus sebagai Warga Negara Indonesia.

Meski berasal dari Australia, pria ini diketahui aktif dalam gerakan budaya berbagai daerah di Indonesia.

Selain menjadi staf ahli Puan Maharani di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Gaura juga pernah menjadi Staff Ahli Wakil Menteri Pendidikan di era Anies Baswedan.

Tari Saman diusulkan tahun 2010, diakui 2011

Tari Saman diusulkan untuk menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO pada 2010.

Namun, seni tradisi yang telah ada sejak berabad-abad lalu ini baru tercatat dalam buku UNESCO pada 2011 sebagai Warisan Budaya takbenda yang Perlu Dijaga Mendesak, dalam pertemuan Komite Antar Pemerintah yang diselenggarakan di Bali, 22-29 November 2011.

Keputusan itu tertuang dalam Prasasti 6.COM 8.8 dengan berkas nominasi No. 00509.

Dalam situs resmi Intangible Culture Heritage UNESCO, disebutkan bahwa Tari Saman memenuhi kriteria untuk dicantumkan dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda yang Perlu Dijaga Mendesak karena beberapa alasan.

Beberapa alasan itu antara lain karena Tari Saman melibatkan komunitas yang tidak hanya terdiri dari pemain dan pelatih, tetapi juga penggemar, tokoh agama terkemuka, tokoh adat, guru dan pejabat pemerintah.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved