Internasional

Erdogan Kembali Rencanakan Operasi Militer Baru di Suriah Utara, Kurdi Masih Jadi Ancaman Negara

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah merencanakan serangan militer baru di Suriah utara.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Pasukan Turki bersiaga di perbatasan Suriah untuk memantau pergerakan militan Kurdi yang telah dicap sebagai teroris. 

SERAMBINEWS.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah merencanakan serangan militer baru di Suriah utara.

Dia beralasan, operasi militer akan terus digencarkan, selama gerilyawan Kurdi masih menimbulkan ancaman keamanan bagi negaranya.

Erdogan juga meminta AS menarik pasukan dari timur Sungai Efrat.

Dia menuduh sekutu NATO itu, sekali lagi, melatih dan membantu milisi Kurdi Suriah yang dianggap Ankara sebagai teroris.

Erdogan membuat komentar sekembalinya dari kunjungan ke Teheran, menemui Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Konflik di Suriah menjadi salah satu topik yang mereka diskusikan, dan Erdogan mencari dukungan untuk serangan baru Turki terhadap pejuang Kurdi Suriah yang didukung AS.

Baca juga: Erdogan Minta Rusia dan Iran Mendukung Menumpas Kelompok Teroris Kurdi di Suriah

Surat kabar Hurriyet Turki dan media lainnya menerbitkan pernyataan Erdogan pada Rabu (20/7/2022).

Pada Mei 2022, Erdogan mengumumkan rencana operasi militer baru di Suriah untuk mengusir milisi Kurdi Suriah.

Menurut Ankara sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan atau PKK yang dilarang.

Rencana tersebut termasuk melanjutkan upaya Turki untuk menciptakan zona aman 30 km di sepanjang perbatasan dengan Suriah.

Sehingga, memungkinkan pemulangan sukarelawan pengungsi Suriah dari Turki, kata Erdogan.

Turki telah meluncurkan tiga operasi lintas batas utama ke Suriah sejak 2016 dan telah menguasai beberapa wilayah di utara.

“Operasi baru akan terus menjadi agenda kami selama masalah keamanan nasional kami tidak diselesaikan,” kata Erdogan.

Baca juga: Khamenei Tegur Keras Erdogan, Soal Kurdi Harus Diselesaikan Melalui Dialog

“Kami ingin Rusia dan Iran berada di pihak kami dalam perjuangan kami melawan organisasi teroris Kurdi," harapnya.

“Amerika Serikat memberi makan organisasi teroris di sana," tuduhnya.

"Segera setelah Amerika menarik diri atau tidak memberi makan organisasi teroris ini, tugas kami akan menjadi lebih mudah," jelasnya.

Turki telah lama marah dengan dukungan AS untuk pejuang Kurdi Suriah, yang membentuk tulang punggung pasukan pimpinan AS melawan kelompok ISIS.

Selama pertemuan di Teheran, Erdogan mengatakan Turki bertekad mengusir pusat-pusat kejahatan yang menargetkan keamanan Turki.

Dia menambahkan wilayah Tel Rifaat dan Manbij, di mana Turki telah mengatakan rencananya untuk mengirim pasukan telah berubah menjadi ranjang teror.

Ketiga presiden itu mengeluarkan pernyataan bersama yang tampaknya merujuk pada keprihatinan Turki.

Pernyataan itu mengatakan mereka menolak semua upaya realitas baru di lapangan dengan dalih memerangi terorisme, termasuk inisiatif pemerintahan sendiri yang tidak sah.

Baca juga: Baku Tembak Pasukan Kurdi dan Turki Berkecamuk di Perbatasan, Sinyal Ankara Gelar Operasi Militer

Tetapi Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, pada pertemuan dengan Erdogan sebelumnya, memperingatkan Turki agar tidak melakukan serangan.

“Segala jenis serangan militer di Suriah utara pasti akan merugikan Turki, Suriah dan seluruh wilayah, dan akan menguntungkan teroris,” kata pemimpin tertinggi Iran itu.

Dia menekankan perlunya mengakhiri masalah melalui dialog.

Iran dan Rusia mendukung pemerintahan Presiden Bashar Assad, sementara Turki mendukung faksi-faksi oposisi bersenjata.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved