Kesehatan Anak

Tingkatkan Perlindungan Anak dari Pneumonia dan Diare, Kemenkes Buat Kajian di Bireuen

Kelompok Kerja Tuberkulosis dan Infeksi Saluran Napas Akut (TB ISPA) perwakilan Kementerian Kesehatan, dr. Alfinella mengatakan, hasil pengumpulan dat

Penulis: Indra Wijaya | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Perwakilan Kementerian Kesehatan melakukan kajian di Bireuen untuk meningkatkan Perlindungan Anak dari Pneumonia dan Diare 18-21 Juli 2020. 

Laporan Indra Wijaya | Banda Aceh 

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sebagai upaya meningkatkan peringkatnya anak dan penyakit pneumonia dan diare, perwakilan Kementerian Kesehatan buta kajian di Bireuen sejak 18-21 Juli.

Kabupaten Bireun terpilih menjadi satu dari tujuh kabupaten pilihan Kementerian Kesehatan yang menjadi lokasi kajian untuk menyusun Rencana Aksi Nasional (RAN) pneumonia diare.

Enam kabupaten lainnya adalah Jayawijaya di Papua, Timor Tengah Selatan di NTT, Semarang di Jawa Tengah, Maluku Barat Daya di Maluku, Bone di Sulawasi Selatan, dan Ketapang di Kalimantan Barat.

Kelompok Kerja Tuberkulosis dan Infeksi Saluran Napas Akut (TB ISPA) perwakilan Kementerian Kesehatan, dr. Alfinella mengatakan, hasil pengumpulan data tersebut nantinya akan menjadi blue print untuk menanggulangi dan mencegah kematian anak berusia di bawah lima tahun akibat pneumonia atau dikenal dengan radang paru-paru dan diare.

Waspada! Komplikasi Asam Lambung, Bisa Pneumonia hingga Kanker Mematikan

Lanjut dia, RAN Pneumonia Diare ini disusun oleh Kementerian Kesehatan dan Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan dukungan UNICEF dan akan diimplementasikan di seluruh Indonesia.

“Hasil kajian ini akan memberikan gambaran situasi pneumonia dan diare, akses pelayanan kesehatan dan kaitan dengan program lain termasuk gizi, sanitasi, maupun imunisasi,” kata dr Alfinella melalui keterangan tertulisnya di Banda Aceh, Jumat (22/7/2022)

Menurutnya, perlu ada pemahaman dan kesadaran masyarakat akan sanitasi dan kebersihan juga perlu ditingkatkan, agar semakin banyak desa yang terbebas dari Buang Air Besar Sembarang (BABS).

"Perilaku hidup bersih penting. Hal itu demi mencegah timbulnya penyakit yang tidak diinginkan," imbuhnya.

Sementara itu, perwakilan dari UNICEF Aceh, dr Tiara Aswitama mengatakan, saat ini penyakit pneumonia dan diare mengancam keselamatan dan masa depan anak-anak.

Tiga Hari Tinggal di Pengungsian, Korban Banjir di Kumbang Punteut Lhokseumawe Diserang Diare

"Dengan kerja sama erat kita bisa merancang strategi untuk mengendalikan penyakit-penyakit tersebut dan membantu anak-anak tumbuh sehat dan gembira," jelasnya.

Pihaknya bersama Bersama lembaga mitra seperti Flower Aceh, Yayasan Aceh Hijau, dan YADUA, memberikan dukungan dalam bidang sanitasi dan promosi kebersihan di sekolah, pelatihan gizi remaja, imunisasi, dan pendampingan teknis peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak.

"Untuk tahun 2022-2023, UNICEF juga akan memfokuskan dukungan dalam penguatan pelayanan pneumonia, diare dan tuberkulosis melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)," pungkasnya.

Hal serupa di juga dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Bireuen dr. Irwan. Ia mengatakan Pemerintah Kabupaten Bireun terus melakukan berbagai upaya untuk menghadapi tantangan dalam memperbaiki situasi pneumonia dan diare.

“Kami berusaha meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam mendiagnosa pneumonia dan diare dengan keterbatasan alat di lapangan,” pungkasnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved