Info Kesehatan
Libur Sekolah Pengaruhi Capaian Imunisasi
Dinas Kesehatan Aceh bersama pihak terkait lainnya terus melakukan upaya-upaya dalam menggenjot capaian program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN).
"Seluruh masyarakat Aceh terutama di Pidie, Lhokseumawe, Aceh Utara, Banda Aceh dan Sabang yang capaian paling rendah untuk ikut BIAN karena kasus campak rubela, difteri dan pertusis sedang banyak diseluruh kabupaten/kota di Aceh."
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dinas Kesehatan Aceh bersama pihak terkait lainnya terus melakukan upaya-upaya dalam menggenjot capaian program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Namun untuk saat ini, program tersebut sedikit berpengaruh karena sekolah-sekolah sedang libur semester.
"Sangat berpengaruh karena tidak bisa dilaksanakan secara massif di sekolah dasar dan sekolah menengah," Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Aceh dr Iman Murahman, Minggu (3/7/2022).
Ia mengungkapkan cakupan imunisasi tambahan campak rubela di Aceh sangat rendah se Indonesia yaitu 8,7 persen per 30 Juni 2022. Sementara cakupan imunisasi tambahan campak rubela secara nasional mencapai 11.401.699 anak atau 42,1 persen.
Untuk memaksimalkan capaian target program dimaksud, Pemerintah Aceh terus melakukan berbagai upaya seperti kerja sama dengan Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam pelaksanaan BIAN di Posyandu.
Pelaksanaan BIAN juga terintegrasi dengan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dengan pihak kepolisian, melakukan promosi di media cetak dan elektronik tentang banyaknya kasus campak, difteri, pertusis dan hepatitis B di Aceh.
Kemudian melakukan sosialisasi dan update capaian BIAN kepada lintas sektor terutama Sekda kabupaten/kota untuk pelaksanaan BIAN terintegrasi di 23 kabupaten/kota. "Kita juga melaksanakan sweeping door to door berdasarkan data sasaran gizi anak," terang dr Iman.
Di samping itu, dr Iman juga berharap para tokoh masyarakat untuk bersama-sama menyuarakan pentingnya BIAN untuk anak umur 9 bulan - 15 tahun kepada seluruh lapisan masyarakat.
"Seluruh masyarakat Aceh terutama di Pidie, Lhokseumawe, Aceh Utara, Banda Aceh dan Sabang yang capaian paling rendah untuk ikut BIAN karena kasus campak rubela, difteri dan pertusis sedang banyak diseluruh kabupaten/kota di Aceh," demikian dr Iman.
Sekedar informasi, selama 2 tahun terakhir sejak 2020-2021 cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi turun drastis. Pada 2020 target imunisasi sebanyak 92 persen sementara cakupan yang dicapai 84 persen , pada 2021 imunisasi ditargetkan 93 % namun cakupan yang dicapai 84 % .
Penurunan cakupan imunisasi diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi yang belum mendapatkan imunisasi dasar selama periode 2019-2021.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr Maxi Rein Rondonuwu mengatakan dampak dari penurunan cakupan tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan jumlah kasus penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi atau PD3I dan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) seperti campak, rubela dan difteri di beberapa wilayah.
“Bila kekurangan cakupan imunisasi ini tidak dikejar maka akan terjadi peningkatan kasus yang akan menjadi beban ganda di tengah pandemi,” katanya.
Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof Dr dr Soedjatmiko SpA (K) MSi mengatakan setiap tahun ada ancaman campak rubela dan difteri sejak tahun 2007 sampai 2022. Ia menyebut di tahun 2021 ada 25 provinsi dengan kasus rubela meningkat.
Penyakit campak berbahaya bagi bayi, balita, anak sekolah. Bukan sekadar demam, batuk, pilek, sesak, bintik merah tapi ada radang otak. Tahun 2012 sampai 2017 ada 571 bayi dengan kasus radang otak.
“Ada juga kasus radang paru atau pneumonia sejak 2012 sampai 2017 dengan jumlah 2.853 bayi dan anak yang mengalami radang paru akibat campak,” ucapnya.
Untuk itu, pemerintah mengejar cakupan imunisasi yang kurang itu dengan menggalakkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN).(*)